Wednesday, 15 March 2017

Cara Memulai Bisnis

Cara Memulai Bisnis
Banyak jalan menuju Roma, begitu piila cara seseorang menjadi wirausahawan dapat dimulai dari mana saja, kapan saja, baik dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain maupun bekerja sama dengan orang lain. Dapat juga dilakukan dengan melakukan kerja sama usaha dengan pihak lain, baik individu maupun kelompok.

Banyak kisah-kisah sukses para wirausahawan dimulai dengan keberanian, kesabaran, ketekunan, dan kemampuan mengelola usahanya secara bertahap sampai mencapai kesuksesan. Dari cerita yang menyenangkan sampai menyedihkan, karena mereka selalu menghadapi berbagai risiko.

Beberapa penyebab mereka menjadi pengusaha atau wirausahawan pun sangat beragam: karena desakan ekonomi, dikeluarkan dari tempat kerja yang lama, putus sekolah, dukungan keluarga, gengsi, tidak sengaja, ingin kerja sampingan, hanya coba-coba, atau karena motif-motif lain sehingga mereka terdorong untuk menjadi pengusaha.

Cara-cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memulai bisnis (usaha), baik itu dilakukannya sendiri maupun bersama teman-teman, adalah sebagai berikut:

Memulai Bisnis Baru
Memulai suatu bisnis baru sering kali merupakan pilihan yang paling menarik bagi para pemula. Modal awal tidak terlalu besar dan terdapat kepuasan memulai suatu usaha sendiri. Tetapi harus dipahami bahwa mengelola bisnis baru memerlukan alokasi waktu, tenaga, dan pikiran sepenuhnya, di samping membutuhkan keahlian khusus, risiko tinggi yang dihadapi, dan kerugian atau pendapatan yang rendah pada tahap-tahap awal.

Merintis usaha baru atau bisnis baru yaitu membentuk dan mendirikan usaha dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri.

Terdapat tiga bentuk usaha yang bisa dirintis oleh Anda, yaitu:

  • Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri.
  • Persekutuan (partnership), yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih.
  • Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan usaha dengan modal berupa saham.
Membeli Bisnis yang Sudah Ada
Alternatif lain yang dapat dipilih adalah dengan membeli usaha yang sudah ada. Hal ini menawarkan keuntungan dari pelanggan yang sudah ada tanpa menambah kompetisi. Penghasilan diperoleh lebih cepat dan pembiayaan lebih mudah, tetapi Anda harus membayar lebih untuk membeli usaha yang telah ada. Cara ini berarti Anda membeli perusahaan yang telah didirikan dan dikelola oleh orang lain dengan nama (goodwill) dan organisasi usaha yang sudah ada.

Keputusan untuk membeli suatu bisnis rrierupakan penilaian yang paling kritis dalam hidup Anda. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang bisnis tersebut. Sering kali seorang pembeli tergoda untuk membuat penawaran cepat berdasarkan emosi semata, dan bukan berdasarkan alasan yang objektif. Ingat bahwa usaha yang dijalankan bertujuan untuk mengembalikan uang yang Anda tanamkan beserta keuntungan yang diinginkan dan sadarilah tanggung jawab yang muncul jika bisnis tersebut gagal.

Menyelidiki alasan pemilik menjual usahanya adalah hal yang penting. Penjual dapat memberikan alasan kondisi yang tidak sehat sehingga perusahaan dijual, tetapi alasan sebenarnya mungkin bisnis menu'run karena adanya persaingan baru, kurangnya permintaan dari pelanggan, atau alasan lain. Meskipun Anda dapat meyakinkan diri bahwa dengan manajemen yang lebih baik bisnisnya dapat disempurnakan, dalam banyak kasus ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Tentukan jenis dan ukuran bisnis yang Anda pikir sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, dan modal Anda. Yakinlah bahwa Anda dapat membiayai pembelian bisnis tersebut dan memiliki modal cukup untuk pengoperasian bisnis.

Metode yang paling akurat untuk menilai kesehatan suatu bisnis adalah memperkirakan suatu potensi keuntungan jangka panjang. Bagaimana potensi produk atau jasa yang dihasilkannya. Bukan masalah berapa banyak waktu atau uang yang sudah ditanamkan oleh pemilik lama pada bisnis tersebut. Anda dapat memastikan bahwa Anda dapat memperoleh kembali modal yang ditanamkan.

