Hakikat Evaluasi: Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
Untuk
mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai, apakah
aktivitas yang dilakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah
bprosedur kerja yang dilakukan sudah tepat, apakah sumber daya yang
dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai tujuan,
apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik,
kesemuanya itu membutuhkan proses evaluasi untuk dapat menjawab secara
tepat.
Sebagaimana
pentingnya penetapan atau perumusan tujuan, pentingnya aktivitas dalam
suatu kegiatan, maka kedudukan evaluasi dalam proses kegiatan juga
memiliki kedudukan yang sama pentingnya, karena evaluasi merupakan
bagian integral dari proses kegiatan secara keseluruhan. Karena itu
secara sederhana evaluasi akan menjadi wahana untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan serta menjadi
sumber informasi yang terukur hambatanhambatan atau kendala yang
dihadapi di dalam proses pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Evaluasi
dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan tidak
dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak
hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan
umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti
evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar
mengajar untuk membuat macam-macam keputusan.
Untuk mengetahui kepentingan evaluasi, dapat dilihat pandangan Abuddin Nata berikut ini:
- Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
- Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya di mana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
- Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar; bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
- Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
- Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
- Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
- Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
Dari
pandangan tersebut di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa setiap
kegiatan belajar mengajar dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi.
Evaluasi mutlak dilakukan dan merupakan kewajiban setiap guru. Dikatakan
kewajiban bagi setiap guru karena pada akhirnya guru harus dapat
memberikan informasi kepada lembaganya ataupun kepada anak didik itu
sendiri, bagaimana dan sampai di mana penguasaan dan
kemampuan yang telah dicapai anak didik tentang materi dan keterampilan-keterampilan mengenai mata ajaran yang telah diberikan.
Hakekat Evaluasi
1. Teori Hakekat
Berbicara
tentang hakekat berarti berbicara tentang teori keberadaan, dan hasil
berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah terkumpul
banyak. Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan,
demikian pandangan Langevel sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir.
Hakekat
adalah realitas, yakni ke-real-an; “real” artinya kenyataan yang
sebenarnya. Hakekat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya
sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan
keadaan yang berubah.
Suatu
pengandaian, bahwa pada hakekatnya pemerintahan demokratis menghargai
pendapat rakyat. Mungkin orang pernah menyaksikan pemerintahan itu
melakukan tindakan sewenang-wenang, tidak menghargai pendapat rakyat.
Itu hanyalah keadaan sementara, bukan hakiki. Yang hakiki pemerintahan
itu demokratis. Melihat suatu obyek fatamorgana, ia tidak real karena
tidak ada. Karena itu fatamorgana itu bukan hakekat.
Bahasa
lain dari teori hakekat adalah ontologi. Ontologi dalam bahasa Inggeris
“ontology” berakar dari bahasa Yunani “on” berarti ada, dan ontos
berarti keberadan. Sedangkan “logos” berarti pemikiran.
Jadi
ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya.
Sedangkan menurut A.R. Lacey sebagaimana dikutip Suparlan bahwa ontologi
diartikan sebagai “a central part of metaphisics”.
Sedangkan
metafisika diartikan sebagai “that which comes after ‘physics’ yakni
hal yang hadir setelah fisika. Dalam metafisika, pada dasarnya
dipersoalkan mengenai substansi atau hakekat yang ada. Karakteristik
ontologi, seperti diungkapkan oleh Bagus, antara lain dapat
disederhanakan sebagai berikut:
- Ontologi adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak.
- Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan ketegorikategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan, dan sebagainya.
- Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakekat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepadaNya.
- Cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya.
Dari
pandangan di atas dapat dipahami bahwa yang ada itu ada yang bersifat
fisik dan ada pula yang bersifat metafisika. Metafisika itulah yang
menjadi obyek kajian filsafat. Walaupun diketahui bahwa obyek ilmu
pengetahuan itu ada yang berupa materi (obyek materi)8 dan ada yang
berupa bentuk (obyek forma).
Obyek forma atau cara pandang ini berkonsentrasi pada satu segi saja, sehingga menurut segi yang satu ini
kemudian tergambarlah lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu.
Di
dalam metafisika, dijelaskan bahwa mengenai segala yang ada ini berada
di dalam tiga dimensi, yaitu dimensi abstrak (abstrack being),
kemungkinan (potentiality being) dan perwujudan (appearance being).
Berada
di dalam dimensi abstrak menentukan segala hal yang ada secara plural
di dalam sifat universal, yakni di dalam satu kesamaan jenis. Segala
yang ada juga berada di dalam potensi sendiri-sendiri, meskipun dalam
kesatuan jenis. Dengan potensinya itu, yang ada menjadi berada di dalam
pribadinya sendiri, yakni di dalam kepribadiannya sendiri. Kemudian
segala sesuatu berada di dalam dimensi konkret yang menentukan cara
penampakan atau perwujudan sebagai individu yang keberadaannya terikat
dalam ruang dan waktu tertentu.
