Tuesday 7 March 2017

Pengertian Thalassemia dan Penanganan Thalassemia

Apa itu Thalassemia..??
Thalassemia adalah penyakit yang diturunkan yang menyebabkan gangguan pada system pembentukan sel darah merah. Gangguan genetic tersebut terjadi akibat dari penurunan laju sintesis rantai globin yang normal yang menyebabkan tidak stabilnya transport oksigen kedalam jaringan. Sel darah merahnya sendiri cenderung rapuh dan mudah pecah sehingga menyebabkan anemia. Secara geografis penyakit ini banyak menyerang pada orang yang hidup di daerah laut Mediterranian, dimana thalassemia dari asal kata “Thalassa” dalam bahasa Yunani, yang artinya adalah laut dan “Haimia” yang artinya darah. Thalassemia dapat terjadi pada semua populasi penduduk dan kelompok etnis, walaupun prevalensinya sangat bervariasi diantara populasi tersbut. Diperkirakan prevalensi penyakit sekitar 16% terjadi pada penduduk Cyprus, 3-14% di Thailand, dan sekitar 3-8% terjadi pada populasi penduduk India, Pakistan, Bangladesh dan China. Prevalensi juga banyak terjadi pada orang keturunan Amerika Latin, Negara-negara Caribia dan Mediterrania (mis: Spanyol). Prevalensi terkecil terjadi pada penduduk Afrika (0,9%) dan Eropa Utara (0,1%).

 Etiologi dan gejala
Thalassemia diklasifikasi menurut molekul rantai globin yang mengalami gangguan: pada alfa thalassemia, produksi α globin mengalami defisiensi, sedangkan pada β thalassemia, produksi β globin mengalami gangguan, tidak seperti pada SCA, yang terjadi karena adanya mutasi bentuk β globin.

a) Alfa thalassemia
Pada penyakit ini melibatkan gen HBA1 dan HBA2, yang diturunkan menurut hukum Mendel
yaitu autosoma resesif. Kelainan tersebut juga erat hubungannya dengan hilangnya (deletion) dari kromosom 16p. Alfa thalassemia mengakibatkan terjadi penurunan produksi α-globin, tetapi penurunan α-globin menyebabkan peningkatan β globin pada orang dewasa dan peningkatan rantai γ pada bayi yang baru lahir. Kelebihan rantai β dari tetramer yang tidak stabil (disebut hemoglobin H) menyebabkan terjadianya disosiasi kurva oksigen. Ada empat genetic loci untuk α-globin, yaitu dua berasal dari ibunya dan dua lainnya dari ayahnya. Bilamana loci tersebut hilang atau terganggu karena terjadi mutasi, penyakit akan menjadi lebih parah, yang ditandai dengan dengan timbulnya gejala penyakit.

- Bila semua (empat) loci tersebut terpengaruh akan menyebabkan fetus tidak dapat hidup lagi diluar uterus, dimana hampir semua bayi mati begitu dilahirkan dengan gejala “hydrops fetalis”.

Bilamana bayi tersebut dapat hidup saat lahir, segera akan meninggal setelah dilahirkan. Bayi- bayi tersebut menunjukkan gejala edematous dan hanya sedikit ditemukan hemoglobin dalam darahnya dan Hb tersebut mengandung rantai γ-tetramerik (hemoglobin Bart). Biasanya hal tersebut menunjukkan keturunan homozigot resesif dari α-thalassemia tipe 1.

- Bila tiga loci yang terkena, mengakibatkan penyakit yang disebut “Hemoglobin H disease”.
Ditemukan ada dua bentuk hemoglobin yang tidak stabil didalam darah, yaitu hemoglobin Barts (rantai tetramerik γ ) dan hemoglobin H (rantai tetramerik β ). Pada pemeriksaan ulas darah tepi terlihat adanya gejala anemia mikrositik hipokromik dan presipitasi dari HbH (Heinz bodies).

Penyakit ini baru terdeteksi pada masa kanak-kanak atau pada awal masa kedewasaan, padasaat diketahui adanya anemia dan splenomegali (pembesaran limpa). Hal tersebut biasanya disebabkan karena adanya kombinasi keturuanan dari komponen hetero zigots dari α-thalassemia tipe 1 dan tipe 2.

- Bila dua dari 4 loci yang terkena maka seseorang menjadi α-thalassemia karier atau thalassemia tipe 1, dimana dua α-loci dapat memproduksi darah mendekati normal pada system hematopiesisnya, walaupun masih sedikit ditemukan gejala anemia mikrositik hipokromik yang ringan. Pada penduduk keturunan Afrika, prevalensinya cukup tingg 30%, dimana ditemukan delesi (hilangnya) satu dari dua loci α dari kromosom. Penyakit tersebut kadang dikelirukan dengan penyakit defisiensi Fe, sehingga bila diberikan tambahan Fe akan tidak ada pengaruhnya. Ada dua bentuk α thalassemia tipe 1, yaitu delesi cis dari dua α loci pada kromosom yang sama, lainnya delesi trans dari gen allele kromosom homolog (kromosom no 16).

