Tahap-Tahap Dan Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas
Kualitas
dari suatu produk baik berupa barang maupun jasa, akan dihasilkan
apabila pengendalian kualitas dilaksanakan dengan baik dan dilakukan
pengendalian kualitas dilaksanakan dengan baik dan dilakukan
pengendalian yang bersifat menyeluruh. Oleh karena itu pengendalian
kualitas sangat luas karena semua yang berhubungan dengan kualitas harus
diperhatikan.
Secara
garis besarnya pengendalian kualitas dapat dibedakan menjadi tiga tahap
seperti yang dikemukakan oleh Elwood S. Buffa (1996:45) yang dialih
bahasakan oleh Bakri Siregar yaitu:
1. The inspection and control of quality of incoming raw material (pemeriksaan dan pengendalian bahan baku)
Pemeriksaan
selama proses produksi ini terutama untuk menjamin bahwa hanya bahan
baku dan bahan pembantu yang memenuhi syarat untuk diproses serta
menjamin jalannya proses produksi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan pengendalian ini dilakukan terhadap semua
faktor-faktor produksi terutama terhadap kualitas bahan pembantu yang
digunakan, karena bahan baku dan bahan pembantu sangat mempengaruhi
kualitas dari produk akhir.
2. The product inspection and control of process (pemeriksaan dan pengendalian produk proses produksi)
Pengendalian
kualitas pada tahap ini diperlukan untuk mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan serta untuk melaksanakan koreksi, pada tahap
ini dilakukan pemeriksaan pada akhir setiap tahap proses produksi
berlangsung.
3. The inspection and testing for product performance (pemeriksaan dan pengujian pada proses akhir)
Walaupun
telah dilakukan pengujian terhadap bahan baku dan proses produksi,
tetapi hal itu tidak menjamin bahwa produk yang dihasilkan pasti baik
dan diperlukan pemeriksaan pada saat produk akhir yang gagal atau tidak
sesuai dengan standar sehingga tidak sampai ke tangan konsumen.
Pengendalian
kualitas diperlukan beberapa sarana penunjang yang akan membantu dalam
pelaksanaan pengendalian kualitas di perusahaan. Dengan adanya sarana
penunjang ini, diharapkan akan meningkatkan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Sarana penunjang pengendalian kualitas ini antara lain
adalah teknik kendali mutu dan delapan langkah pemecahan masalah
Menurut
Elwood S. Buffa (1996:48) yang dialihbahasakan oleh Bakri Siregar
terdapat beberapa langkah-langkah yang juga harus dilakukan dalam
kegiatan pengendalian kualitas, yaitu:
1. Menetapkan standar
Menentukan
standar biaya kualitas (cost quality), standar kualitas kerja
(performance quality), standar keandalan (reability quality) yang
diperlukan untuk produk tersebut.
2. Menilai kesesuaian
Membandingkan kesesuaian dari produk yang dibuat atau jasa yang ditawarkan terhadap standar-standar ini.
3. Bertindak bila perlu
Mengoreksi
masalah-masalah dan mencari penyebabnya melalui faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap produk-produk yang tidak sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
4. Merencanakan perbaikan
Mengembangkan suatu upaya yang berkesinambungan untuk memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan dan keandalan.
1. Delapan langkah Pemecahan Masalah
Pelaksanaan
dalam pengendalian kualitas ini seluruh penyimpangan yang terjadi di
luar batas-batas yang telah distandarkan, dicatat, dianalisis serta
dipergunakan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi dimasa
datang sehingga tidak terulang lagi kesalahan yang sama.
Delapan
langkah untuk program perbaikan dan peningkatan merupakan
langkah-langkah yang dipergunakan untuk penanggulangan masalah dan
program peningkatan. Dengan pemakaian delapan langkah ini diharapkan
penyelesaian masalah dan program peningkatan dapat dilakukan secara
sistematis dan dapat diketahui adanya perbaikan secara pasti dengan
hasil yang baik yang telah dicapai dan dipertahankan.
Menurut
Kauro Ishikawa (1988:102) yang dialihbahasakan oleh Nawolo Widodo.
Delapan langkah pemecahan masalah yang sering digunakan dalam
pengendalian kualitas sebagai landasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Menemukan Masalah
2. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah
3. Menemukan penyebab utama
4. Menyusun rencana penanggulangan
5. Melaksanakan Rencana penanggulangan
6. Evaluasi hasil penangulangan
7. Standarisasi
8. Rencana selanjutnya
1. Menemukan Masalah
Langkah
ini Mempersiapkan suatu daftar dari semua masalah yang ada di
lingkungan kerjanya. Alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah
lembar pengumpulan data, diagram pareto dan bagan kendali p.
2. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah
Langkah
selanjutnya adalah menganalisis masalah untuk menemukan penyebab dari
faktor-faktor manusia, mesin, metode, materil dan lingkungan. Alat
pengendalian kualitas yang digunakan adalah diagram sebab akibat.
3. Menemukan penyebab utama
Setelah
ditemukan penyebab masalah tersebut kemudian menentukan penyebab utama
atau penyebab yang paling dominan. Alat pengendalian kualitas yang
digunakan adalah diagram pareto dan diagram pencar.
4. Menyusun rencana penanggulangan
Pada
langkah ini membuat dan mempersiapkan usulan pemecahan masalah serta
memilih penanggulangan yang paling efektif untuk meneliti kelengkapanya
dapat digunakan 5W+1H yaitu What, Why, When, Where, Who, dan How.
5. Melaksanakan Rencana penanggulangan
Langkah ini mengumpulkan data hasil pemeriksaan dengan lembar pengumpulan data untuk dibandingkan dengan data semula.
6. Evaluasi hasil penangulangan
Langkah
ini bertujuan untuk membandingkan keadaan semula dengan data yang ada
sesudah pelaksanaan penanggulangan. Alat pengendalian kualitas yang
digunakan adalah diagram pareto, histogram dan bagan kendali.
7. Standarisasi
Standarisasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah yang telah dibahas dan
untuk mempertahankan hasil yang telah dicapai serta cara pelaksanaanya.
8. Rencana selanjutnya
Bila
Ke-7 langkah tersebut telah dilaksanakan maka langkah berikutnya adalah
menggarap masalah yang lain dengan cara yang sama (langkah ke-1 sampai
dengan langkah ke-7) setelah ke-8 langkah tersebut selesai kemudian
dibuat risalah.
2. Alat Bantu dalam Pelaksanaan Pengendalian Kualitas
Alat
Bantu dalam pelaksanaan pengendalian kualitas atau teknik pengendalian
mutu merupakan alat untuk mendeteksi sebab-sebab terjadinya
penyimpanngan diluar kendali dalam proses produksi dan cara bagaimana
untuk melakukan tindakan perbaikan. Terdapat tujuh macam alat
pengendalian kualitas yang dalam penerapannya dapat digunakan seluruhnya
maupun sebagian tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan.
Menurut Kauro Ishikawa (1988:43) yang dialihbahasakan oleh Nawolo Widodo, ketujuh alat tersebut antara lain:
1. Lembar Pemeriksaan (Chek sheet)
2. Pengelompokan (Stratification)
3. Diagram Pareto (Pareto Diagram)
4. Histogram
5. Diagram Pencar (Scatter diagram)
6. Diagram Sebab Akibat (cause and effect diagram)
7. Peta Kendali (Control Chart)
1. Lembar Pemeriksaan (Chek sheet)
Lembaran
pemeriksaan data merupakan alat Bantu untuk memudahkan pemeriksaan
data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi
kerja yang ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat lembaran pemeriksaan data, antara lain:
a. Maksud pembuatan harus jelas
- Apa yang akan diketahui
- Apakah data yang didapat sudah cukup lengkap sebagai dasar untuk bertindak
b. Stratifikasi yang baik
- Mudah dipahami dan diisi
- Memberikan data yang lengkap tentang apa yang mau atau yang ingin diketahui
c. Dapat diisi dengan cepat dan mudah, jika perlu menggunakan gambar untuk memperjelas.
Tabel Contoh Lembar Pemeriksaan (chek sheet)
LEMBAR CATATAN PEMERIKSAAN
| ||||||
Nama produk : No Mesin :
Karakteristik : Dept No : Dicatat oleh :
| ||||||
No
|
Tanggal
|
Jumlah yang diperiksa
|
Jumlah yang ditolak
|
Batas Kendali
|
Ket
| |
Atas
|
Bawah
| |||||
Jumlah
|
Sumber: Kauro Ishikawa
2. Pengelompokan (Stratification)
Stratifikasi
adalah menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok
dalam golongan-golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi
unsur-unsur tunggal dari persoalan, misalnya menguraikan menurut:
a. Jenis kesalahan atau kerusakan
b. Penyebab dari kesalahan atau kerusakan
c. Lokasi kerusakan atau kesalahan
d. Material, hari pembuatan, unit orang yang mengerjakannya, penyalur, waktu dan lain-lain.
