Pendidikan Karakter/Budi Pekerti Dan Domain Pendidikan
A. Urgensi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Nilai-nilai
luhur budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur tidak mengenal
kata angkuh, sombong, mementingkan diri sendiri, berat tangan, tidak
menghargai, pemalas, tidak bercerai berai, ketergantungan, tidak percaya
diri, tidak santun, tidak sopan dll.
Malahan
sebaliknya, leluhur bangsa indonesia adalah bangsa yang ramah, sopan
dan santun, suka menolong, ringan tangan, rajin bekerja, pekerja keras,
toleran, solidaritas, familier, kekerabatan, dan kekeluargaan yang
tinggi, jujur dan tulus ikhlas.
Memudarnya
penghayatan dan pengalaman nilai-nilai budaya mengakibatkan bangsa
negeri ini terpuruk dalam segala bidang kehidupan, baik ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan ketahanan dan keamanan. Kondisi ini
melanda pada setiap tataran mulai dari tataran kepemimpinan tingkat
bawah sampai kepemimpinn tingkat Nasional. Membangun karakter/budi
pekerti bangsa tidak mudah, perlu proses yang panjang, waktu lama, biaya
yang besar, dan pemikiran yang cerdas.
Wakil Presiden RI, Boediono menegaskan bahwa :
Urgensi dari pembangunan karakter bangsa “Didalam
Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembngunan karakter Bangsa Tahun 2010-2025,
di dalam RAN harus terlihat tema yang menegaskan mata rantai yang
berkaitan satu sama lainnya sehingga bersinergi dalam mencapai sasaran
dengan sumberdaya yang optimal”. (Dalam Majalah formula Vol.IV- Juni 2010).
Urgensi
pembangunan karakter Bangsa ditegaskan pula oleh menteri Pertahanan,
yang melihatnya dari segi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik
Imdonesia (NKRI) karena pengaruh globalisasi, maka BELA NEGARA sangat
penting. Menurut Purnomo : “Ancaman perang, juga bisa terwujud kekuatan
non fisik (soft power) dengan memberikan pngaruh kepada hati dan
pemikiran manusia yang merupakan benteng pertahanan terakhir bangsa
dalam menghadapi berbagai ancaman. Karena itu, dengan mengacu pada
realitas tersebut, aspek sumberdaya manusia sebagai pertahan nirmiliter
(non military defence) memiliki peranan sangat penting. Sumberdaya
manusia yang hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
memiliki kesadaran moral bela negara akan membahayakan keberlangsungan
hidup bangsa dan negara.
B. Domain Pendidikan Untuk Membangun Karakter/Budi Pekerti
Pernyataan Menteri pendidikan Nasional Prof. Muhammad Nuh bahwa:
“Dunia
pendidikan adalah dunia yang amat kompleks, menantang, dan mulia
sifatnya. Kompleks karena spektrumnya sangat luas, menantang karena
menentukan masa depan bangsa, serta mulia karena pendidikan merupakan
proses memanusiakan manusi. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik
ini, saya menharapkan partiipasi dan bantuan saudara semunya untuk
secara serius mengembangkan dan menindaklanjuti program Penyelarasan
dengan Dunia Kerja dalam bentuk Rencana Aksi yang dapat diterapkan di
masyarakat”. (Dalam Majalah Kampus hal.5).
Domain
pendidikan merupakan bagian penting dari kepribadian yang berhubungan
dengan kecerdasan. Domain pendidikan ada tiga proses yaitu:
- Domain Kognitif : Melalui proses pendidikan (Proses pembelajaran) dihasilkan domain kognitif yaitu domain yang berkaitan dengan peingkatan pemahaman dan pengetahuan terhadap disiplin ilmu, pengertian istilah-istilah dari ilmu yang dipelajari, bisa juga memahami dan mengetahui teori, hukum, dan dalil ilmu.
- Domain affektif yaitu domain yang menekankan pada perubahan sikap, nilai-nilai yang baik, yang etis, yang mulia, yang sopan santun, yang berakhlak mulia dari peserta didik.
- Domain psikomotor lazim disebut domain keterampilan yang dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Domain ini tampak pada karaketer kerja jeras, tangguh, tanggap, kemampuan bersaing dan profesional.
Pengembangan domain/ranah/kemampuan ini bersumber dari kecerdasan dasar yang diberkahi oleh Allah SWT.
a. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)
Kecerdasan
ini dibangun melalui proses pendidikan, oleh karena itu kecerdasan ini
selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang.
b. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient/EQ).
Kecerdasan ini adalah kecedasan yang melengkapi kecerdasan intelektual (IQ).
c. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient/SQ).
Kecerdasan
ini (SQ) juga merupakan kecerdasan hati yang berhubungan dengan
penempatan perilaku atau jalan hidup seseorang dinilai lebih baik
dibandingkan yang lain. Kecerdasan ini adalah ‘Kecerdasan semangat” yang
mendorong kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih berfungsi dengan
baik.
d. Kecerdasan Sosial (Social Quotient)
Kecerdasan
sosial menekankan pada kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang
memerlukan bantuan orang lain.Individu yang memiliki kecerdasan sosial
yang tinggi sangat peduli dengan tetangga atau lingkungan yang perlu
bantuan, gotong royong dipenuhi, dan penyuluh kepada masyarakat tanpa
pamrih.
e. Kecerdasan Skill (Skill Quotient)
Kecerdasan
ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ, SQ, yaitu kecerdasan
mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan intelektual dan kecerdasan hati.
Domain Pendidikan Dan Dimensi Kerja
Perolehan
domain atau ranah kognitif, affektif, dan psikomotorik sangat mendukung
seseorang sukses dalam bekerja. Kesuksesan ini karena seseorang telah
menguasai konsep-konsep dasar, teori, hukum, dan dalil ilmu pengetahuan.
Bersikap dan berperilaku yng berkhlak, bermoral, beretika, merupakan
pendorong seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang lain.
Keterampilan yang menghasilkan karya menjadikan seseorang tidak
bergantung pada orang lain.
1. Acuan, Tujuan, Dan Fungsi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
A. Acuan Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Acuan
pendidikan karakter/budi pekerti dibahas dalam bab ini adalah
berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pidato atau sambutan pejabat tinggi
negara yang menekankan pada pentingnya pendidikan karakter/budi pekerti.
- Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 (3).
- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
- Bingkai Rencana Aksi Nasional (RAN) 2010-2014.
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
- Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter/budi Pekerti (2010).
- Sambutan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara Jakarta 11 Mei 2010, yang bertema : “Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa”.
Presiden RI, Susilo Bambang Yuhoyono Mengemukakan :
Lima
isu penting dalam dunia pendidikan. Pertama, adalah hubungan pendidikan
dengan pembentukan watak atau dikenal dengan character building. Isi
kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan
setelh seseorang selesai mengikuti pendidikan. Ketiga, kaitan pendidikan
dengan lapangan pekerjaan. Ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan
lima tahun mendatang. Isu yang keempat adalah bagaimana membangun
masyarakat yang berpngetahuan atau knowledge society yang dimulai dari
meningkatkan basis pengetahuan masyarakat dan yang kelima bagaimana
membangun budaya inovasi. “The culture of inovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar menjadi negara maju di abad 21 ini”.
B. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Adapun tujuan pendidikan Karakter/Budi Pekerti sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3) : “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam Undang-Undang”.
Sedangkan Fungsi pendidikan nasional dirumuskan : ‘mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.
C. Ada Apa Dengan Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa
Penomena
nasional merupakan tanda-tanda perilaku yang kurang mendukung kearah
stabilitas nasional yang dicita-citakan. Cita-cita nasional yang telah
dirumuskan terdapat pada alenia ke-2 UUD 1945 yaitu “
Mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur”.
Sedangkan tujuan nasional terdapat pada alenia ke-3 UUD 1945, yaitu:
“melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.
D. Membangun Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa Menjadi Kreatif
Cara Untuk membangun kreativitas/budi pekerti adalah melalui :
- Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership), jalur pendidikan formal dan non formal merupakan mediun yang paling efektif untuk membangun kreativitas.
- Menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang yang sukses (seperti pengusaha sukses).
- Bergaul dalam lingkungan orang-orang yang unggul, orang-orang yang pintar.
2. Pendidikan Karakter/Budi Pekerti Melalui Pendidikan Informal, Formal Dan Non-Formal
A. Pendidikan Informal (Informal Education)
“Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan” (UU No. 20/2003, Pasal 1 (13))
Sebelum
anak masuk sekolah (pendidikan formal) pendidikan yang pertama sekali
yang diberikan kepada anak adalah pendidikan dalam keluarga. Setelah
anak berumur 6 tahun atau 7 tahun barulah masukkan ke Sekolah Dasar.
Walaupun sebelum itu anak dimasukkan ke dalam Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), namun peran pendidikan dalam keluarga sangat menentukan
karakter/budi pekerti anak.
Keluarga
adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa depan anak.
Demikian pula karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari dalam
keluarga. Dalam hal ini ibu merupakan peran utama, karena ibu yang
melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling saying dengan anak. Sangat
tinggi derajat ibu, predikat ibu disebut juga Ibu Pertiwi, Ibu Negara.
Tantangan
lain ibu selain membentuk karakter/budi pekerti anak yaitu tantangan
bagaimana Ibu berperan mengurus rumah tangga, tetapi juga aktif dalam
kegiatan di masyarakat, karena Ibu diharapkan menjadi contoh dalam
keluarga dan menjadi contoh di masyarakat. Kekuatan spiritual orang tua
terutama dalam membentuk karakter/budi pekerti, akhlak mulia si anak
sangat menentukan masa depan anak agar menjadi harapan bangsa dalam
rangka membangun bangsa yang unggul dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Karakter/budi
pekerti, akhlak mulia terbentuk dari perilaku yang baik yang selalu
diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang baik, kebiasaan-kebiasaan
ini seperti mencium tangan orang tua bila mau berangkat sekolah, ke
tempat teman, mengucapkan salam, menundukkan badan bila melintas di
hadapan orang-orang yang lebih tua termasuk guru, ringan tangan, berdoa,
dll diajarkan dalam keluarga akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan
yang sejatinya diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya dirumah
dalam rangka pendidikan karakter/budi pekerti adalah:
- Kebiasaan mengenal Tuhan dalam sebutan sederhana dalam keseharian seperti Allah, Allahu Akbar.
- Kebiasaan Sholat berjamaa dengan orang tua, selesai sholat bersalaman mencium tangan orang tua.
- Kebiasaan sopan santun kepada orang tua, guru, anggota keluarga yang lebih tua, kepada saudara dalam rumah, kepada tetangga.
- Kebiasaan meminta izin bila hendak keluar rumah.
- Kebiasaan mencium tangan orang tua bila hendak bepergian.
- Kebiasaan menyayangi orang tua dan orang tua menyayangi anak, itulah sifat Allah.
- Kebiasaan berjalan menunduk di hadapan orang yang lebih tua.
- Kebiasaan menyapa orang yang lebih tua dengan sapaan yang menunjukkan rasa hormat.
- Kebiasaan mendidik anak supaya jujur.
- Kebiasaan mendidik anak supaya amanah.
- Kebiasaan membantu pekerjaan orang tua di rumah terutama anak perempuan.
- Kebiasaan mengajarkan anak supaya tidak iri hati kepada saudara sendiri.
Keluarga
adalah organisasi kemasyarakatan yang terkecil, yang paling tua dan
paling dekat dalam kerangka pendidikan dan pembentukan karakter/budi
pekerti anak. Keluargalah yang lebih memberi corak/warna paling pertama
dan yang paling besar peranannya dalam pembentukan karakter/budi pekerti
anak.
B. Pendidikan Formal (Formal Education)
Pendidikan Karakter ataupun budi pekerti sangat efektif diterapkan pada jalur pendidikan formal. “Pendidikan
Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi” (UU No.20/2003 pasal 1(11)).
Guru
adalah kunci penting untuk mewujudkan pendidikan karakter/budi pekerti
dalam rangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa. Profesi guru
adalah amat mulia, yang mengajarkan anak dari tidak tahu menjadi tahu,
tidak pandai berhitung dan membaca serta menulis menjadi pandai
menghitung dan membaca serta menulis. Memberikan nasihat kepada anak
didik sudah di catat pahalnya oleh Allah SWT.