Jangan lupa meneliti dan memverifikasi berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek legal yang dimiliki perusahaan, dan kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual, jangan sampai meninggalkan beban pekerjaan dan biaya tak terduga di kemudian hari.

Mengembangkan Bisnis yang Sudah Ada
Pilihan ini terjadi karena pengusaha atau wirausahawan tersebut melakukan pengembangan usaha yang sudah ada sebelumnya, baik berupa unit baru atau berupa cabang maupun penambahan kapasitas usaha lebih besar. Biasanya pilihan ini terjadi pada perusahaan-perusahaan milik keluarga. Nilai-nilai yang tertanam pada keluarga dapat pula membantu .atau memengaruhi operasi suatu bisnis, biasanya cenderung berupaya menjaga rasa kemanusiaan, berorientasi jangka panjang, dan lebih menekankan kualitas.

Memilih usaha franchise
Waralaba (franchise) adalah suatu bentuk usaha kerja sama antara pemilik waralaba atau pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba atau terwaralaba (franchisee) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, standardisasi, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.

Apabila kita tidak memiliki pengalaman dalam usaha, membeli bisnis waralaba adalah cara paling mudah untuk memiliki dan menjalankan usaha. Saat ini bisnis waralaba sedang tumbuh dengan pesat. Banyak investor yang membeli bisnis waralaba dari luar negeri maupun lokal. Usaha waralaba sangat beragam, mulai dari bisnis salon (Johnny Andrean, Rudy Hadisuwarno), lembaga pendidikan (LIA, EF, ILP, Primagama), makanan (Warung Pak Sadi, KFC), penatu, konsultan, mini market (Indomart, Alfamart), bengkel mobil, dan sebagainya.

Bisnis waralaba berkembang pesat karena hakikatnya bisnis ini dapat dimiliki banyak orang dengan standar mutu produk dan layanan yang sama, serta terbukti sukses menarik minat para pelanggan.

Beberapa keunggulan bisnis waralaba yang paling mencolok dibandingkan dengan memiliki atau memulai usaha sendiri adalah proses belajar yang lebih singkat, menggunakan nama usaha yang terkenal, mendapat bantuan untuk memulai usaha, jaminan suplai, dukungan usaha lain, serta kekuatan dalam kegiatan promosi yang efisien.

Sistem pembayaran yang ditawarkan oleh para pewaralaba kepada peminat waralaba bermacam-macam. Ada yang menggunakan sistem/ee, baik dari setoran awal, royalti, manajemen ataupun teknikal, dan bagi hasil dari omzet penjualan. Namun demikian, dengan semakin ketatnya bisnis waralaba, saat ini banyak waralaba lokal yang ditawarkan dengan persyaratan sangat sederhana. Hal tersebut dilakukan dengan sistem paket pembelian peralatan standar dan membeli bahan baku produk dari pewaralaba.

Pada umumnya, waralaba yang cukup mahal bagi calon investor adalah jenis waralaba yang telah memiliki jaringan sangat banyak dan terbukti sukses di mana-mana. Hal ini wajar karena secara matematis risiko kegagalan akan lebih kecil. Ini karena bantuan pewaralaba di hampir semua aspek, mulai dari studi kelayakan, lay out restoran, standar pelayanan, jaminan bahan baku, promosi, dan iklan di media massa, serta masih banyak lagi.

Pewaralaba (franchisor) juga akan turun tangan secara langsung dan menerjunkan orang terbaiknya untuk membantu penerima usaha waralaba, sehingga outlet waralaba tersebut berjalan dengan baik dan sukses. Pewaralaba akan merasa tercoreng namanya apabila gerainya ternyata mengalami kegagalan dan harus menutup gerai tersebut.