Tabel Contoh Stratifikasi
No
|
Tanggal Pemeriksaan
|
Jumlah yang ditolak
|
Ditolak karena
| |||
A
|
B
|
C
|
D
| |||
Jumlah
|
Sumber: kauro Ishikawa
3. Diagram Pareto (Pareto Diagram)
Diagram
pareto merupakan diagram yang terdiri dari grafik balok dan grafik
garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap
keseluruhan. Maksudnya adalah untuk menemukan atau mengetahui problem
dan penyebab utama yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan
perbandingan terhadap keseluruhan.
Diagram pareto ini mengkonsentrasikan arah penyelesaian persoalan, karena kegunaan diagram pareto adalah:
a. Menunjukan persoalan utama dalam masalah kualitas
b. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan
c. menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas
d. Menunjukan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.
Langkah-langkah pembuatan diagram pareto adalah sebagai berikut:
a. Stratifikasi problem dengan angka yang jelas
b. Tentukan jangka waktu pengumpulan data
c. Atur masing-masing penyebab dengan nilai terbesar disisi kiri dan nilai terkecil disisi paling kanan.
d. Gambarkan grafik garis yang menunjukan presentase kumulatif dari penyebab terbesar sampai terkecil dari kiri ke kanan.
e. Pada grafik beri keterangan data diagram dan jumlah unit seluruhnya
Sumber: Kauro Ishikawa (1986:74) “Pedoman Pengendalian Mutu”
Gambar Contoh diagram pareto
4. Histogram
Gambaran
bentuk distribusi spesifikasi kualitas yang dihasilkan oleh data yang
dikumpulkan melalui lembar pemeriksaan, berbentuk diagram batang.
Histogram diperlukan untuk mengetahui kualitas produk dengan menggunakan
nilai rata-rata dan penyebaran suatu data, sehingga bisa ditentukan
apakah suatu proses berjalan dengan baik, dengan demikian didapatkan
informasi yang lebih banyak dari data tersebut dan akan mempermudah
penelitian dan mendapatkan kesimpulan yang ada.
Gambar Contoh Hitogram
5. Diagram Pencar (Scatter diagram)
Diagram
pencar dipakai untuk melihat korelasi (hubungan) dari suatu penyebab
atau faktor continue terhadap karakteristik kualitas atau faktor lain.
Bila berbicara tentang hubungan antara dua macam data, sesungguhnya
membicarakan tentang:
a. Hubungan penyebab dan akibat
b. Hubungan antar satu penyebab dengan penyebab lainnya
c. Hubungan antara satu penyebab dengan dua penyebab
Dengan
mennggunakan scatter diagram, kita dapat menilai peningkatan dengan
melihat hubungan atau korelasi dari variabel yang akan dievaluasi,
adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Kumpulkan data dan buatkan tabelnya
2) Gambarkan sumbu tegak dan datar beserta skala keterangannya lalu gambarkan titik data tersebut.
Gambar Contoh Diagram Pencar
6. Diagram Sebab Akibat (cause and effect diagram)
Diagram
ini disebut juga diagram tulang ikan (fish bone diagram) dan berguna
untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada karakteristik mutu.
Cause effect diagram dipakai oleh peneliti untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempegaruhi kualitas barang-barang atau produk yang
dihasilkan.
Kegunaan dari cause effect diagram ini adalah:
a.
Menganalisis kondisi-kondisi aktual untuk tujuan peningkatan kualitas
dari produk atau jasa yang dihasilkan, semakin efisien penggunaan dari
sumber daya dan mengurangi biaya-biaya.
b. Menghilangkan kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dan keluhan-keluhan dari konsumen
c. Standarisasi dari operasi-operasi yang ada
d.
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada organisasi-organisasi yang
terlibat dan membuat keputusan-keputusan dan kegiatan tindakan
perbaikan.
Lima
faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan diagram sebab akibat
yaitu manusia, bahan baku, metode, mesin, lingkungan dan keuangan.
Diagram sebab akibat dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Tentukan masalah yang akan diperbaiki, gambarkan masalah tersebut dalam kotak sebelah kanan
2) Cari faktor-faktor utama yang berpengaruh pada masalah tersebut
3)
Cari lebih lanjut, lebih rinci yang mempunyai akibat pada faktor utama
tersebut, kemudian tulis faktor-faktor tersebut disebelah kiri atau
kanan panah penghubung dan buatlah panah dibawah faktor utama.
