INSTRUMEN NONTES WAWANCARA
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN WAWANCARA
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung dengan individu yang diwawancara atau sumber data. Agar wawancara dapat dilaksanakan secara efektif maka perlu direncanakan dan disusun secara sistematis. Pewawancara atau interviewer (pembimbing akademik) mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung tanpa perantara kepada individu yang diwawancarai atau interviewee (mahasiswa) dan interwiewee memberikan jawaban langsung dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat tentang diri mahasiswa ataupun tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan mahasiswa.
Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tentang diri mahasiswa atau hal lain yang berhubungan dengan mahasiswa.
Wawancara dalam Bimbingan dan Konseling dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling untuk mendapatkan dan mengumpulkan data tentang mahasiswa terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi sehingga dapat memahami berbagai potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan dan masalahnya serta memahami potensi dan kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerjanya secara mendalam sehingga diperoleh informasi yang menyeluruh tentang kondisi mahasiswa.
Wawancara yang dilakukan selain mengumpulkan informasi tentang mahasiswa secara mendalam, wawancara dapat pula dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi lingkungan mahasiswa. Data atau informasi yang diperoleh dipergunakan untuk mengidentifikasi struktur program bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan. Data atau informasi tersebut seperti: siapa saja petugas yang melaksanakan program bimbingan dan konseling, fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, apa kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki mahasiswa setelah mendapat layanan bimbingan dan konseling, siapa saja target dari program, bagaimana pengaturan atau pengelolaan program bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan ini
2. JENIS-JENIS WAWANCARA
Jenis-jenis wawancara dapat dikelompokkan menurut responden dan menurut prosedur
a. Wawancara menurut responden
Dapat dibedakan menjadi wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. Wawancara langsung dilakukan dengan berhadapan langsung dengan mahasiswa yang ingin diketahui data-datanya.
Wawancara tidak langsung dilakukan secara langsung tetapi dengan orang lain yang diharapkan dapat memberikan data atau informasi tentang mahasiswa yang ingin diketahui data-datanya. Misalkan: dapat mewawancarai orang tua, teman, tetangga, dan lain lain.
b. Wawancara menurut prosedur
Dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi keduanya.
Wawancara terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara telah menyusun pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan secara terinci.
Wawancara tidak terstruktur : ketika melakukan wawancara, pewawancara menggunakan pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan saja, dan mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan data atau informasi yang diinginkan.
Wawancara kombinasi : pewawancara dapat menggunakan sekaligus kedua jenis wawancara dengan tujuan untuk mendapatkan data atau informasi yang maksimal dari individu.
3. PERAN PEWAWANCARA
Keberhasilan melakukan wawancara sangat ditentukan oleh peran dari pewawancara. Peran dimulai sejak awal, pertengahan hingga akhir dari wawancara yang dilakukan. Keberhasilan melakukan wawancara akan menghasilkan data atau informasi yang lengkap, mendalam, obyektif dan akurat. Pewawancara hendaknya dapat membawa suasana wawancara berjalan secara terbuka, akrab dan menyenangkan sehingga wawancara dapat berjalan lancar dan tujuan wawancara tercapai.
Di awal wawancara pewawancara hendaknya mampu membangun hubungan baik dengan individu dengan menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara yang akan dilakukan, lama wawancara, dan menjelaskan adanya asas kerahasiaan terhadap seluruh informasi yang akan diberikan.
Selanjutnya pada bagian inti wawancara, pewawancara mengajukan pertanyan-pertanyaan yang telah disiapkan melalui pedoman wawancara yang telah disiapkan dengan hati-hati, teliti dan menggunakan kalimat yang sederhana dan jelas. Agar individu dapat menangkap dan memahami serta memberikan informasi sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Selama proses wawancara berlangsung, dapat dilakukan pencatatan terhadap hasil wawancara melalui alat rekam yang telah disiapkan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada individu bahwa alat rekam hanya digunakan untuk kepentingan wawancara dan kepentingan individu agar seluruh informasi yang telah diberikan dapat secara lengkap diketahui dan dipahami secara menyeluruh. Namun apabila individu menolak maka pencatatan dapat segera dilakukan setelah wawancara selesai.
