Sunday, 23 October 2016

Pengertian Seni, Seni Lukis dan Lukisan

A. Landasan Teori '
1. Pengertian Seni, Seni Lukis dan Lukisan
Seni berasal dari kata Latin “ars” yang artinya keahlian mengekspresikan ide-ide dalam pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi penciptaan benda, suasana, yang mampu menimbulkan rasa indah (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1991:525).
Pengertian seni menurut Bastomi (1992:8) adalah: “Seni merupakan hasil kreativitas penciptanya, yang terwujud dalam bentuk kreasi dari hasil pengolahan yang kreatif dan salah satu sifat seni yang menonjol adalah kebaharuannya”. Selanjutnya Sudarmaji (1973:9) mengatakan bahwa: “Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan media grafis, warna, tekstur, volume, dan ruang”. Dalam berkarya seni, segala manifestasi batin dan pengalaman estetis yang dituangkan melalui media seni, diperlukan suatu konsentrasi atau pemusatan pikiran agar dalam menuangkan gagasannya dapat memuaskan batin penciptanya. 
Seni dapat pula dilihat sebagai pengungkapan perasaan atau emosi penciptanya, sehingga menjadi karakteristik dalam arti mencerminkan kehidupan perasaan penciptanya. Seperti apa yang telah dikemukakan di atas, bahwa seni adalah hasil kreativitas manusia yang memiliki sifat kebaharuan serta mampu membangkitkan rasa indah bagi si penciptanya maupun si penikmat seni. Seni merupakan hasil dari pengalaman penciptanya yang telah melalui proses dalam pengungkapan gagasan maupun cara pengungkapannya. Seni lukis adalah merupakan salah satu cabang dari seni yang dalam proses berkaryanya mengunakan medium dua dimensional. 

Tentang seni lukis dikemukakan oleh Read (lewat Soedarso SP.1975:2) dikatakan bahwa:

Seni Lukis adalah penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk (shape) pada suatu permukaan yang bertujuan menciptakan image-image, emosi-emosi pengalaman yang di bentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmonis.

Pengertian seni lukis yang ditinjau dari proses pembuatannya dikemukakan oleh Mayers ( dalam Sahman,1993:55

Dari beberapa pendapat di atas telah banyak di kemukakan pengertian tentang seni lukis sebagai suatu hasil kreativitas ciptaan manusia melalui pengolahan berbagai unsur rupa seperti: garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk (shape) pada bidang datar yang bertujuan menciptakan image-image dan emosi pengalaman yang dibentuk sedemikian rupa dalam suatu harmoni. Berbagai kesan yang ditimbulkan dari pengolahan unsur-unsur tersebut diharapkan dapat mengekspresikan makna atau nilai simbolis. Dengan demikian yang dimaksud dengan karya lukisan ialah suatu bentuk visual pada bidang dua dimensional yang merupakan wujud hasil ciptaan pelukis melalui pengolahan dan konfigurasi dari berbagai unsur rupa 

Menurut Cleaver (1966:1-2), seni rupa adalah suatu obyek yang mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan dan membangkitkan pengalaman dalam suatu disiplin. Seniman menyusun dalam suatu disiplin unsur-unsur seperti garis,

bidang, warna, gelap-terang, dan tekstur. Pelukis atau pematung dapat menggunakan unsur-unsur tersebut untuk menggambarkan obyek-obyek dari kehidupan sehari-hari dan menyampaikan perasaan tentang obyek itu, atau seniman dapat menggunakan unsur-unsur tersebut untuk menciptakan suatu bentuk obyek yang sama sekali baru sebagai bahan renungan. Apapun bidangnya, seniman menoiptakan karyanya dengan mengkomposisikan unsur-unsur dasar tersebut, dan kata "komposisi" menjadi sebutan lain dari karya seni rupa. Obyek-obyek atau keseluruhan obyek dalara karya seni rupa disebut "bentuk", tetapi "bentuk" juga digunakan untuk menunjuk seluruh ciri-ciri atau struktur dari suatu komposisi. Karena itu, studi tentang bagaimana unsur-unsur visual dan rabaan berfungsi dalam seni rupa disebut seba­gai "analisis bentuk" (formal analysis).

