PENDEKATAN KEKUATAN PADA KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan yang penting adalah mempengaruhi orang lain untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif. Salah satu aspek kepemimimpinan yang menjelaskan fungsi pengaruh ini adalah konsep kekuatan. John R. P. French dan Betram Raven (1968) membuat taksonomi yang mengklasifikasi kekuatan interpersonal berdasarkan sumbernya. Ada 5 jenis kekuatan, yaitu:
- Kekuatan penghargaan: pemenuhan keinginan yang didapatkan karena pemberian penghargaan oleh pemimpin karena terdapat perilaku yang diinginkan
- Kekuatan paksaan: pemenuhan keinginan yang diperoleh karena pemimpin mengancam akan memberikan hukuman jika terdapat perilaku yang tidak diinginkan
- Kekuatan yang sah (legitimasi): pemenuhan keinginan dikarenakan posisi formal pemimpin. Bawahannya memenuhi keinginan pemimpinnya karena dia memiliki keyakinan bahwa pemimpinnya memiliki hak untuk memerintah, dan dia sebagai bawahan berkewajiban untuk melaksanakan perintahnya.
- Kekuatan ahli: pemenuhan keinginan karena pengikutnya berkeyakinan bahwa pemimpin memiliki pengetahuan dan keahlian khusus untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
- Kekuatan rujukan: pemenuhan keinginan karena pengikut/bawahan mengagumi atasannya dan dia ingin mendapatkan persetujuan dari atasannya.
Kekuatan penghargaan, paksaan, dan legitimasi berasal dari pemimpin di dalam organisasi tersebut. Kekuatan ahli dan rujukan lebih berhubungan dengan sifat personal si pemimpin. Pengaruh kekuatan dalam hal pengaruh dan pemenuhan keinginan sangat kompleks. Potensi pengaruh sangat tergantung pada persepsi dan persetujuan dari para pemimpin untuk mengambil resiko dan memenuhi tujuan yang tinggi. Pemimpin yang memiliki kepercayaan diri mendorong para guru dan staf yang lain. Dan pemimpin yang percaya diri cenderung cepat dalam mengatasi masalah atau konflik, tidak menunda, acuh, atau mengalihkan masalah tersebut kepada orang lain.
Yang dimaksud dengan Kontrol internal adalah rasa percaya bahwa apapun yang ada dikehidupan seseorang ditentukan oleh perilaku/tindakan orang tersebut sendiri, bukan oleh kejadian di luar diri orang tersebut. Pemimpin dengan kontrol internal yang baik akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya dan berlatih banyak dalam mengatasi masalah. Kematangan emosional didefinisikan sebagai penyesuaian dan kewaspadaan terhadap kekuatan dan kelemahan seseorang. Pemimpin dalam bidang pendidikan dengan kematangan emosional tinggi bisasanya peduli terhadap semua orang yang ada di sekolah tersebut, dapat mengontrol diri nya, dan mau menerima kritik yang membangun.
Yang dimaksud dengan Kontrol internal adalah rasa percaya bahwa apapun yang ada dikehidupan seseorang ditentukan oleh perilaku/tindakan orang tersebut sendiri, bukan oleh kejadian di luar diri orang tersebut. Pemimpin dengan kontrol internal yang baik akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya dan berlatih banyak dalam mengatasi masalah. Kematangan emosional didefinisikan sebagai penyesuaian dan kewaspadaan terhadap kekuatan dan kelemahan seseorang. Pemimpin dalam bidang pendidikan dengan kematangan emosional tinggi bisasanya peduli terhadap semua orang yang ada di sekolah tersebut, dapat mengontrol diri nya, dan mau menerima kritik yang membangun.