Di bawah ini beberapa kiat memilih bisnis waralaba:

  1. Kumpulkan seluruh informasi mengenai bisnis waralaba yang ada saat ini. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui majalah ekonomi dan bisnis, buku direktori khusus usaha waralaba, dan asosiasi-asosiasi yang ada seperti Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) dan Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI).
  2. Pilihlah jenis usaha waralaba yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi dan terbukti sukses di mana-mana. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa majalah ekonomi. Jika perlu, tanyakan langsung kepada asosiasi atau konsultan khusus waralaba.
  3. Sebaiknya memilih bisnis waralaba disesuaikan dengan kemampuan keuangan, minat, dan bakat kita. Bila seseorang menyukai usaha tersebut, ia akan bekerja . dengan riang dan senang. Jangan memilih usaha waralaba yang bisnisnya tidak disukai dan dipahami dengan baik.
  4. Pastikan proses usaha waralaba tersebut dapat dialihkan dengan baik kepada terwaralaba. Perhatikan dengan baik bagaimana standardisasi yang dilakukan, sehingga kualitas produk maupun pelayanan dapat seragam di semua tempat. Hal ini penting karena yang dijual pewaralaba sesungguhnya-adalah hal tersebut. Konsumen atau pelanggan juga membeli produk karena adanya persamaan st.andar mutu dan pelayanan yang diberikan.
  5. Jangan cepat percaya dengan angka-angka keuangan yang disodorkan oleh pewaralaba. Perhatikan asumsi-asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, khususnya mengenai asumsi jumlah pelanggan dan pertumbuhan penjualan. Perhatikan juga modal awal yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi modal awal yang dibutuhkan, semakin menuntut penjualan dan keuntungan yang tinggi sehingga risiko akan semakin besar. Tanyakan juga mengenai berapa lama investasi kita akan kembali. Semakin cepat investasi dijanjikan akan kembali, kita harus semakin ragu dan kritis. Pertanyaan penting lainnya adalah adakahyang pernah gagal dalam membeli usaha waralaba ini? Berapa banyak? Berapa persen tirigkat kesuksesannya? Jadi bersikaplah kritis dan tanyakan jika ada hal yang meragukan kepada pewaralaba. Jangan membayar dan menandatangani kontrak sebelum semua pertanyaan dijawab dengan meyakinkan. ,
  6. Lakukan pengamatan dan penyelidikan di lapangan terhadap gerai-gerai yang akan menjadi pilihan kita. Tanyakan kepada pelanggan, pelayan di gerai tersebut, dan jika mungkin bertemu langsung dengan terwaralaba tersebut. Bandingkan angka-angka riil tersebut dengan yang tersaji dalam proposal yang kita terima dari pewaralaba.
  7. Bagi para peminat waralaba yang bermodal terbatas, sekarang banyak waralaba lokal yang masih berskala kecil atau bahkan belum menerapkan sistem waralaba. Untuk bisnis waralaba yang masih berskala kecil atau baru memulai bisnis waralaba, biasanya persayaratannya akan lebih ringan. Mereka biasanya hanya meminta calon terwaralaba untuk berbagi hasil penjualan dalam persentase tertentu. Kalaupun ada setoran awal (initial fee) paling hanya dalam bilangan jutaan rupiah. Tentunya tempat usaha dan seluruh peralatannya menjadi tanggung jawab terwaralaba.
  8. Bagi kita yang jeli dan memiliki naluri bisnis yang tajam, sebenarnya banyak potensi usaha yang dapat dikembangkan secara waralaba. Kita dapat membujuk wirausahawan yang sudah berhasil dan berjalan dengan baik serta memiliki prospek usaha yang cerah. Bahkan mungkin kita dapat menjadi penggagas dan menjadi tim pemasaran waralaba baru tersebut. Paling tidak, kita dapat membuka gerai atau cabang untuk usaha tersebut dengan persyaratan yang sangat ringan.
Bisnis atau usaha yang paling banyak diwaralabakan adalah usaha makanan dan minuman. Bisnis makanan dan minuman adalah bisnis kebal resesi. Betapa pun sulitnya kehidupan, makanan dan minuman selalu menjadi prioritas utama orang hidup.

Bisnis berbasis jaringan waralaba sesungguhnya merupakan kisah keberhasilan bisnis yang sudah terbukti keandalannya. Walaupun, kegagalan bisa saja dialami dalam bisnis waralaba akibat pewaralaba tidak kompeten dan faktor-faktor lainnya. Jadi, bila ingin sukses menjadi pebisnis waralaba, tajamkan mata, lidah, rasa, dan telinga secara jeli. Lakukan perhitungan keuangan dengan sebaik-baiknya. Kemudian pilihlah jenis waralaba yang sesuai dengan minat, kesenangan, intuisi bisnis, dan lain-lain yang sesuai dengan kondisi sumber daya yang kita miliki.

No comments:

Post a Comment