Sebagai pendekatan intelektual, analisis bentuk tidak memberikan rumus-rumus secara pasti, tetapi memberikan ke-rangka umum dan rasional untuk memahami karya seni rupa. Dengan pendekatan yang bersifat rasional tersebut, nilai keunikan dan keindahan suatu karya seni tidak akan hilang, karena apresiator dengan sendirinya tetap menggunakan intuisinya dalam mengamati karya seni rupa yang visual sifatnya.

2. Analisis Bentuk dalam Seni Lukis
Secara teknis, seni lukis adalah seni membubuhkan pigmen atau cairan warna pada bidang datar (kanvas, papan,

dinding, kertas) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, gerak, tekstur^/ dan bentuk, serta ketegangan-ketegangan yang dihasilkan oleh kombinasi dari elemen-elemen tersebut. Melalui perangkat teknis tersebut, seni lukis mengungkapkan nilai-nilai intelektual, emosional, simbolis, religius, dan nilai-nilai subyektif yang lain (Myers, 1962: 156).

Untuk mengungkapan perasaan, pelukis dapat mengolah elemen-elemen garis., warna, gelap-terang, bidang, dan tek-stur. Lukisan yang mengesankan dinamika, misalnya, biasan-ya menggunakan garis-garis yang diagonal (miring), bentuk-bentuk yang tidak beraturan, dan pewarnaan yang kontras, sesuai dengan sifat dinamis dari elemen-elemen bentuk tersebut. Sebaliknya, lukisan yang berkesan tenang biasan-ya menggunakan garis-garis yang horizontal atau vertikal dan gradasi warna yang lembut, sesuai dengan sifat stabil (diam) dari elemen-elemen tersebut.

Dengan mengatur perspektif, pelukis dapat mengesankan ruang dengan efek tertentu. Dalam pemdangan alam, misal-nya, garis cakrawala yang ditarik di atas tinggi normal akan menyebabkan jarak suatu benda di latar depan terhadap benda di latar belakang berkesan dramatis, lebih jauh dari jarak yang sesungguhnya.

Dengan memilih jenis bahannya (cat minyak, cat air, pastel), pelukis dapat mengeksploitasi sifat-sifatnya untuk mendukung isi yang diekspresikan. Untuk melukiskan

kelembutan dan kelemahan, misalnya, pelukis dapat menggu-nakan cat air yang sifat lembut dan transparan sifatnya dan, sebaliknya, untuk memberikan kesan kokoh atau abadi, pelukis menggunakan cat minyak yang sifatnya keras dan pekat.

- Unsur-unsur Lukisan
1) Garis 
Garis adalah batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan lain-lain.

Garis hanya berdimensi memanjang serta mempunyai arah, mempunyai sifat-sifat seperti: pendek, panjang, vertikal, horisontal, lurus, melengkung, dan seterusnya. Garis terjadi andaikata suatu titik dapat bergerak dan membekaskan jejaknya. Terjadinya suatu garis disebabkan oleh hasil daya gerak. Kualitas khas dari suatu garis adalah akibat dari efek ekspresinya bergantung kepada tiga faktor pokok yaitu: sifat dari orang yang membuat garis tersebut, alat dan medium yang memproduksinya, dan permukaan yang menerimanya.

Kualitas garis yang paling menarik adalah kapasitasnya untuk mensugestikan massa atau bentuk tiga dimensional. Garis merupakan elemen yang sangat penting dalam seni lukis, karena melalui garis, seorang pelukis dapat mengekspresikan pengalamannya yang paling esensial dan dapat menuangkan ide-ide ke dalam bidang kanvas.

2). Warna
Dalam hal ini Sidik dan Prayitno (1981:10) menjelaskan tentang batasan mengenai warna sebagai berikut:
  • Warna menurut ilmu fisika adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata.
  • Warna menurut ilmu bahan adalah berupa pigmen. Pigmen utama adalah merah, kuning, biru, dan bila dua warna dicampur menghasilkan warna sekunder.
Warna dapat digunakan untuk sampai pada kesesuaian dengan kenyataan objek yang akan dilukis seperti pelukis realis dan naturalis, dan ada beberapa pelukis menerapkan warna sebagai warna itu sendiri tidak demi bentuk untuk pengekspresiannya. Peranan utama dalam warna adalah sejauh mana warna tersebut dapat mempengaruhi mata sehingga getaran-getarannya dapat membangkitkan emosi penikmatnya.