Guru/dosen
yang baik, yang professional, yang bertanggung jawab, yang diteladani
adalah guru/dosen yang mampu menghayati dan mengamalkan 4 (empat)
kompetensi secara umum yaitu:
1) Kompetensi Pedagogik
Memahami
psikologi pendidikan dan psikologi pelajar, memahami peserta didik
menurut tingkat perkembangannya, dan memahami profil teman-teman sejawat
guru.
2) Kompetensi Sosial
Mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sekolah, mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan masyarakat luas, mampu berpartisipasi aktif
dalam kegiatan di masyarakat, dan mampu mewujudkan perilaku social dalam
masyarakat.
3) Kompetensi Kepribadian
Mengembangkan
kepribadian sebagai pendidik yang baik, berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, membimbing anak didik, dan memberi teladan yang baik bagi
peserta didik dan teman sejawat guru.
4) Kompetensi Professional
Menguasai
landasan-landasan kependidikan termasuk psikologi belajar, menguasai
materi pelajaran, menyusun persiapan mengajar dan melaksanakannya,
mengevaluasi hasil belajar anak didik dan proses pembelajaran, menguasai
metode dan media pembelajaran, dan kemampuan menguasai dan mengatur
kelas.
i. Peran Guru Agama
Guru
agama mempunyai tugas yang amat berat dalam rangka mendidik, membina
kepribadian seseorang. Pada hakekatnya peran guru agama tidak hanya
mengajarkan apa itu agama, tetapi lebih dalam dari itu adalah pendidikan
agama yang lebih penting.
ii. Latih Kebiasaan Berperilaku Positif
Telah
dijelaskan bahwa anak didik dalam masa pertumbuhan sangat peka sekali
dengan pengaruh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah maupun lingkungan masyarakat. Pengaruh lingkungan yang di maksud
adalah melatih kebiasaan kepada anak didik untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang positif.
iii. Refungsionalisasi Tata Tertib Sekolah Untuk Merubah Sikap Siswa
Sikap
adalah keadaan dalam diri manusia atau individu yang berhubungan dengan
pengamatan, perasaan dan tindakan untuk merespon objek di luar dirinya.
Sikap yang ada pada diri manusia atau individu memberi corak tertentu
terhadap perilaku yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian di atas, ada
3 komponen sikap yaitu:
a. Komponen Pengamatan
Pengamatan
terhadap suatu objek melahirkan perasaannya terhadap objek itu dan
merespon objek tersebut. Komponen pengamatan tidak terlepas dari
pengetahuan (knowledge) tentang suatu objek, kemudian menilai objek
tersebut.
b. Komponen Perasaan
Komponen
perasaan ini dapat bersifat positif dan dapat bersifat negative
terhadap objek. Perasaan positif menimbulkan perasaan senang atau suka
dan sebaliknya perasaan negative akan menimbulkan perasaan tidak senang
atau tidak suka.
c. Komponen Kecenderungan Bertindak
Komponen
kecenderungan bertindak yaitu melakukan aksi terhadap objek yang di
amati di tentukan oleh perasaan dan pengamatan individu terhadap suatu
objek yang baik menimbulkan perasaan senang atau suka, sehingga
melahirkan sikap positif seperti peduli, menolong, ringan tangan, dll.
iv. Tata Tertib Sekolah Merupakan Norma Kelompok
Sekolah
merupakan kelompok masyarakat kecil yang terdiri dari sebagian besar
siswa-siswa, guru-guru, dan anggota lainnya saling berinteraksi antara
satu dengan yang lainnya. Setiap anggota yang berintegrasi itu mempunyai
sikap yang berbeda-beda karena adanya kepentingan yang berbeda-beda
terhadap sesuatu objek. Tata tertib sekolah adalah suatu kondisi yang
dirancang untuk dapat mengatur dan mengendalikan sikap ataupun tingkah
laku individu atau siswa-siswa di sekolah supaya tercipta suasana aman
dan tentram disekolah tanpa adanya gangguan baik dari dalam maupun luar.
Tata tertib sekolah pada prinsipnya menciptakan kondisi untuk mencegah
tingkah laku atau sikap siswa-siswa yang negative.
C. Pendidikan Non-Formal (Non-Formal Education)
“Pendidikan
Non-Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. (UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistempendidikan nasional, pasal 1(12)).
Pendidikan
non-formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti,
penambah dan pelengkap pendidikan formal yang berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik yang menekankan pada penguasaan dan pengetahuan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan berkepribadian yang
professional.
Pendidikan
non-formal mencakup pendidikan life skill, PAUD, pendidikan
keterampilan, dan lain-lain. Satuan pendidikannya dapat dalam bentuk
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar,
majelis taklim, sanggar-sanggar, dll. Dalam lingkungan pendidikan
non-formal yang sejatinya bermuatan kurikulum pendidikan keterampilan
diisi dengan kegiatan atau praktek yang member bekal karakter/ budi
pekerti peserta didik. Leraning by doing dalam lembaga pendidikan, balai
latihan kerja, misalnya pendidikan olahraga di sasana olahraga,
pendidikan kesenian di sanggar-sanggar seni, teater seni, taman seni dan
budaya, dll merupakan media penumbuhan karakter/budi pekerti dibentuk
secara efektif. Dalam wadah lain seperti Pramuka, Mapala, PMR merupakan
wadah-wadah yang sudah terbukti untuk membangun karakter anak bangsa.
Pendidikan
non-formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang dating di luar sistem
pendidikan formal yang ditujukan untuk melayani anak didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Nasional. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jalur
pendidikan yang efektif untuk membangun karakter/budi pekerti anak
bangsa. Pendidikan non-formal baik yang diprogramkan oleh pemerintah
maupun masyarakat dapat berlangsung di berbagai tempat seperti: Pusat
Kegiatan Belajar (PKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Program
Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan untuk Orang Dewasa (Androgogi), dan
Pendidikan Keterampilan.