Sebagai
individu, setiap hal mengalami segala macam perubahan dan perkembangan,
sehingga berbeda dan terpisah dengan yang lain. Oleh sebab itu dapat
dipahami dan dinilai bahwa setiap hal yang ada, niscaya berada di dalam
hakekat abstrak, hakekat pribadi dan hakekat konkret. Di samping itu,
menurut cara-cara keberadaannya, segala yang ada bisa berada di dalam
angan-angan (imagination), di dalam kemungkinan (possibility), dan bisa
juga di dalam kenyataan konkret (concrete fact).
2. Evaluasi
Setelah
membicarakan teori hakekat, kemudian dihubungkan dengan evaluasi dalam
filsafat pendidikan Islam, maka tergambarlah di dalam pikiran bahwa
salah satu ciri penyelidikan filsafat adalah bersifat radikal, yakni
penyelidikan yang mendalam, menukik sampai kepada inti atau akar
permasalahan dan menyeluruh tentang evaluasi belajar dan pembelajaran.
Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Artinya, kegiatan
evaluasi harus melibatkan kegiatan lainnya, yaitu penilaian, pengukuran
dan tes (nontes) dengan gambar berikut:
Gambar Komponen Evaluasi Pendidikan
Dalam mendefinisikan evaluasi, secara harfiah berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab: al-Taqdir
dalam
bahasa Indonesia berarti: Penilaian. Akar katanya adalah value; dalam
bahasa Arab: (al-Qīmah: ). Dengan demikian secara harfiah, evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan
atau hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan pendidikan.
Dari
segi istilah para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda, sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing. Namun muara pada semua definisi
menuju ke suatu titik, yaitu proses penetapan keputusan tentang sesuatu
obyek yang dievaluasi. Dalam bidang pendidikan akan banyak bercerita dan
berkaitan dengan masalah pendidikan seperti kinerja, prestasi,
manajemen kelas, kompetensi guru, iklim akademis dan seterusnya.
Dalam
konteks pendidikan, khususnya berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko
dan Brookhart sebagaimana dikutip Mansyur mendefinisikan evaluasi
sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan
hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam kontekas ini adalah individu,
yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas.
Sudut
pandang ini melihat bahwa evaluasi merupakan suatu proses penentuan
sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Konsekuensi logis dari
pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang
tujuan yang ingin dievaluasi. Dalam pandangan Edwind Wandt dan Gerald W.
Brown sebagaimana dikutip Anas Sudijono: evaluasi menunjuk kepada atau
mengandung pengertian suatu tidakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu.
Evaluasi
pendidikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan
dengan maksud untuk- atau suatu proses- yang berlangsung dalam rangka-
menentukan nilai dari segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang
terjadi di lapangan pendidikan. Atau singkatnya evaluasi pendidikan
adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Menurut
Phopan bahwa, untuk memahami arti evaluasi terlebih dahulu memahami
arti pengukuran. Menurutnya pengukuran menunjukkan kegiatan mengukur,
yaitu menghitung atau menetapkan angka-angka sehingga dapat
menggambarkan sesuatu secara lebih seksama, seberapa besarnya, kecilnya,
panjangnya, dan sebagainya. Penetapan status gejala tertentu dengan
cara yang lebih seksama, misalnya mengetahui tinggi rendahnya
pengetahuan siswa tentang perkalian, dengan mengukur pengetahuan mereka
melalui ujian. Siswa-siswa tertentu dapat menjawab 90% dari soal yang
diberikan, sedang siswa-siswa lainnya hanya mampu menyelesaikan 10%,
dari itu ada gambaran yang lebih pasti tentang pengetahuan perkalian
siswa-siswa. Di dalam pengukuran tersebut tidak sejenakpun diharuskan
membuat pertimbangan nilai tentang kebaikan maupun keburukan prestasi
siswa karena pengukuran hanya berurusan dengan pemerian bukan menilai
fenomena yang diperlukan.
Michael
Scripen, seorang teoritisi evaluasi mengamati bahwa evaluasi terdiri
dari penetapan nilai. Karena itu evaluasi pendidikan terdiri dari
penetapan nilai sehubungan dengan fenomena pendidikan. Penetapan nilai
yang dimaksudkan adalah penentuan manfaat atau kebaikan relatif dari
segala sesuatu yang dievaluasi.