Peranan warna dalam seni lukis memang sangatlah esensial. Dalam hal ini warna dapat menyatakan berbagai maksud dan tujuan yang diinginkan oleh pelukis, sehingga apa yang diinginkan atau dipikirkan dapat terwakili oleh warna tersebut.

3). Bentuk
Menurut Sahman (1993:29) diungkapkan bahwa yang disebut dengan bentuk adalah: “Wujud lahiriah/indrawi yang secara langsung mengungkapkan atau mengobjektivasikan pengalaman batiniah”. Menurut Read (lewat Soedarso SP,2000:11) dinyatakan bahwa bentuk mempunyai pengertian Shape berarti bentuk (gatra) sedangkan form dapat diartikan sebagai wujud. Pengertian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bentuk dalam hal ini adalah shape, sedangkan dalam strukturnya kedudukan bentuk sama dengan unsur visual: warna, garis, dan tekstur. Sementara bagian bentuk mungkin berupa, pohon, binatang, dan manusia. Kemudian wujud adalah form yaitu: susunan bagian-bagian aspek visual, dan wujud hasil seni tidak lain adalah bentuk susunan bagian-bagiannya.

Bentuk merupakan wujud lahiriah suatu hasil karya seni sedangkan wujud merupakan sesuatu benda nyata atau bentuk yang kelihatan. Untuk memahami atau mengerti tentang wujud hasil karya seni diperlukan penjelasan atau pengemukaan rupa atau bentuk yang kelihatan tersebut, yang berarti bahwa wujud di sini adalah bagaimana kita dapat mengemukakan aspek visual yang menyangkut bagian-bagian yang tersusun dalam sebuah lukisan.

4). Gelap Terang
Efek gelap terang dicapai melalui penyusunan warna yang pada umumnya untuk mendapatkan kesan volume atau dimensi ketiga pada lukisan. Hal ini berdasarkan pada arah jatuhnya sinar pada objek yang dilukiskan. Myers (lewat Sahman, 1993), menjelaskan bahwa seorang pelukis bila ingin mendapatkan kesan tiga dimensi pada hasil lukisannya maka pelukis tersebut lebih baik menggunakan teknik kiaroskuro atau gelap terang yang dalam bahasa Inggris disebut clear-obscure (clear-terang; obscure-gelap). Gelap terang yang dimaksud dapat ditampilkan secara bertahap atau secara tiba-tiba yang menggunakan teknik gradasi.

2. Analisis Bentuk bagi Mahasiswa
Terhadap karya seni lukis dapat dilakukan kajian dengan pendekatan yang bersifat rasional yaitu melalui metode analisis bentuk. Analisis bentuk berguna bagi seniman untuk mengatur komposisi dalam karyanya dan bagi apresiator, berguna dalam memahami makna karya seni rupa. Bagi mahasiswa, analisis bentuk bermanfaat dalam belajar

berkarya seni lukis., yaitu dalam mengembangkan konsep penciptaan, dalam proses melukis, serta dalam melakukan koreksi terhadap karya yang telah dihasilkan. Metode analisis bentuk yang digunakan di sini dilaksanakan sebagai tambahan terhadap metode sanggar yang di­laksanakan di Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY, yaitu dengan cara memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar analisis bentuk dan menerapannya dalam diskusi hasil karya seni lukis mahasiswa. Pengetahu­an tentang analisis bentuk sebenarnya dekat dengan penge­tahuan desain dasar., maka di sini pengetahuan desain dasar ditekankan fungsinya sebagai landasan berkarya seni rupa. Dengan demikian, mahasiswa selalu terkontrol oleh kesadarannya terhadap elemen-elemen bentuk dan aspek-aspek komposisi, sehingga dapat menghasilkan karya yang penuh kesadaran .