3. Membangun Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa Melalui Beberapa Pendekatan
A. Pendidikan Nilai-Nilai Luhur Agama(Religius Values Approach)
Pendidikatan
karakter/budi pekerti mengajarkan perilaku yang terpuji, melarang
berbuat keji. Dalam surat An-Nahl ayat 97 telah dituliskan
“Barang
siapa yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, baik laki-laki
atau perempuan, dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik (thayyibah) dan Kami berikan kepadanya
balasan (pahala) setimpal dengan kebaikan yang ia kerjakan”.
Pendidikan
karakter/budi pekerti mengajarkan agar anak didik untuk menjadi
orang-orang yang memiliki hati untuk memahami ayat-ayat Allah, memiliki
mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan memiliki telinga
untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang di dalamnya, ada kebenaran
sebagai pedoman hidup yang paling tinggi untuk berbuat kebajikan menuju
keselamatan dunia dan akhirat. Pendidikan karakter/budi pekerti adalah
pendidikan yang berorientasi pada kesucian jiwa dan badan, seimbang
antara membangun mental spiritual (jiwa) dengan membangun kecerdasan
badan atau raga (kinestetik).
B. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Budaya (Culture values approach)
Kebudayaan
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
termasuk membiasakan budi pekerti yang baik. Budaya adalah keseluruhan
cara hidup, warisan social, cara berpikir, kepercayaan, cara kelompok
bertingkah laku, gudang pelajaran yang dikumpulkan, tindakan baku untuk
mengatasi masalah, peraturan bertingkah laku dalam acara tertentu.
Susbtansi
dari budaya dalam kehidupan sehari-hari tampak pada kebiasaan, adat
istiadat, pola pergaulan, upacara ritual (kepercayaan), sikap dan
perilaku yang berulang-ulang yang khas dalam kehidupan masyarakat
tertentu. Nilai-nilai budaya yang positif yang diwariskan oleh nenek
moyang negeri ini tampaknya perlu dihidupkan, dibangun kembali dalam
kerangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa ini.
Nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai suatu pendekatan membangun karakter/budi pekerti bangsa:
1. Pemahaman budaya leluhur
Sejarah
telah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia senang hidup
bersama, berkelompok, bergotong royong mengerjakan sawah, membangun
rumah, saling tolong menolong terhadap kerabat yang terkena musibah.
Sungguh mahal harganya untuk membangun kembali karakter/budi pekerti
yang hidup dalam nilai-nilai budaya leluhur bangsa ini tempo dulu.
2. Mempertahankan Nilai-Nilai Dasar Budaya Yang Merupakan Jati Diri Bangsa
Diakui
sejujurnya bahwa bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa yang dihormati,
disegani, harimaunya ASEAN. Bangsa ini terkenal keramah-tamahannya dan
kesantunannya penampilan duta-duta Indonesia dalam bidang kesenian,
olahraga misalnya membuktikan negeri ini adalah negeri yang berbudaya
tinggi yang mencerminkan pula karakter/budi pekerti bangsa ini adalah
berkarakter mulia.
3. Memahami Bahwa Pluralistis(multi etnis, multi agama, multi kepercayaan, multi budaya, dll), tetapi tetap satu (NKRI)
NKRI
dalam pluralistis dibuktikan oleh sejarah Indonesia merdeka. Pendiri
Negari ini telah menetapkan komitmen nasional yaitu BHINNEKA TUNGGAL
IKA, WALAUPUN BERBEDA-BEDA TETAPI TETAP SATU. Memahami pluralistis dalam
beraneka ragam multi mengandung pengertian bahwa multi-multi tersebut
adalah kekuatan bangsa untuk menjaga ketahanan nasional dalam rangka
mewujudkan stabilitas nasional.
Ketahanan
Nasional adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisikan
keuletan dan ketangguhan untuk mencegah segala macam hambatan, ancaman,
rintangan, dan gangguan yang datangnya dari dalam maupun luar negeri.
4. Mengedepankan Nilai-Nilai Patriotisme
Nilai-nilai
yang di kedepankan dalam karakter patriotic, cinta tanah air misalnya
pantang dihina dan pantang menghina. Bila dihina maka muncul perilaku
kolektif untuk membela tanah air, dan bila menghina juga akan muncul
perilaku kolektif untuk mencegah jangan sampai melakukan penghinaan.
5. Memahami Makna Perilaku Berbudaya (Perilaku Berkarakter/Berbudi Pekerti Berbasis Budaya)
Perilaku
budaya adalah perilaku yang berorientasi atau merujuk pada
aktivitas-aktivitas norma-norma positif yang dikerjakan bersama dalam
masyarakat tertentu dinilai membawa kebaikan. Bila individu atau
kelompok tertentu tidak ikut di dalamnya cenderung kurang disukai
masyarakat. Contohnya, gotong royong, tolong menolong, sadar hukum,
toleransi, dan saling menyayangi.
6. Pemahaman Terhadap Nilai-Nilai Budaya Etnis/Suku Untuk Memperkaya Khasanah Budaya Sendiri Sebagai Penangkal Konflik Sosial
Dalam
keanekaragaman dan perbedaan budaya itu dapat digali pengetahuan yang
baru, individu dan kelompok tahu banyak hal dari budaya etnis/suku.
Dengan mempelajari budaya orang lain akan tumbuh karakter/budi pekerti
yang mampu menyesuaikan diri sehingga terhindar dari kesalahpahaman
apalagi pertikaian dan perkelahian yang mengantarkan pada konflik
social.
Dalam
rangka menginternalisasikan nilai-nilai budaya seperti yang dikemukakan
di atas kepada seluruh masyarakat perlu diprogramkan oleh pemerintah
(pusat dan daerah), wakil rakyat, tokoh-tokoh masyarakat, dan
tokoh-tokoh agama dalam bentuk kegiatan terprogram secara rutin.
Kegiatan terprogram itu dapat dalam bentuk PENDIDIKAN MENCERDASKAN
MASYARAKAT terhadap pentingnya memahami nilai-nilai luhur budaya yang
telah diwariskan oleh leluhur bangsa ini.
C. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Pancasila (Five Principles Values Approach)
I. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Pancasila
adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup bangsa Indonesia
juga sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai falsafah bangsa
Indonesia pancasila merupakan sumber kehidupan bernegara. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia berisikan ajaran yang
mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam sila-silanya.