Integritas seseorang dapat ditunjukkan dengan kejujuran, perilaku yang etis, dan bisa dipercaya. Pemimpin sekolah yang tidak dapat dipercaya akan kehilangan kredibilitasnya dari para guru, orang tua siswa dan rekan, demikian juga pemimpin yang melanggar janjinya. Guru tidak akan mempercayai pihak adminitrasi yang suka mengeksploitasi atau memanipulasi orang lain untuk kepentingan pribadi. Terlebih lagi, pemimpin yang mencoba menyalahkan orang lain karena kesalahan mereka akan dianggap sebagai pemimpin yang lemah dan tidak dapat dipercaya. Yang dimaksudkan dengan kekuatan motivasi adalah kekuatan seseorang atau kebutuhan akan kekuatan untuk mempengaruhi orang lain. keinginan yang sangat kuat dihubungkan dengan kepemimpinan yang kuat.
Namun, bagaimana kekuatan tersebut digunakan juga berhubungan dengan apakah kekuatan akan menjadikan kepemimpinan yang efektif. Penggunaan kekuatan untuk kepentingan organisasi sekolah akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif, sedangkan kekuatan yang digunakan untuk memuaskan seseorang atau status tidak efektif bagi organisasi tersebut. Berorientasi pada prestasi adalah keinginan untuk mempercepat dan mempermudah menuju kesuksesan. Seperti kekuatan motivasi, orientasi pada prestasi juga bisa berarti positif atau negatif dalam keefetifan seorang pemimpin. Orientasi pada prestasi ini hanya akan berpengaruh baik pada keefektifan kepemimpinan jika orientasi ini digabungkan dengan kebutuhan akan kekuatan yang akan menguntungkan orang lain dan sekolah. Keinginan untuk berafiliasi yang tinggi berarti bahwa seseorang memiliki keinginan yang sangat kuat untuk dapat disukai dan diterima oleh orang lain. Pemimpin yang memiliki keinginan tinggi untuk berafiliasi cenderung menghindari konflik dan menghindari membuat keputusan yang mungkin tidak umum dibuat. Mereka akan menunjukkan kesukaannya dan mencari dukungan/persetujuan orang lain, bukannya melakukan sesuatu secara efektif. Di lain pihak, pemimpin yang memiliki keinginan berafiliasi rendah mungkin akan gagal membentuk hubungan interpersonal yang akan menguatkan pengaruhnya pada orang lain.
Namun, bagaimana kekuatan tersebut digunakan juga berhubungan dengan apakah kekuatan akan menjadikan kepemimpinan yang efektif. Penggunaan kekuatan untuk kepentingan organisasi sekolah akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif, sedangkan kekuatan yang digunakan untuk memuaskan seseorang atau status tidak efektif bagi organisasi tersebut. Berorientasi pada prestasi adalah keinginan untuk mempercepat dan mempermudah menuju kesuksesan. Seperti kekuatan motivasi, orientasi pada prestasi juga bisa berarti positif atau negatif dalam keefetifan seorang pemimpin. Orientasi pada prestasi ini hanya akan berpengaruh baik pada keefektifan kepemimpinan jika orientasi ini digabungkan dengan kebutuhan akan kekuatan yang akan menguntungkan orang lain dan sekolah. Keinginan untuk berafiliasi yang tinggi berarti bahwa seseorang memiliki keinginan yang sangat kuat untuk dapat disukai dan diterima oleh orang lain. Pemimpin yang memiliki keinginan tinggi untuk berafiliasi cenderung menghindari konflik dan menghindari membuat keputusan yang mungkin tidak umum dibuat. Mereka akan menunjukkan kesukaannya dan mencari dukungan/persetujuan orang lain, bukannya melakukan sesuatu secara efektif. Di lain pihak, pemimpin yang memiliki keinginan berafiliasi rendah mungkin akan gagal membentuk hubungan interpersonal yang akan menguatkan pengaruhnya pada orang lain.
