Apa itu Thalassemia..??
Thalassemia
adalah penyakit yang diturunkan yang menyebabkan gangguan pada system
pembentukan sel darah merah. Gangguan genetic tersebut terjadi akibat
dari penurunan laju sintesis rantai globin yang normal yang menyebabkan
tidak stabilnya transport oksigen kedalam jaringan. Sel darah merahnya
sendiri cenderung rapuh dan mudah pecah sehingga menyebabkan anemia.
Secara geografis penyakit ini banyak menyerang pada orang yang hidup di
daerah laut Mediterranian, dimana thalassemia dari asal kata “Thalassa”
dalam bahasa Yunani, yang artinya adalah laut dan “Haimia” yang artinya
darah. Thalassemia dapat terjadi pada semua populasi penduduk dan
kelompok etnis, walaupun prevalensinya sangat bervariasi diantara
populasi tersbut. Diperkirakan prevalensi penyakit sekitar 16% terjadi
pada penduduk Cyprus, 3-14% di Thailand, dan sekitar 3-8% terjadi pada
populasi penduduk India, Pakistan, Bangladesh dan China. Prevalensi juga
banyak terjadi pada orang keturunan Amerika Latin, Negara-negara
Caribia dan Mediterrania (mis: Spanyol). Prevalensi terkecil terjadi
pada penduduk Afrika (0,9%) dan Eropa Utara (0,1%).
Etiologi dan gejala
Thalassemia
diklasifikasi menurut molekul rantai globin yang mengalami gangguan:
pada alfa thalassemia, produksi α globin mengalami defisiensi, sedangkan
pada β thalassemia, produksi β globin mengalami gangguan, tidak seperti
pada SCA, yang terjadi karena adanya mutasi bentuk β globin.
a) Alfa thalassemia
Pada penyakit ini melibatkan gen HBA1 dan HBA2, yang diturunkan menurut hukum Mendel
yaitu
autosoma resesif. Kelainan tersebut juga erat hubungannya dengan
hilangnya (deletion) dari kromosom 16p. Alfa thalassemia mengakibatkan
terjadi penurunan produksi α-globin, tetapi penurunan α-globin
menyebabkan peningkatan β globin pada orang dewasa dan peningkatan
rantai γ pada bayi yang baru lahir. Kelebihan rantai β dari tetramer
yang tidak stabil (disebut hemoglobin H) menyebabkan terjadianya
disosiasi kurva oksigen. Ada empat genetic loci untuk α-globin, yaitu
dua berasal dari ibunya dan dua lainnya dari ayahnya. Bilamana loci
tersebut hilang atau terganggu karena terjadi mutasi, penyakit akan
menjadi lebih parah, yang ditandai dengan dengan timbulnya gejala
penyakit.
- Bila semua (empat) loci tersebut terpengaruh akan menyebabkan fetus tidak dapat hidup lagi diluar uterus, dimana hampir semua bayi mati begitu dilahirkan dengan gejala “hydrops fetalis”.
Bilamana bayi tersebut dapat hidup saat lahir, segera akan meninggal setelah dilahirkan. Bayi- bayi tersebut menunjukkan gejala edematous dan hanya sedikit ditemukan hemoglobin dalam darahnya dan Hb tersebut mengandung rantai γ-tetramerik (hemoglobin Bart). Biasanya hal tersebut menunjukkan keturunan homozigot resesif dari α-thalassemia tipe 1.
- Bila tiga loci yang terkena, mengakibatkan penyakit yang disebut “Hemoglobin H disease”.
Ditemukan ada dua bentuk hemoglobin yang tidak stabil didalam darah, yaitu hemoglobin Barts (rantai tetramerik γ ) dan hemoglobin H (rantai tetramerik β ). Pada pemeriksaan ulas darah tepi terlihat adanya gejala anemia mikrositik hipokromik dan presipitasi dari HbH (Heinz bodies).
Penyakit ini baru terdeteksi pada masa kanak-kanak atau pada awal masa kedewasaan, padasaat diketahui adanya anemia dan splenomegali (pembesaran limpa). Hal tersebut biasanya disebabkan karena adanya kombinasi keturuanan dari komponen hetero zigots dari α-thalassemia tipe 1 dan tipe 2.
-
Bila dua dari 4 loci yang terkena maka seseorang menjadi α-thalassemia
karier atau thalassemia tipe 1, dimana dua α-loci dapat memproduksi
darah mendekati normal pada system hematopiesisnya, walaupun masih
sedikit ditemukan gejala anemia mikrositik hipokromik yang ringan. Pada
penduduk keturunan Afrika, prevalensinya cukup tingg 30%, dimana
ditemukan delesi (hilangnya) satu dari dua loci α dari kromosom.