Pancasila
sejatinya dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia yang seharusnya
dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, karena mengandung nila-nilai luhur yang dijiwai
oleh nilai-nilai luhur agama. Nilai-nilai luhur pancasila yang terpatri
dalam sila-sila pancasila sejatinya dihayati dan diamalkan, bukan
sekedar semboyan semata yang dibaca pada setiap upacara apapun, baik di
sekolah maupun dalam upacara memperingati hari-hari besar nasional.
II. Nilai-nilai Luhur Pancasila
Manusia
dilahirkan sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri,
artinya manusia senantiasa memerlukan bantuan orang lain. Bantuan orang
lain itu akan dirasakannya diperlukan ketika akan memenuhi kebutuhan,
baik itu kebutuhan biologis, kebutuhan hiburan, kebutuhan rasa aman dan
nyaman.
Nilai-nilai pancasila dijabarkan dari:
a. Keyakinan dan Kerukunan
Nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu:
kepercayaan terhadap eksistensi Allah SWT Yang Maha Kuasa, toleransi
antar pemeluk agama, kerukunan antar pemeluk agama, saling menghormati
antar pemeluk agama, kebebasan menjalankan ibadah menurut agama yang
diyakini.
b. Keadilan yang Beradab
Nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
yaitu: bahwa manusia memiliki martabat, harkat, derajat yang tinggi
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia di bumi, manusia
memiliki agama, manusia memiliki budaya, manusia memiliki daya piker,
daya cipta, dan daya karsa untuk berbuat demi kemaslahatn umat,
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran.
c. Kebanggaan dan Kecintaan
Nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia yaitu: kecintaan
dan bangga terhadap tanah air, Negara yang berdaulat, bahasa, dan
bendera merah putih, mencintai NKRI, mencintai kemerderkaan dan mengisi
kemerdekaan dengan pembangunan yang mensejahterakan dan memakmurkan
rakyat, mencintai pejuang yang rela berkorban.
d. Ketaatan
Nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan adalah: taat
melaksanakan keputusan dari hasil musyawarah mufakat, taat pada
norma-norma ajaran agama, norma-norma kehidupan dalam masyarakat seperti
taat pada hukum adat, menerima hasil keputusan bersama.
e. Keadilan Sosial
Nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi Selurih Rakyat
Indonesia adalah: adil dalam arti tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap individu atau kelompok lain, adil dalam memberlakukan keputusan
hukum, adil dalam member lapangan kerja, adil dalam memperjuangkan HAM,
tidak merugikan orang lain, membela keadilan dan kebenaran, dan
menghormati hak orang lain.
III. Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Telah
dikemukakan sebelumnya bahwa rumusan pancasila digali dari pola
kehidupan, budaya dan adat istiadat masyarakat bangsa Indonesia yang
mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan suatu rangkaian sistem nilai
dasar yang memperkuat satu sama lainnya. Kekuatan spiritual dan sistem
nilai dasar inilah yang dihayati, diamalkan, diaktualisasikan oleh para
pendiri republic ini.
Penerapan
pancasila sebagai pandangan hidup di Indonesia tidak mudah. Negara ini
adalah Negara yang pluralistic, jumlah etnisnya ± ada 300 kelompok yang
sudah pasti memiliki adat istiadat, budaya dan pola hidup serta
nilai-nilai kehidupan yang dianut pun berbeda. Belum lagi macam-macam
agamanya dengan tata cara beribadah yang berbeda, bahasa, dialeg, watak
etnisnya yang dipahami oleh pendatang lain. Kondisi pluralistic inilah
kadang-kadang sebagai penyebab terjadinya benturan nilai-nilai yang
saling berbeda yang dapat menimbulkan konflik social.
IV. Internalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Pancasila
sebagai falsafah bangsa yang identik dengan pandangan hidup bangsa
Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Pancaran wawasan
yang bersumber dari kekuatan dan kesaktian pancasila ibarat pancaran
sumber air yang member kehidupan. Apabila sumber-sumber air tersebut
menyatu akan menjadi sumber kekuatan yang mampu menahan apa saja. Ibarat
air laut yang merupakan kesatuan dari pancaran sumber air yang mampu
menahan apa saja yang ada di permukaannya dan mampu pula menghantam dan
menghancurkan apa saja yang menghalanginya.
Pancasila
adalah sumber kehidupan dalam arti pandangan hidup bangsa Indonesia,
apabila diganggu dan dirongrong, berarti menggangu dan mengrongrong
setiap aspek kehidupan bangsa. Sumber kehidupan berarti napas yang harus
dijaga dari gangguan, hambatan, dan ancaman, bila tidak maka napas
pasti berhenti dan konsekuensinya adalah mati.
a) Internalisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi
Internalisasi
yang dimaksud adalah menanamkan nilai-nilai luhur pancasila agar kokoh
dan tidak mudah digoyahkan oleh siapapun, dan pendidikan nilai-nilai
luhur pancasilla agar setiap perilaku intelektual insan perguruan tinggi
mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila.
b) Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi
Aktualisasi
yang dimaksud adalah budayakan perilaku yang mencerminkan jati diri
pancasialis dan membangun citra kampus pancasila.
D. Memahami Hakekat Manusia
1) Manusia sebagai makhluk beragama
Sesungguhnyaperilaku
manusia yang berkarakter baik/ berakhlak mulia dan yang berkarakter
tidak baik tergantung dari segumpal darah yang ada dalam tubuh manusia
yaitu hati (Qalbu). Oleh karena itu, memelihara hati, menumbuh suburkan
hati sangat penting melalui siraman hati. Siraman hati yang paling
berharga adalah bersumber dari ajaran agama.
Manusia
beragama hakekatnya ingin hidup damai, tentram, aman, dan tertib. Agama
apapun mengajarkan kedamaian, ketentraman, keamanan, dan ketertiban
baik lahir maupun batin. Intinya adalah menghayati, memahami, dan
mengamalkan ajaran agama. Dalam keseharian perilaku sopan santun, atau
adat istiadat, tata krama, menghormati orang tua dan guru, patuh dan
taat adalah pembinaan karakter/ budi pekerti sejak dini.
2) Manusia adalah Makhluk yang Berbahaya
Manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT adalah makhluk yang berbudaya.