- Bila hanya satu dari empat α-loci terkena, α-minor atau α+ pembawa thalassemia atau α- pembawa thalassemia tipe 2, pengarunhnya minimal atau ringan. Tiga loci α-globin sudah cukup untuk memproduksi hemoglobulin normal dan penderita tidak mengalami anemia atau hipokhromia, mereka disebut α-thalassemia karier atau pembawa thalassemia.
  • Beta thalassemia
Beta-thalassemia terciri dengan berkurangnya sinthesis hemoglobin rantai beta, yang dapat mengakibatkan gejala anemia mikrositik hipokhromik, yaitu ketidak normalan sel darah tepi. Pada gambaran ulas darah terlihat adanya sel darah merah yang bernukleus dan menurunnya jumlah hemoglobin A (HbA) pada analisis Hb dan meningkatnya hemoglobin F (HbF) setelah umur 12 bulan.

Penderita akan mengalami anemia yang yang parah dan hepatosplenomegali (bembengkakan hati dan limpa). Uji genetic dengan identifikasi keberadaan rantai beta globin (HBB) sangat berguna untuk mempridiksi atau diagnosis dini untuk mengetahui timbulnya penyakit sebelum terjadi gejala pada suatu keluarga yang mempunyai resiko menderita penyakit ini (prenatal diagnosis).

Penderita β-thalassemia adalah penyakit yang diturunkan dari gen autosoma resesif. Dimana seseorang yang menderita thalassemia mendapat kemungkinan 25% dari orang tua yang karier (heterozigot). Setiap individu mempunyai dua allele β-globin, yaitu satu dari ibunya dan satu dari ayahnya, sehingga ada dua kemungkinan mutasi dari kedua allele tersebut yang dapat menyebabkan penyakit thalassemia yaitu:

- Jika kedua allele mengalami mutasi, gejala yang terlihat adalah anemia hipokhromik mikrositik, disebut juga β-thalassemia major. Bila tidak diobati penderita akan meninggal sebelum umur 20 tahun. Pengobatan yang dilakukan adalah transfuse darah secara periodic, splenektomi bila terjadi splenomegali dan usaha pengurangan Fe bila terjadi kelebihan Fe akibat transfuse darah. Kesembuhan dapat diusahakan dengan transplatasi sumsum tulang.

- Bila hanya satu allele mengalami mutasi, gejala yang terlihat adalah anemia mikrositik ringan, disebut juga β-thalassemia minor atau β-thalassemia karier/pembawa. Gejala yang terlihat adalah kelemahan, fatigue dan pada kebanyakan kasus biasanya tanpa gejala apa-apa. Penderita β-thalassemia minor ini bahkan mengabaikan bahwa dia adalah pembawa penyakit atau menderita gangguan ini. Deteksi dilakukan dengan menghitung MCV (Tabel 3.3) yang memperlihatkan penurunan sedikit dari MCV tersebut.

- Thalassemia intermedia, adalah kondisi dimana penderita menunjukkan gejala diantara thalassemia major dan minor. Penderita dapat bertahan hidup normal tetapi kadang perlu mendapatkan transfusi darah, terutama bila ia merasakan sakit ataupun waktu hamil, hal ini benar-benar sangat bergantung pada saat-saat ia menderita anemia.

Secara genetic penyebab β-thalassemia sangat bervariasi dan beberapa jenis mutasi gen dapat menyebabkan menurun atau tidak terjadinya sintesis β-globin. Biasanya tanda superskrip 0 (β0)dan +(β+) menunjukkan ada tidaknya sintesis β-globin tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk kelainan genetic yang menyebabkan β-thalassemia yaitu:

- Bentuk non-delesion: Kelainan genetic ini biasanya melibatkan substitusi basa tunggal atau delesi kecil atau penyisipan dekat atau diatas gen β-globin. Yang paling sering adalah mutasi terjadi di daerah promoter dari gen β-globin.

- Bentuk delesion: Delesi dari beberapa nukleotida yang berbeda yang melibatkan gen β-globin menyebabkan gejala yang berbeda pula seperti pada (β0) atau herediter persisten dari fetal hemoglobin syndromes.
  • Penanganan thalasemi
Pengobatan dengan jalan transfusi darah harus selalu dilakukan dalam interval dua atau tiga minggu sekali, tetapi therapy transplantasi sumsum tulang dapat juga dilakukan sebagai alternative yang baik. Transplantasi sumsum tulang juga harus ekstra hati-hati karena dapat menyebabkan reaksi penolakan tubuh yang akan mengakibatkan komplikasi.

No comments:

Post a Comment