Penyakit tersebut kadang dikelirukan dengan penyakit defisiensi Fe,
sehingga bila diberikan tambahan Fe akan tidak ada pengaruhnya. Ada dua
bentuk α thalassemia tipe 1, yaitu delesi cis dari dua α loci pada
kromosom yang sama, lainnya delesi trans dari gen allele kromosom
homolog (kromosom no 16).
- Bila hanya satu dari empat α-loci terkena, α-minor atau α+ pembawa
thalassemia atau α- pembawa thalassemia tipe 2, pengarunhnya minimal
atau ringan. Tiga loci α-globin sudah cukup untuk memproduksi
hemoglobulin normal dan penderita tidak mengalami anemia atau
hipokhromia, mereka disebut α-thalassemia karier atau pembawa
thalassemia.
- Beta thalassemia
Beta-thalassemia terciri dengan berkurangnya sinthesis hemoglobin rantai beta, yang dapat mengakibatkan
gejala anemia mikrositik hipokhromik, yaitu ketidak normalan sel darah
tepi. Pada gambaran ulas darah terlihat adanya sel darah merah yang
bernukleus dan menurunnya jumlah hemoglobin A (HbA) pada analisis Hb dan
meningkatnya hemoglobin F (HbF) setelah umur 12 bulan.
Penderita
akan mengalami anemia yang yang parah dan hepatosplenomegali
(bembengkakan hati dan limpa). Uji genetic dengan identifikasi
keberadaan rantai beta globin (HBB) sangat berguna untuk mempridiksi
atau diagnosis dini untuk mengetahui timbulnya penyakit sebelum terjadi
gejala pada suatu keluarga yang mempunyai resiko menderita penyakit ini
(prenatal diagnosis).
Penderita
β-thalassemia adalah penyakit yang diturunkan dari gen autosoma
resesif. Dimana seseorang yang menderita thalassemia mendapat
kemungkinan 25% dari orang tua yang karier (heterozigot). Setiap
individu mempunyai dua allele β-globin, yaitu satu dari ibunya dan satu
dari ayahnya, sehingga ada dua kemungkinan mutasi dari kedua allele
tersebut yang dapat menyebabkan penyakit thalassemia yaitu:
-
Jika kedua allele mengalami mutasi, gejala yang terlihat adalah anemia
hipokhromik mikrositik, disebut juga β-thalassemia major. Bila tidak
diobati penderita akan meninggal sebelum umur 20 tahun. Pengobatan yang
dilakukan adalah transfuse darah secara periodic, splenektomi bila
terjadi splenomegali dan usaha pengurangan Fe bila terjadi kelebihan Fe
akibat transfuse darah. Kesembuhan dapat diusahakan dengan transplatasi
sumsum tulang.
- Bila hanya satu allele mengalami mutasi, gejala yang terlihat adalah anemia mikrositik ringan, disebut
juga β-thalassemia minor atau β-thalassemia karier/pembawa. Gejala yang
terlihat adalah kelemahan, fatigue dan pada kebanyakan kasus biasanya
tanpa gejala apa-apa. Penderita β-thalassemia minor ini bahkan
mengabaikan bahwa dia adalah pembawa penyakit atau menderita gangguan
ini. Deteksi dilakukan dengan menghitung MCV (Tabel 3.3) yang
memperlihatkan penurunan sedikit dari MCV tersebut.
-
Thalassemia intermedia, adalah kondisi dimana penderita menunjukkan
gejala diantara thalassemia major dan minor. Penderita dapat bertahan
hidup normal tetapi kadang perlu mendapatkan transfusi darah, terutama
bila ia merasakan sakit ataupun waktu hamil, hal ini benar-benar sangat
bergantung pada saat-saat ia menderita anemia.
Secara
genetic penyebab β-thalassemia sangat bervariasi dan beberapa jenis
mutasi gen dapat menyebabkan menurun atau tidak terjadinya sintesis
β-globin. Biasanya tanda superskrip 0 (β0)dan +(β+) menunjukkan ada
tidaknya sintesis β-globin tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk
kelainan genetic yang menyebabkan β-thalassemia yaitu:
- Bentuk non-delesion: Kelainan genetic ini biasanya melibatkan substitusi basa tunggal atau delesi kecil atau penyisipan dekat atau diatas gen β-globin. Yang paling sering adalah mutasi terjadi di daerah promoter dari gen β-globin.
- Bentuk delesion: Delesi dari beberapa nukleotida yang berbeda yang melibatkan gen β-globin menyebabkan gejala yang berbeda pula seperti pada (β0) atau herediter persisten dari fetal hemoglobin syndromes.
- Penanganan thalasemi
No comments:
Post a Comment