Pada tahap penutupan, pewawancara mengakhiri proses wawancara dengan membuat kesimpulan dari wawancara yang dilakukan, dan apabila masih diperlukan wawancara berikutnya dapat membuat kesepakatan bersama dengan individu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pewawancara dalam bidang Bimbingan dan Konseling, adalah bahwa proses wawancara yang dilakukan selain bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang individu atau mahasiswa secara mendalam sehubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapi, sekaligus dapat digunakan untuk membangun hubungan baik atau rapport dengan individu, meningkatkan intensitas hubungan, mendorong kemampuan untuk membuka diri, meningkatkan pemahaman, dan mengembangkan kemampuan dalam menerima, dan mengembangkan kepercayaan antara pewawancara dengan mahasiswanya. Sehingga diharapkan adanya keterbukaan pada diri mahasiswa terhadap permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dan memudahkan pembimbing akademik untuk mengetahui dan memahami dengan benar permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa yang dibimbingnya.
4. PROSEDUR PELAKSANAAN WAWANCARA
Pelaksanaan wawancara hendaknya memperhatikan prosedur sebagai berikut:
- Penyusunan Pedoman Wawancara
- Pelaksanaan Wawancara
- Analisis Hasil Wawancara
1. Penyusunan Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara perlu disusun agar proses wawancara dapat terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Langkah penyusunan pedoman wawancara yaitu:
- Menetapkan tujuan wawancara.
- Menetapkan pertanyaan.
- Membuat butir pertanyaan yang jelas agar mudah dipahami individu.
- Pertanyaan harus fokus pada informasi yang diinginkan.
- Pertanyaan jangan memiliki makna ganda.
- Pertanyaan hendaknya tidak mengandung unsur SARA, dan sugestif.
- Apabila bentuk wawancara terstruktur maka pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara rinci, dan bila tidak terstruktur dapat dituliskan pokok-pokok pertanyaannya saja.
2. Pelaksanaan Wawancara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum wawancara dilakukan:
- Menetapkan individu yang akan diwawancarai
- Menetapkan jadwal dan tempat wawancara
- Menghubungi individu yang akan diwawancarai
- Melaksanakan wawancara
- Melakukan verbal setting sebelum wawancara dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang tujuan wawancara, informasi apa yang dibutuhkan, lama wawancara dilakukan dan jaminan akan adanya kerahasiaan .
- Selama proses wawancara, pewawancara hendaknya mampu melakukan attending skill, mampu bertanya dengan baik, mampu mendengar aktif dan mampu mencatat hasil wawancara dengan lengkap.
- Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan hasil wawancara.
3. Analisis Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang diperoleh segera dianalisis dengan mengikuti beberapa tahap di bawah ini:
- Mengidentifikasi dan mengelompok-kan jawaban individu berdasarkan pokok pikiran pada pedoman wawancara dan pencapaian tujuan wawancara.
- Menganalisis dan mensintesakan hasil jawaban individu sesuai dengan tujuan wawancara
- Membuat kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari berbagai jawaban individu.
5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAWANCARA
1. Kelebihan Wawancara
- Pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami dapat segera diperjelas oleh pewawancara hingga individu dapat memahami maksud pertanyaan tersebut dan memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan.
- Melalui tatap muka langsung, dapat memberikan peluang untuk terbinanya hubungan baik diantara pewawancara dengan individu yang akan besar pengaruhnya bagi kelancaran wawancara.
2. Kekurangan Wawancara
- Membutuhkan waktu dan tenaga untuk memperoleh data/informasi
- Diperlukan keahlian dan pengalaman untuk dapat menjadi pewawancara, khususnya pewawancara di bidang Bimbingan dan Konseling.
- Hasil wawancara dapat bersifat subyektif apabila telah terbentuk prasangka.
- Hasil wawancara sangat tergantung dengan keterampilan pewawancara dalam menggali, mencatat dan menganalisa setiap jawaban individu.
No comments:
Post a Comment