Manusia berbudaya, unsur inilah yang membedakan antara manusia dengan
hewan. Manusia dibekali dengan akal untuk membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Dengan akal manusia dapat mewujudkan bermacam karya
sebagai hasil budaya. Manusia dibekali pula dengan perasaan. Perasaan
untuk tidak menyinggung dan mengganggu orang lain adalah perasaan yang
berkarakter/ berbudi pekerti. Perasaan kecintaan, kekeluargaan,
kekerabatan, kepedulian, keakraban, dll bersumber dari hati yang bersih
dan jernih. Sebagai makhluk berbudaya padda hakekatnya adalah manusia
ingin maju, manusia ingin bersaing, manusia ingin menciptakan sesuatu
yang baru, manusia ingin beradat istiadat, bersopan santun, manusia
ingin menciptakan karya dan seni, manusia ingin menciptakan ilmu
pengetahuan, manusia ingin menciptakan pembaharuan pendidikan, manusia
ingin mememlihara tradisi.
4. Pendidikan Karakter Dalam Gurindam Dua Belas
A. Raja Ali Haji Penulis Gurindam Dua Belas
Gurindam
Dua Belas yang dikenal sangat luas merupakan karya dari seorang Bapak
Bahasa Indonesia, Pahlawan Nasional dibidang Bahasa yaitu Raja Ali Haji.
Nama lengkapnya adalah Teungku Haji Ali al-Haji bin Tengku Haji Ahmad.
Dilahirkan di Pulau Penyengat Indra Sakti di waktu itu menjadi pusat
pemerintahan Kerajaaan Riau Lingga, Johor dan Pahang. Raja Ali Haji
sebagai penulis Gurindam Dua Belas adalah seorang Pahlawan Nasional
dibidang Bahasa Melayu sebagai asal Bahasa Indonesia.
B. Rumusan Gurindam Dua Belas
Gurindam
Dua Belas adalah karya puisi yang diciptakan oleh Raja Ali Haji dengan
memperlihatkan kepoloporan dalam meningkatkan kulitas Bahasa Melayu
menjadi Bahasa Indonesia modern. Gurindam Dua Belas mengandung banyak
nasehat, pesan, dan petuah bagi anak bangsa terutama sekali dalam
membangun Karakter/ budi pekerti. Disebut Gurindam Dua Belas karena isi
puisi terdiri dari dua belas pasal. Secara rinci dikutip berikut ini :
Ini Gurindam Pasal Yang Pertama
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyala
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan tuhan yang bahri
Barang siapa yang mengenal dunia
Tahulah ia dunia mudharat
Ini Gurindam Pasal Yang Kedua
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah dapat dua temasa
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji
Inilah Gurindam Pasal Ketiga
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersunggguh-sungguh engkau memelihara tangan
Dari pada segala berat dan ringan
Apabilaa perut terlalu penoh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Ini Gurindam Pasal Yang Keempat
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangaan dibela
Nanti hilang akal dikepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada dia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya umpama ketor
Di mana taau salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaaan takabur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
Ini Gurindam Pasal Yang Kelima
Jika hendak mengenal orang yang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbagia
Sangat mmeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang mulia
Lihatlah pada kelakauan dia
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalaam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baikperangai
Lihat pada ketika bercampur deengan orang yang ramai
Ini Gurindam Pasal Yang Keenam
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akaan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan
Plih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
Ini Gurindam Pasal Yang Ketujuh
Apabila banyak berkata-kata
Disitulah banyak jalan masuk dosa
Apabila banyak berlebih-lebihan ssuka
Itulah tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat
Itualah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tiada dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencak orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan ada khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah sekalian orang gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang yang berbuat onar
Ini Gurindam Pasal Yang Kedelapan
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada yang lainnya
Kapada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engakau percaya
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khaabar
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah dari syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka
Ini Gurindam Pasal Yang Kesembilan
Tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat penggoda
Perkumpulan laki-laki daan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru
Ini Gurindam Yanng Kesepuluh
Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengak balai
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa
Supaya kemaluan jangan menerpa
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
Ini Gurindam Pasal Yang Kesebelas
Hendak berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang tercela
Hendak memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan perangai
Ini Gurindam Pasal Yang Keduabelas
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
Hukum ‘adil atas rakyat
Tanda raja beroleh ‘inayat
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Hormat orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta
5. Karakter/Budi Pekerti Kepemimpinan Nasional
Manusia
sudah ditakdirkan hidup berkelompok berdasarkan kepentingan bersama.
Untuk mencapai kepentingan kelompok diperlukan seorang pemimpin untuk
mengarahkan dan mengerahkan semua unsur dalam organisasi seperti manusia
dengan pola tingkah laku dan pemikiran yang berbeda, sarana dan
prasarana, serta dana agar menjadi satu potensi satu dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
Kualitas
seorang pemimpin tampak pada kemampuannya menggerakkan, memberi
bimbingan , perintah dan motivasi sehingga bawahan termotivasi untuk
berbuat demi kepentingan bersama mencapai tujuan yang disepakati
bersama. Sehubungan dengan itu, arti kepemimpinan adalah suatu kiat ilmu
dan seni memimpin yang tampak pada usaha mempengaruhi orang lain
terutama bawahan yang dipimpinnya untuk mentaati perintah dan petunjuk
secara suka rela guna mencapai tujuan organisasi.
Berpegang
pada pengertian umum kepemimpinan tersebut maka yang dimaksud dengan
Kepemimpinan Nasional adalah “kelompok elite bangsa pada segenap strata
kehidupan nasional pada bidang sektor/profesi pada supra dan infra
struktur, serta pemimpin non formal yang memiliki kemampuan dan
kewenangan untuk mengarahkan/mengerahkan bangsa dan negara dalam
pencapaian nasional.
Dalam
situasi dan kondisi sekarang ini dunia terus berubah menurut “Kekuatan
Perubahan” (Power of Change) dari waktu ke waktu. Situasi dan kondisi
yang selalu berubah ini disebabkan oleh sistem kehidupan social yamg
selalu berubah yang cenderung kearah yang lebih meningkat/maju. Oleh
karena itu strategi kepemipinan pun tidak statis tetapi dinamis sesuai
dengan arah gerakan perubahan tersebut.
