Monday, 27 March 2017

Tipologi Instrumen Ekonomi Menurut Ahli

Tipologi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :
  1. Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah, serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.
  2. Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja (misalnya domestic emission trading program).
  3. Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.
Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:
  1. Hak kepemilikan (property right)
  2. Penciptaan pasar (market creation)
  3. Instrumen fiskal
  4. Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi
  5. Instrumen finansial
  6. Instrumen pertanggung jawaban (liability)
  7. Performance dan bond system
Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :
  1. Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar ekspektasinya, dan terus menerus.
  2. Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.
  3. Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital. 
  4. Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue, atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.
Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi, bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu, berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.

Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket kebijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.

Pembayaran Jasa Lingkungan
Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).

Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Wunder, 2005).

Fungsi Jasa Lingkungan
Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasalingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :
  1. Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan, obat-obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lainlain.
  2. Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air, pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit, pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas lingkungan dan lain-lain.
  3. Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan  spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan lain-lain.
  4. Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.
Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :
  1. Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage)
  2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)
  3. Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection)
  4. Keindahan bentang alam (landscape beauty)


Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembang potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhklaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan manjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guna menujudkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaiman tercantum dalam Undang – undang Nomer 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional . Mampu menjamin pemeratan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan .

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Dan keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Dan pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perserta didik dalam usaha mengembangkan dan menitikberatkan pada kemampuan pengetahuan, kecakapan nilai sikap serta pola tingkah laku yang berguna bagi hidupnya. Dalam pendidikan terjadi suatu kegiatan belajar dimana kegiatan belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok yang terjadi. Dengan belajar akan membawa pada perubahan, dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dan kecakapan meraih prestasi dalam proses belajar mengajar di sekolah interaksi antara guru dan minat amat penting karena interaksi yang terjadi ini akan mempengaruhi output dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap suasana yang diharapkan siswa.

Setiap orang belajar dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan semua cara sama baiknya. Kenyataannya, kita semua memiliki gaya belajar hanya biasanya satu gaya mendominasi.menurut Baldler dan Grinder dalam Bobbi De porter (2000:85) “Meskipun banyak orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial, dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberikan mereka bakat dan kekurangan alami tertentu.

Menurut kamus besar ilmu pengetahuan (2006)Tipologi (lat: tyus menjadi yun:tipus yang diguratkan, modal,cetakan) penjabaran ilmu wakat tentang pembagian dalam manusia dalam golongan menurut watak masing-masing. Pembagian manusia dalam tipe-tipe (jenis-jenis) dan penggambaran tipe itu.

Tugas utama siswa untuk mencapai prestasi belajar dan tujuan pendidikan adalah melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung baik akan membantu tercapainya sebuah prestasi yang memang sesuai dengan potensi dan keahlian yang dimilikinya. Berapa aspek keahlian yang dimiliki oleh siswa adalah keahlian dalam aspek kognitif, efektif dan psikomotor.

Menurut Bobbi De Porter (2000:85) “Kesulitan belajar itu sndiri cukup membuat siswa memahami diri atau mengalami downshift menyebabkan belajar mandek. Siswa dhadapi dua masalah yaitu belajar yang sulit dan resiko jika tidak mengetahui cara belajar untuk mengatasi masalah tersebut”

Berdasarkan pengamatan, dalam pelajaran akuntansi siswa yang mengikuti pelajaran tersebut memiliki cara yang berbeda satu sama lainnya, ada yang gemar mencatat atau meringkas apa yang dijelaskan oleh guru atau yang ditulis dipapan tulis. Ada pula yang senang mendengarkan dan ada juga yang lebih suka pratek mengerjakan soal secara langsung. Dari cara seperti itulah yang menjadi gaya belajar setiap siswa secara individu.

Hal tersebut memiliki kaitan yang erat dalam mendukung proses belajar dimana proses belajar yang baik akan sengat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran dengan baik dan tentunya bias mengetahui kesulitan belajar siswa yang sedang dhadapi dan berusaha untuk mencari permecahannya sehingga tercapailah tujuan dari pembelajaran, selain itu tercapailah prestasi belajar yang memuaskan bagi siswa.

Tertapi berdasarkan pengamatan selama ini yang terjadi tidaklah demikian dalam arti tidak semua siswa dengan gaya belajar yang berbeda-beda dengan tingkat kesulitan yang sama ketika mengerjakan soal mendapatkan prestasi belajar yang sama baiknya. Hal inilah yang menimbulkan sebuah permasalahan apakah ada keterkaitan anatar gaya belajar dalam hal ini khususnya tipr belajar dan kesulitan belajar terhadap prestasi belajar.

No comments:

Post a Comment