Pengertian istilah evaluasi pendidikan dapat juga dilihat dari Lembaga Administrasi Negara adalah:
- Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
- Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
Kegiatan
pendidikan atau proses belajar-mengajar di sekolah diumpamakan sebagai
tempat mengolah sesuatu dan siswa diumpamakan sebagai bahan mentah, maka
lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah
siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka
tempat pengolah ini disebut transformasi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:
- Input, adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
- Output, adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksudkan adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian.
- Transformasi, adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud transformasi.18 Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang diharapkan yakni siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur yang ada antara lain:
- Guru dan personal lainnya.
- Bahan pelajaran.
- Metode mengajar dan sistem evaluasi.
- Sarana penunjang.
- Sistem administrasi.
4)
Umpan balik (feed back), adalah segala informasi baik yang meyangkut
output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk
memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau
yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil
tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.
Rangkaian
akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi. Berhasil
atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat
setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya. Karena
itu secara umum dapat dikemukakan kegunaan evaluasi dalam pendidikan
Islam. Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu
seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi peserta didik, evaluasi berguna
membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkah
lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik. Ketiga, dari segi ahli
pikir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk membantu para pemikir
pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan
membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam
yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.
Keempat, dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam
(pemerintah), evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenahi
sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapkan
dalam sistem pendidikan Nasional (Islam).
Kegunaan
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan pendidikan
Islam dalam berbagai aspeknya dalam rangka peningkatan kualitasnya ke
masa depan. Hal ini berarti bahwa proses evaluasi dalam pendidikan Islam
memiliki umpan balik (feed back) yang positif sifatnya ke arah
perbaikan pendidikan Islam.
Prinsip-Prinsip Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Penilaian
dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian
dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam
kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar atau
dilakukan pada waktu yang khusus. Penilaian dilaksanakan melalui
berbagai cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil kerja siswa melalui
kumpulan hasil kerja (karya) siswa (fortofolio), dan penilaian unjuk
kerja (perfomance) siswa.
Untuk
melaksanakan kegiatan secara terpadu perlu diperhatikan beberapa
prinsip sebagai dasar pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut
adalah:
- Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif, yaitu pengkuran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Penilaian harus dibedakan antara penskoran dengan angka dan penilaian dengan kategori. Penskoran berkenaan dengan aspek kuantitatif (dapat dihitung), dan penilaian berkenaan dengan aspek-aspek kualitatif (mutu).
- Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
- Penilaian hendaknya bersifat komparabel artinya dapat dibandingkan antara satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya.
- Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri, sehingga tidak membingunkan.
Penilaian tersebut dapat berhasil jika dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan
- Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian
- Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
- Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.
Betapapun
baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempurnanya tehnik evaluasi
diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya,
maka hasil evaluasi pun kurang dari yang diharapkan, demikian pandangan
Daryanto. Karena itu, perlu kiranya diperhatikan berikut ini:
- Keterpaduan, Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Materi, metode dan evaluasi tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan.
- Keterlibatan siswa, hal ini berkaitan erat dengan metode belajar (Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang harus dihindari.
- Koherensi, dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan dalam kegiatan belajar mengajar.
- Pedagogis. Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil, tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.
- Akuntabilitas. Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).
Persoalan
yang dihadapi adalah sampai di manakah gambaran yang diperoleh tentang
kemajuan anak didik?. Keadaan anak merupakan sesuatu yang sangat
kompleks. Kalau hendak mengetahui keadaan anak, berarti hendak
mengetahui segenap segmen kepribadiannya yang meliputi temperamen, waktu
penyesuaian diri (adjusment)nya, pola minatnya, kecerdasan dan
bakat-bakat yang ada pada diri anak. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip tersebut, memberikan gambaran tentang suatu penilaian
yang menghasilkan manfaat untuk guru dan murid melalui penilaian kelas.
Hein dan Price sebagaimana dikutip Mansyur, menyatakan bahwa, apapun
yang dikerjakan seorang siswa dalam kelas dapat digunakan untuk obyek
penilaian. Ini berarti bahwa penilaian dapat terjadi pada setiap waktu.
Tanggungjawab guru adalah untuk menggunakan pengalaman mengajar penuh
arti sebagai pengalaman penilaian penuh arti.
Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsinya dapat dilihat beberapa prinsip berikut ini:
- Mengacu ke kemampuan (competency referenced). Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara langsung dengan indikator pencapaian kemampuan tersebut.
- Berkelanjutan (continuous). Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran. Rangkaian aktivitas penilaian kelas yang dilakukan oleh guru melalui pemberian tugas, pekerjaan rumah (PR), ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun ajaran.
- Didaktis. Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-tes harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas penilaian, baik yang bersifat individual maupun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan.
- Menggali Informasi. Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah prinsip “sedikit-tapi banyak” (less-ismore). Prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan penilaian cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas.