A. Rasulillahi Uswatun Hasanah Pemimpin Umat
Dalam
Al-Quran Surat Al-Ahzab, ayat 21 Allah berfirman dengan : “Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang amat baik bagimu
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
“Akhlak
Rasullah patut dicontoh oleh pemimpin sekarang adalah sejalan dengan
reference diatas adalah pemurah, tidak kikir, berani, tidak pernah
mundur dalam memutuskan, dan jujur serta terpercaya sepanjang hidupnya”.
(KH. Abdullah Zaki Al-Kaaf :79). Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa
contoh teladan yang paling unggul dari yang unggul adalah Muhammad
Rasulullah.
Seorang
pemimpin yang baik memiliki sifat rendah hati, terbuka dan kritik,
jujur, berani, mengatakan yang benar itu bener dan salah itu salah,
memegang amanah, berlaku adil, memiliki komitmen dalam perjuangan,
beritelegensi, dan mengabdi kepada Allah SWT.
- Jangan tukar Rahmatan li a’lamin Rasulullah dengan kegelapan.
- Jangan tukar Syurga yang dirahasiakan Rasulullah dengan neraka.
- Jangan tukar ke-Sidiq-an yang dicontoh Rasulullah dengan ketidak jujuran.
- Jangan tukar ke-Taqlib-an yang dicontohkan Rasulullah dengan kesombongan .
- Jangan tukar ke-Fathanahan yang diajarkan Rasulullah dengan kebodohan.
B. Contoh Kepemimpinan Berkarakter/Berbudi Pekerti
Kepemimpinan
Nasional yang dirindukan oleh rakyat sekarang ini adalah “keteladanan”.
Dalam era demokrasi sejatinya dalam pertarungan pemilihan kepemimpinan
menerima lawan yang menang, sehingga kehidupan Negara tidak terganggunya
oleh ulahnya kepemimpinan yang kalah.
Beberapa contoh kepemimpinan yang berkarakter kuat :
- Perdana Menteri Wanita Pertama Iggris Margaret Thatcher (Wanita Besi). Pemimpin yang tidak pernah putus asa jika tanda-tanda kemenangannya belum dilihat, ia berjuang sampai sukses, walau Thatcher sering pula mengalami kekalahan dalam dunia politik. Keputusannya penuh ketelitian, perhitungan, mendengar pendapat beberapa pihak.
- Le Kuan Yew, membawa Singapura yang semula hanya sebuah pulau kecil yang miskin sumberdaya menjadi Negara yang makmur.
Di
sebuah Negara yang tidak memilki new leaders yang cakap atau situasi
masyarakat yang cenderung statis seperti negara-negara Asia, akan lebih
manjur, jika menggunakan pendekatan yang lebih otoritatif dengan sistem
dan prosedur yang terukur. Ada situasi dimana fleksibilitas yang
berlebihan malah membawa inefisiensi, minat kerja yang rendah, dan
bahkan penyalahgunaan wewenang.
Strategi
yang sama juga diterapkan di tempat dimana terdapat kesenjangan skill
antara follower and leader sepwrti Indonesia. Bahkan sulit bagi kita
untuk mengharapkan mereka yang pendidikannya terbatas untuk mengambil
keputusan secara benar. Dengan strategi penerapan yang benar, sebuah
negara bahkan akan berjalan dengan efektif, meskipun mungkin tidak semua
orang simpati pada kebijakan kita maupun diri kita secara pribadi.
C. Kepemimpinan Nasional Yang Diharapkan
Masalah
besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini dalam hal
kepemimpinan adalah bagaimana kader kepemimpinan nasional menghadapi
krisis bangsa ini. Kerinduan terhadap pemimpin kuat bukan basa-basi.
Pemimpin yang kuat bukan berarti otoriter yang kental dengan kekerasan.
Tetapi pemimpin memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, kedalam
wawasa, yang memiliki komitmen yang kuat untuk mengawal demokrasi,
penegakan HAM dan hokum tanpa pandang bulu.
Pemimpin
yang demokrasi dikawal oleh penegakan hukum, karena keduanya merupakan
dua sisi mata uang yang saling memberi arti. Untuk memilih pemimpin
seperti itu, persyaratannya adalah rakyat harus cerdas.
6. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis Dalam Membangun Karakter Anak Bangsa
Dalam
era globalisasi dan demokrasi sekarang ini,bangsa indonesia tengah
mengsikapi arus global. Era globalisasi merubah situasi dan kondisi
dunia menjadi sempit. Di satu sisi, globalisasi ditandai dengan
persaingan dan keunggulan, pada sisi lain globalisasi didukung oleh
kemajuan teknologi informasi.Sejalan dengan itu, isu demokratisasi
semakin menonjol dan juga isu politik lainnya bersamaan demokratisasi
adalah transparansi. Namun, disisi lain persoalan yang dihadapi adalah
bangsa yang masih dalam kondisi krisis multidemensi yang berkepanjangan.
A. Pengaruh perkembangan Lingkungan Strategis (Lingstra) Global / Internasional dan Regional
Krisis
moneter yang sedang melanda Republik indonesia yang tercinta ini
disebabkan salah satu diantaranya adalah bahwa negara berkembang sangat
tergantung kepada negara maju. Faktor lain yang mrngakibatkan negara ini
terpengaruh yaitu lemahnya karakter/budi pekerti anak bangsa , lemahnya
solidaritas nilai-nilai luhur yang sudah dibangun oleh leluhur
ditinggalkan begitu saja.
1) Pengaruh dalam Bidang Politik
Dampak
perkembangan lingkungan strategis global/ internasional dibidang
politik dapat diikuti dari munculnya keyakinan diberbagai negara,
khususnya negara berkembang. Perkembangan pada dimensi lain pada bidang
politik yaitu munculnya lembanga politik internasional, lembaga keuangan
internasional, perusahaan multi nasional, LSM , Badan-Badan Swasta
nasional, Dll.
2) Pengaruh dalam Bidang Ekonomi
Pengaruh
kekurangmantapan sistem moneter internasional tampak pada nilai tukar
uang yang tidak menentu. Perkembangan lingkungan strategis regional
lebih dominan dibidang ekonomi ini ditandai pula oleh meningkatnya
hubungan dagang dan ekonomi diantara negara-negara Asean .Namun,
perkembangan lingkungan strategis regional tampaknya sangat besar sekali
yaitu krisis moneter yang hampir terjadi disetiap negara.
