Friday, 17 March 2017

Pengertian Monisme dan Panteisme dalam A New Earth

Monisme dan Panteisme dalam A New Earth
Menurut Tolle, semesta material saat ini hanyalah manifestasi sementara dari kesadaran spiritual yang bersifat universal atau yang biasa disebut ”Allah” dalam konsep agama-agama. Kesadaran spiritual universal ini juga bisa disebut sebagai ”Life Force”. Jika kita membaca karya Tolle, maka kita menangkap kesan kuat bahwa ”Life Force” atau ”Allah” dalam konsep Tolle ini lebih bersifat tidak berpribadi (impersonal) atau sedikitnya non personal daripada berpribadi (personal). Realitas tertinggi ini lebih layak disebut ”It” daripada ”He” atau ”She”. Hal ini tentu saja pararel dengan ajaran TS bahwa segala sesuatu adalah ”energi”. Selanjutnya, Allah dalam konsep Tolle adalah keberadaan yang memanifestasikan diri dalam semua benda dan mahluk hidup (bukan menciptakan). Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika Tolle berkata:

Setiap hal memiliki Keberadaan, sebuah bentuk sementara yang memiliki sumber di dalam satu Kehidupan yang tak berbentuk, sumber dari segala sesuatu, semua tubuh, semua bentuk. Pada hampir semua kebudayaan kuno, orang-orang percaya bahwa segala sesuatu, bahkan apa yang disebut sebagai benda mati, memiliki roh yang mendiaminya, dan dalam kaitan dengan ini, mereka lebih dekat pada kebenaran daripada kita yang hidup di masa kini.

Orang-orang Kristen yang mengagumi Oprah Winfrey mungkin akan terkejut ketika mengetahui Oprah mengagumi dan mempromosikan sebuah tulisan yang berusaha mengembalikan kita kepada kepercayaan mistik kuno yang tercermin dalam kalimat Tolle di bawah ini: 

Sejak zaman dahulu kala, bunga-bunga, kristal-kristal, batu-batu berharga dan burung-burung telah memiliki signifikansi khusus bagi roh manusia. Seperti halnya semua bentuk kehidupan, hal-hal itu, tentu saja merupakan manifestasi sementara dari esensi Kehidupan, satu Kesadaran.

Ajaran monisme dan sekaligus panteisme Tolle juga tercermin secara jelas dalam kata-katanya sendiri: 
Di dasar permukaan dari hal-hal yang tampak, segala sesuatu bukan hanya saling terkait satu sama lain, tetapi juga dengan Sumber dari semua kehidupan, yang dari dalamnya semua muncul. Bahkan sebuah batu, dan lebih mudah lagi sebuah bunga atau burung dapat menunjukkan kepadamu jalan menuju pada Allah, kepada sang Sumber, kepada dirimu sendiri.

Dalam kalimat di atas, Tolle menegaskan bahwa segala sesuatu ”terkait satu sama lain” yang adalah ekspresi implisit dari ”semua adalah satu”. Perhatikan pula bahwa dalam kalimat di atas kata, ”Allah”, ”sang Sumber”, dan ”dirimu sendiri” mengacu pada sesuatu yang sama. Allah adalah diri kita sendiri, diri kita sendiri adalah Allah. 

Manusia Menurut A New Earth
Siapakah manusia sebenarnya? Tolle menjelaskannya di bawah judul Beyond Ego: Your True Identity. Menurutnya, manusia tidaklah identik dengan pengalamannya, pemikirannya, perasaannya karena semua itu bukanlah siapa Anda yang sesungguhnya. Anda tidak dapat menemukan diri Anda dalam hal-hal tersebut karena semua itu akan berlalu. 

Selanjutnya Tolle percaya bahwa Buddha mungkin adalah orang yang pertama kali mengalami realisasi spiritual dan mengetahui bahwa manusia pada dasarnya bukan ”I” atau ”aku: karena ”aku” yang sebenarnya tidak ada. Ajaran ini diajarkan sebagai doktrin anatta (no self) yang menjadi salah satu ajaran utama Buddha. Lebih lanjut, Tolle menafsirkan bahwa ketika Yesus mengajarkan ”menyangkal diri” hal ini berarti melepaskan ilusi tentang eksistensi diri. Jadi, diri kita yang sebenarnya sama sekali tidak terikat dengan perasaan, pengalaman, pikiran yang tampak dan termanifestasi di dalam dunia sehari-hari.

Berdasarkan hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa menurut Tolle, diri kita yang sebenarnya terlepas dari semua unsur-unsur pribadi (person) seperti pikiran, perasaan dan kehendak. Pada hakekat terdalamnya manusia bersifat ”impersonal” atau paling tidak non personal karena keberadaan tertinggi yang merupakan the real ”I” tersebut juga impersonal atau non personal. Kita adalah satu dengan Keberadaan Kehidupan tersebut. Perhatikan kata-kata Tolle:

The only thing that ultimately matters is this: Can I sense my essential Beingness, the I Am, in the background of my life at all times? To be more accurate, can I sense the I Am that I Am at this moment? Can I sense my essential identity as consciousness itself? Or am I losing myself in what happens, losing myself in the mind, in the world

Jikalau hakekat manusia yang terdalam adalah sama dengan Allah karena manusia adalah manifestasi dari Allah itu sendiri, mengapa manusia tidak menyadarinya? Jawaban Tolle adalah karena kondisi normal dari pikiran manusia berada dalam keadaan disfungsi. Semua manusia mengalami disfungsi dalam pikirannya. Keadaan ini disebut secara berbeda-beda oleh masing-masing agama. Misalnya, dalam Hindu hal ini disebut maya, dalam Buddha, dukka dan dalam Kristen, dosa asal.

No comments:

Post a Comment