- Melihat yang benar dan yang salah. Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal yang positif yang diberikan siswa. Hal-hal positif tersebut dapat berupa, misalnya, jawaban benar yang diberikan siswa di luar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru. Siswa yang memiliki kecerdasan, pengetahuan dan pengalaman sangat mungkin memberikan jawaban dan penyelesaian masalah yang tidak tersedia pada bahan yang diajarkan di kelas.28Analisis terhadap kesalahan jawaban dan penyelesaian masalah yang diberikan siswa sangat berguna untuk menghindari terjadinya miskonsepsi dan ketidak jelasan dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya memberikan penekanan terhadap kesalahan-kesalahan yang bersifat umum.
Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam secara rasional-filosofis adalah bertujuan untuk membentuk
al-insān al-kamīl atau manusia paripurna. Beranjak dari konsep ini,
pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu: pertama,
dimensi dialektikal horizontal, kedua, dimensi ketundukan vertikal. Pada
dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesama
manusia dan alam semesta. Untuk itu akumulasi berbagai pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental merupakan bekal utama dalam hubungannya
dengan pemahaman tentang kehidupan konkrit tersebut. Sedangkan pada
dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk
memanfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya alam, juga
hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan
Sang Pencipta.
Untuk
itulah secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam
diarahkan pada dua dimensi di atas, yakni sejauh mana pencapaian yang
telah diperoleh pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pembentukan
al-insan al-kamil. Ajaran Islam yang menaruh perhatian yang besar
terhadap evaluasi.
Allah
swt dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci Al-Qur’an
menginformasikan bahwa, pekerjaan evaluasi merupakan suatu tugas penting
dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh
pendidik. Abuddin Nata mengutip (Q.S. al-Baqarah/2: 31-32) menyebut
empat hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah swt bertindak sebagai
guru yang memberikan pelajaran kepada Nabi Adam as. Kedua, para malaikat
tidak memperoleh pengajaran sebagaimana yang diterima Nabi Adam, mereka
tidak dapat menyebutkan nama-nama benda. Ketiga, Allah swt meminta
kepada Nabi Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang diterimanya.
Keempat, materi evaluasi, haruslah materi yang pernah diajarkannya.
Selanjutnya
Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang
wanita cantik, yang dikisahkan dalam yang berbunyi:
Berkata
Sulaiman: Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu
termasuk orang-orang yang berdusta. (Q.S. al-Naml/27:27).
Mendengar
keterangan burung hud-hud, Nabi Sulaeman as. Tidak langsung mengambil
keputusan untuk membenarkan atau mempersalahkannya. Karena itu, dalam
rangka menguji kebenaran hud-hud, Nabi Sulaiman berkata: akan kami
lihat, yakni menyelidiki dan memikirkan dengan matang, apakah engkau,
wahai hud-hud, telah berkata benar tentang kaum Saba’ itu ataukah engkau
termasuk salah satu dari kelompok para pendusta.
Anas Sudijono merumuskan secara umum tujuan evaluasi pendidikan yakni:
- Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
- Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
Secara
khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk
mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Evaluasi
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi
evaluator untuk membuka perkiraan (estimasi), apakah tujuan yang telah
dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah
tidak. Apabila berdasar data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa
tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator
akan berusaha untuk mencari dan menemukan faktorfaktor penyebabnya,
serta mencari dan menemukan jalan keluar atau caracara pemecahannya.
Dengan
mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, Suharsimi Arikunto merumuskan fungsi yang lebih spesifik
antara lain :
- Berfungsi selektif, dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Dengan penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
- Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
- Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
- Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
- Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
- Berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab musababnya kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya.
- Berfungsi sebagai penempatan. Untuk dapat menentukan dengan pasti bahwa seorang siswa harus ditempatkan pada kelompok tertentu, maka digunakanlah suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
- Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, yakni untuk mengetahui sejauhmana suatu program berhasil diterapkan.
Dari
fungsi-fungsi yang disebutkan di atas dapat ditarik dari tiga segi,
yaitu: pertama, segi psikologis, bahwa kegiatan evaluasi akan memberikan
pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan
status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Para siswa akan mengetahui apakah dirinya termasuk siswa yang
berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan
rendah.
Bagi
pendidik, evaluasi akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada
diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah
dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga secara psikologis
memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menentukan
langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya,
kedua, secara didaktis akan dapat memberikan dorongan kepada mereka
untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Dan bagi pendidik, secara didaktis memiliki beberapa fungsi antara lain:
- memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya,
- memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya,
- memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik,
- memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya,
- memberikan petunjuk tentang sudah sejauhmana program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai, ketiga, secara administratif, setidaknya memiliki fungsi:
- memberikan laporan,
- memberikan bahan-bahan keterangan (data),
- memberi gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran
No comments:
Post a Comment