3) Pengaruh dalam Bidang Sosial Budaya
Dampak
perkembangan lingkungan strategis global/ internasional dan regional
dalam bidang sosial-budaya tampak jelas pada perilaku masyarakat seperti
cara berpakaian,munculnya jenis-jenis makanan baru dengan segala macam
merek, serta gaya hidup mewah ala ke barat-baratan,Dll. Hal ini
menunjukkan perilaku yang mencotoh budaya global yang lebih ditontonkan
ketimbang perilaku budaya bangsa sendiri. Kecendrungan mewujudkan
demokratisasi sehingga tuntutan politik dalam segala mobilitasnya
berdampak pula pada bidang sosial budaya.
4) Pengaruh dalam Bidang Pertahanan
Perkembangan
lingkungan strategi global di bidang pertahanan juga adalah
disentegrasi bangsa. Perkembangan kegiatan terorisme internasional yang
ditandai dengan runtuhnya gedung WTC dan Pentagon di AS., dll. Pengaruh
perkembangan lingkungan strategis regional dibidang pertahanan ditandai
oleh adanya sengketa yang mengakibatkan terganggunya stabilitas
nasional.
B. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis Nasional
1) Pengaruh dalam Bidang Politik
Orde
reformasi lahir sebagai koreksi total terhadap
penyelewengan-penyelewengan dalam bentuk KKN selama orde baru yang
dimuati dengan “Kekuasaan”, Monopoli ekonomi, arongasi,Dll. Issue
nasional juga adalah otonomi daerah yang mulai diberlakukan berdasarkan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang masih memerlukan telah strategis.
2) Pengaruh Dibidang Ekonomi
Perkembangan
lingkungan strategis nasional dalam bidang ekonomi yang berdampak pada
stabilitas pembangunan nasional adalah belum seimbangnya pembangunan
ekonomi dipusat dan didaerah, antara kota dan desa merupakan salah satu
penghambat pembangunan nasional. Pada sisi lain, dalam sistem
perekonomian nasional yang ikut mempengaruhi stabilitas nasional adalah
munculnya deregulasi dan debirokratisasi perekonomian nasional untuk
menghindari biaya yang tidak proporsional yang ditanggung oleh rakyat.
Misalnya melalui tarif pajak telpon, listrik,air, BBm, serta menghindari
monopoli dan oligopoli.
3) Pengaruh dalam Bidang Sosial Budaya
Keterbukaan
dalam era globalisasi yang didukung oleh kekuatan jaringan ilmu
pemgetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama teknologi informasi,
teknologi komunikasi, teknologi transportasi telah merubah tantanan
nilai norma kehidupan baru. Masalah sosial budaya lainnya yg belum
tertuntaskan,seperti penyebaran penduduk menumpuk dikota-kota besar.
Dampak perkembangan lingkungan strategis nasional lainnya adalah
penegakkan supremasi hukum supaya masyarakat taat kepada
hukum,Permasalahan dapatkah mereka meningkatkan ketahanan budaya agar
arus budaya “Modernisasi” dan “Westernisasi” yg sulit dibendung termasuk
muatan-muatan negatifnya.
4) Pengaruh dalam Bidang Pertahanan
Berbagai
krisis yg bermula direpublik ini bermula dari krisis moneter yg
mengantar pada krisis multimensi sangat menganggu stabilitas nasional
dan dapat merapuhkan ketahanan nasional. Kewaspadaan harus ditingkatkan
karena berbagai peristiwa telah terjadi direpublik ini dari sabang
sampai merauke, Misalnya di aceh terkenal dengan GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) , Dipapua (OPM), Dll. Peristiwa tersebut berpengaruh pada semua
aspek kehidupan yang mencakup semua bidang.
7. Bersikap Positif Terhadap Globalisasi
A. Mengemas Informasi Berkualitas
Globalisasi
merupakan karunia dari Allah yang maha Kuasa, maha Besar, maha tahu,
dan maha segala-galanya. Globalisasi menuntut kualitas yang pada
hakekatnya bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sebagai
contoh sikap positif misalnya globalisasi informasi melalui media massa.
Seyogyanya disadari bahwa informasi merupakan sesuatu yang mahal,
Barang siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai dunia, oleh
karna itu, manusia sejatinya mengemas informasi supaya berkualitas. TV
sebagai media komunikasi informasi hendaknya mampu menyampaikan
informasi yang benar, misalnya:
- Informasi yang disampaikan sesuai dengan kenyataan
- Informasi yang disampaikan mampu membendung kesalahan informasi yang lain,
- Informasi yang disampaikan mengandung kaedah ajaran yang benar
- Informasi mengandung nilai-nilai luhur untuk kehidupan yang lebih bermutu.
Media
masa harus bisa menjernihkan pandangan hidup umat manusia pada umumnya
,punya tanggung jawab terhadap perkembangan moral generasi yang akan
datang.
B. Mengemas Pribadi Berkarakter/Berbudi Pekerti
a) Mengendalikan Hati
Mengendalikan
hati bukan pekerjaaan gampang,sebab pada diri manusia sejak lahir sudah
ada perasaan dengki dan iri. Oleh karena itu, bebaskan diri dari kedua
perasaan itu . Karna tidak akan sukses orang-orang yang memiliki sifat
seperti itu.
b) Keterbukaan Berkomunikasi
Hidup
ini tak sendiri, manusia hakekatnya adalah makhluk sosial, perlu teman
perlu berkomunikas. Oleh karena itu miliki keberanian mendengarkan dan
mengakui pendapat orang lain.
c) Manfaatkan Waktu
Waktu
adalah modal, sungguh beruntung yang adil dengan waktu. Ada waktu
sholat, istirahat, bermain, olah raga, makan, rekreasi, dsbnya.
d) Hindari Membuat Masalah dan Sederhanakan Masalah
Masalah
adalah rahmat Allah, karena dengan adanya masalah maka manusia akan
berpikir untuk mengatasinya, untuk mencari jalan keluarnya dan karna itu
pulalah manusia maju.
No comments:
Post a Comment