B. Kerangka Berpikir
1. Pelaksanaan Pengajaran Seni Lukis di Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY Yogyakarta
Sebagai calon guru seni rupa, mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY Yogyakarta dilatih ke-trampilannya yaitu ketrampilan dalam berkarya seni rupa, antara lain berkarya seni lukis. Seni lukis diberikan kepada mahasiswa mulai semester ketiga sampai semester kelima, dengan nama mata kuliah Seni Lukis Dasar, Seni Lukis Dasar Lanjut, dan Seni Lukis Lanjut.

Pelaksanaan pengajaran seni lukis tersebut selama ini menggunakan semacam metode sanggar, karena tidak memberi­kan teori secara sitematis, melainkan cenderung tnembiarkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya secara trial and error. Metode sanggar ini menekankan intensitas dalam dunia seni., sehingga memerlukan lingkungan yang mendukung, yaitu adanya kesibukan berkarya dan berdiskusi tentang seni secara alami.

Menurut pengamatan, penerapan metode tersebut di lingkungan kampus mendapat berbagai kendala. Kenyataanya lingkungan kampus kurang memberikan suasana kesenian. Mahasiswa lebih suka berkarya di rumah dari pada di kam-pus, karena waktu di kampus dirasakan sangat terbatas, misalnya karena jadwal perkuliahan yang ada. Menurut pengamatan, juga hampir tidak terjadi diskusi seni yang timbul secara mandiri di kalangan mahasiswa. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan mahasiswa dalam membahas karya seni rupa.

Dalam diskusi yang sifatnya formal yakni dalam sarasehan pada akhir tugas pameran, nampak bahwa pada umumnya mahasiswa tidak mampu memberikan pembahasan karya secara problematis. Perhatian mahasiswa biasanya hanya tertuju pada masalah tema dan teknik dan tidak sampai pada bentuk (komposisi) karya itu sendiri.

Dengan demikian, harus dicari jalan keluar untuk membantu mahasiswa dalam berkarya dan berbicara tentang seni lukis dengan pendekatan intelektual atau rasional dan sistematis. Untuk itu, metode analisis bentuk merupakan salah satu alternatif yang perlu diambil dan diterapkan dalam pengajaran seni lukis.

C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Dalam pengajaran berkarya seni lukis, metode analisis bentuk memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan metode sanggar yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY .

CARA PENELITIAN
A. Wilayah Generalisasi
Hasil penelitian ini akan digeneralisasikan terhadap seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY, yang akan menempuh mata kuliah Seni Lukis Lanjut pada Semester V.

B. Populasi dan sanpel
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY Semester V. Sampel penelitian diambil secara intact yaitu dengan mengambil seluruh mahasiswa semester V tahun akademik 2005/2006 yang terdiri dari Kelas A dan Kelas B.

C. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (guasy experimental research) dengan menggunakan nonequivalent control-group design yang secara diagram digambarkan sebagai berikut (Borg and Gall, 1983):

Dalam diagram tersebut, X menunjukkan perlakuan eksperi-men, sedangkan 0 menunjukkan pengukuran pretest atau posttest terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini, kelompok perlakuan mendapat perlakuan dengan metode analisis bentuk, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan tersebut, melainkan dengan metode sanggar.

Untuk melaksanakan eksperimen ini, kepada kelompok perlakuan, pertama-tama diberi pengetahuan tentang analisis bentuk, kemudian diberi tugas melukis. Setelah itu, mahasiswa dikumpulkan dan dilibatkan dalam diskusi pembahasan hasil karya dengan menggunakan metode analisis bentuk. Selanjutnya, setiap kali selesai melaksanakan tugas melukis, mahasiswa dilibatkan dalam diskusi pem­bahasan hasil karya mahasiswa dengan metode yang sama. Sebaliknya, bagi kelompok kontrol, mahasiswa hanya diberi tugas melukis dan diakhiri dengan pembahasan sepintas terhadap hasil karya mahasiswa tanpa menggunakan analisis bentuk.

D. Teknik pengunpulan data
Data penelitian adalah nilai hasil belajar seni lukis. Untuk itu, dari 6 buah karya tugas pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut diambil 3 buah karya yang terbaik, di-nilai dan hasilnya dijumlahkan sebagai skor kemampuan mahasiswa. Penilaian karya dilakukan oleh empat orang dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa dengan mengguna­kan kriteria sebagai berikut: A = 5, B = 4, C = 3, D = 2, dan E = 1. Jika perlu, penilai dapat menggunakan tanda" + " atau "-" pada huruf-huruf tersebut dengan harga 0,25. Jadi, misalnya B+ = 4,25, sedangkan C- - 2,75. Penilaian karya seni lukis di sini dilakukan menurut prosedur pem-berian judment dengan dosen bertindak sebagai expert.