4)
Cari penyebab-penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap, kemudian
carilah penyebab utama dengan meneliti masalah-masalah yang ada.
Sumber: kauro ishikawa
Gambar Contoh Diagram Sebab Akibat
7. Peta Kendali (Control Chart)
Grafik
merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk gambar, dimana grafik
tersebut berbentuk balok. Dengan memakai grafik, data lebih cepat, lebih
mudah dan lebih jelas dilihat. Hal ini dikarenakan hubungan dengan data
yang lalu dapat dijabarkan sekaligus dan perbandingan dengan data lain
yang berhubungan dapat dilihat jelas. Sedangkan peta kendali merupakan
garis dengan mencantumkan batas minimum yang merupakan batas daerah
pengendalian. Peta ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu.
walaupun demikian, peta ini tidak menjelaskan penyebab apa yang
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan.
Peta
kendali ini sangat berguna sebagai pelengkap untuk mengetahui apakah
metode yang digunakan sudah menghasilkan jumlah kegagalan produk yang
terkecil sehingga jumlah kerugian sudah dapat diminimalkan.
Ciri utama dari peta kendali ini adalah terdiri dari tiga garis horizontal, yaitu:
1. UCL (upper Control Limit) = Batas Kendali atas
2. CL (Control Limit) = Garis pusat
3. LCL (lower control limit) = Batas Kendali bawah
UCL
dan LCL adalah garis yang menunjukan batas toleransi (simpangan baku
yang diinginkan) sedangkan CL adalah garis yang menunjukan rata-rata
pengukuran dan perhitungan. Jika perubahan-perubahan yang terjadi berada
di bawah UCL dan berada di atas LCL, maka dikatakan bahwa
perubahan–perubahan tersebut sebagai hal yang normal, yang menunjukan
hasil terbaik yang dicapai manusia dan mesin. Sedangkan apabila ada
perubahan yang keluar dari batas-batas pengendalian, maka hampir dapat
dipastikan telah terjadi kesalahan-kesalahan dalam proses produksi.
Manfaat pada peta kendali dan grafik bagi pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:
a. Membantu pengendalian kualitas produk
b. Mengurangi variasi yang terjadi pada waktu proses
c. Memberikan kepastian dalam mengambil tindakan perbaikan
d. Mengurangi biaya testing dan inspeksi
e. Membantu dalam mengalokasikan suatu kesalahan
Peta
kendali p digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan proporsi dari
produk yang tidak memenuhi syarat spesifikasi mutu atau proporsi produk
yang cacat dalam suatu proses manufacturing.
Proporsi
yang tidak memenuhi syarat diidentifikasikan sebagai rasio banyaknya
item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu populasi terhadap total
banyaknya item dalam populasi. Item-item boleh mempunyai beberapa
karakteristik mutu yang diuji secara stimulant oleh pemeriksa. Jika item
itu tidak memenuhi standar pada satu atau lebih satu karakter ini, maka
item itu digolongkan sebagai tidak memenui syarat atau cacat. Proporsi
sering diungkapkan secara desimal, misalnya jika ada 30 produk yang
cacat dari 100 produk yang diperiksa maka dikatakan proporsi yang cacat
sebesar 0,30.
Langkah-langkah
pembuatan peta kendali p menurut Kauro Ishikawa (1986:119) yang
dialihbahasakan oleh Nawolo Widodo adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
2. Membagi ke dalam sub group
3. Menghitung bagian yang cacat
4. Mencari rata-rata bagian yang cacat
5. Menghitung batas kendali
6. Menggambarkan garis kendali dan menggambarkan peta kendali p
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan sebanyak mungkin, dimana data ini menggambarkan jumlah yang diperiksa (n) dan jumlah produk cacat (Pn)
2. Membagi data kedalam sub group
Data dikelompokan berdasarkan tanggal atau lot.
3.
Menghitung bagian yang cacat untuk sub group dan kemudian masukkan ke
dalam lembaran data. Untuk mencari bagian yang cacat, rumus yang di
gunakan adalah :
4. Mencari rata-rata bagian yang cacat dengan rumus :
P
5. Menghitung batas kendali
CL (Control limit) = Garis pusat (P)
No comments:
Post a Comment