Menurut Yukl (1994), ketrampilan yang relevan dengan kepemimpinan meliputi:
Ketrampilan teknis meliputi pengetahuan mengenai kegiatan yang berhubngan dengan organisasi yang dia pimpin, yang didapatkan melalui pendidikan formal da pengalaman. Ketrampilan interpersonal meliputi pemahaman akan perilaku seseorang dan proses dalam kelompok, kemampuan untuk memahami perasaan dan motif orang lain, dan kemampuan untuk bias berkomunikasi dengan efektif dengan bawahannya. Ke lima kategori kekuatan yang telah dijabarkan dalam tipologi French dan Raven mengacu pada pemenuhan kepercayaan bawahannya
- ketrampilan teknis,
- ketrampilan interpersonal, dan
- ketrampilan konseptual.
Ketrampilan teknis meliputi pengetahuan mengenai kegiatan yang berhubngan dengan organisasi yang dia pimpin, yang didapatkan melalui pendidikan formal da pengalaman. Ketrampilan interpersonal meliputi pemahaman akan perilaku seseorang dan proses dalam kelompok, kemampuan untuk memahami perasaan dan motif orang lain, dan kemampuan untuk bias berkomunikasi dengan efektif dengan bawahannya. Ke lima kategori kekuatan yang telah dijabarkan dalam tipologi French dan Raven mengacu pada pemenuhan kepercayaan bawahannya
Dalam ringkasan penelitian yang dilakukan berdasarkan tipologi French dan Raven tersebut, Yukl (1994) menunjukkan bahwa penelitian-penelitian yang ada cenderung menyatakan bahwa pemimpin yang efektif lebih percaya kepada para ahli dan kekuatan rujukan daripada mempengaruhi bawahannya. Dalam kepemimpinan sekolah, para guru cenderung lebih patuh kepada kepala sekolah yang terlihat berkompeten, sesuai dengan penilaian masing-masing guru. Keluhan yang paling sering diungkapkan oleh para guru sehubungan dengan supervisi instruksional (pembelajaran) adalah bahwa para guru merasa bahwa kepala sekolah sering tidak menunjukkan pemahaman yang kuat terhadap hal instruksional (pembelajaran) dan tidak memberikan para guru masukan yang membangun.
Para kepala sekolah yang mendukung praktik terbaik berdasarkan pemahaman yang menyeluruh terhdap kurikulum, instruksional, dan kebutuhan membangun untuk anak cenderung akan disukai oleh para guru yang mengagumi dan mendukung usaha kepala sekolahnya. Namun, Yukl mengatakan bahwa keterbatasan metodologi penelitian mungkin memberikan hasil yang bias terhadap sumber kekuatan ini. Tambahan lagi, penelitian-penelitian ini tidak memisahkan efek dari berbagai bentuk kekuatan atau melihat hubungan dari variabel-variabel tersebut. Yukl menduga bahwa penelitian yang akan datang akan menguatkan pernyataan bahwa kekuatan ahli dan kekuatan rujukan lebih ditekankan oleh pemimpin yang efektif, namun jenis kekuatan yang lain juga digunakan dan penting bagi kepemimpinan yang efektif.
Para kepala sekolah yang mendukung praktik terbaik berdasarkan pemahaman yang menyeluruh terhdap kurikulum, instruksional, dan kebutuhan membangun untuk anak cenderung akan disukai oleh para guru yang mengagumi dan mendukung usaha kepala sekolahnya. Namun, Yukl mengatakan bahwa keterbatasan metodologi penelitian mungkin memberikan hasil yang bias terhadap sumber kekuatan ini. Tambahan lagi, penelitian-penelitian ini tidak memisahkan efek dari berbagai bentuk kekuatan atau melihat hubungan dari variabel-variabel tersebut. Yukl menduga bahwa penelitian yang akan datang akan menguatkan pernyataan bahwa kekuatan ahli dan kekuatan rujukan lebih ditekankan oleh pemimpin yang efektif, namun jenis kekuatan yang lain juga digunakan dan penting bagi kepemimpinan yang efektif.
No comments:
Post a Comment