E. Teknik Analisis Data
Menurut Borg dan Gall (1983), analisis data yang digunakan untuk desain eksperimen tersebut adalah analisis kovariansi. Analisis kovariansi adalah prosedur analisis statistik untuk membedakan dua rerata pada varia-bel terikat dengan mempertimbangkan variabel sertaan. Untuk melakukan analisis kovariansi ini, lebih dulu di­lakukan uji asumsi berupa uji normalitas sebaran, uji homogenitas variansi, dan uji homogenitas regresi. Analisis data penelitian ini seluruhnya dilakukan dengan program analisis komputer oleh Sutrisno Hadi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama sepuluh minggu pada semester ganjil tahun akademik 2005/2006. Sebagai kelompok eksperimen, diambil mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Kelas A yang terdaftar sebanyak 18 orang, sedangkan kelompok kontrol yaitu Kelas B sebanyak 14 orang, sehingga seluruhnya berjumlah 32 orang maha­siswa. Semua mahasiswa mengikuti eksperimen ini secara penuh dari awam sampai akhir, sehingga tidak ada subyek yang gugur.

Perlakuan eskperimen yakni metode analisis bentuk di~ berikan kepada kelas A oleh dua orang dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa, tetapi perkuliahan secara keseluruh-an tetap dilaksanakan dosen yang memegang mata kuliah seni lukis (Seni Lukis Lanjut). Metode analisis bentuk pertama-tama diperkenalkan, kemudian metode tersebut diterapkan dalam pembahasan hasil karya praktek mahasiswa. Pada akhir eksperimen., terkumpul 6 buah karya mahasiswa, tetapi, sebagai pertimbangan akhir, hanya diambil tiga karya ter-baik.

B. Hasil Penelitian
Data yang terkumpul dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 364 nilai yaitu nilai yang diberikan 4 penilai terhadap karya seni lukis 32 mahasiswa, masing-masing 3 karya. Dari seluruh nilai tersebut, kemudian dihasilkan 32 skor kemampuan melukis mahasiswa yaitu skor untuk variabel terikat Y (Seni Lukis Lanjut). Untuk variabel sertaan X, skor yang digunakan adalah nilai mahasiswa pada mata kuliah seni lukis pada semester keempat (Seni Lukis Dasar Lanjut).

Uji asumsi menunjukkan bahwa skor pada kedua variabel tersebut mengikuti distribusi normal dan menunjukkan homo-genitas variansi. Uji homogentias regresi juga menunjukkan bahwa regresi variabel X terhadap Y pada kedua kelompok adalah homogen .

Selanjutnya, analisis kovariansi menghasilkan kesim-pulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara re-rata sesuaian pada skor kelompok eksperimen dan rerata sesuaian pada skor kelompok kontrol (^=4,441, p=o,043). Dengan demikian hipotesis nol yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kemampuan melukis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditolak. Hal in i berarti bahwa dalam eksperimen ini, metode analisis bentuk mem-berikan hasil lebih baik terhadap metode sanggar yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY Yogyakarta diterima.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki kekurangan-kekurangan antara lain bahwa penelitian tidak dilakukan dengan waktu yang cukup lama, sehingga manfaat metode analisis bentuk dapat lebih jelas diketahui. Penggunaan metode analisi bentuk secara ideal seharusnya dilakukan oleh dosen yang memegang mata kuliah seni lukis itu sendiri. Pemberian analisis bentuk oleh dosen lain dapat memberikan pengaruh ter-sendiri terhadap proses belajar mahasiswa. Selain itu, pe-nilaian karya seni lukis mahasiswa untuk semester sebe-lumnya merupakan data yang sudah ada, sehingga obyektivi-tasnya mungkin tidak sama dengan penilaian karya pada hasil eksperimen ini.

SUMBER;
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4590033009607805970#editor/target=post;postID=3344498674815862667

No comments:

Post a Comment