Metode Dan Pendekatan Dalam Sosiologi Agama
Metode
Kajian dalam Sosiologi Agama dapat penulis selesaikan dengan segenap
curahan fikiran dan waktu untuk memberikan yang terbaik dalam tulisan
berbentuk makalah ini. Banyak hal ingin disampaikan pada makalah ini
akan tetapi ruang lingkup pembahasan hanyalah mengetahui metode dalam
kajian sosiologi agama. Semua ilmu dapat diperoleh hanya dengan membaca
maka, bacalah walaupun tidak semua akan dibaca. Tema yang dibahas pada
makalah ini merupakan suatu kajian yang perlu pembaca ketahui bahwa
pentingya mempelajari sosiologi dengan mengetahui metode dalam
pembelajarannya.
Dengan
mengetahui metodenya saja kita dapat mengkaji lebih dalam mengenai
berbagai macam ilmu pengetahuan tentang sosiologi agama apalagi jikalau
kita membaca seluruh dari topik-topik yang ada dalam kajian sosiologi
agama itu sendiri. Sosologi sangatlah berpengaruh dalam kehidupan
sehari-hari, kita dapat mengetahui ilmu engetahuan melalui sosiologi
mulai dari bagaimana seseorang dapat menjadi gelandangan sampai
bagaimana seseorang dapat menajdi presiden.
Sosiologi
membahas tentang semua itu, masyarakat luas inilah yang menarik dalam
pembelajaran sosiologi itu sendiri. Metode kajian sosiolgi agama inilah
yang di tawarkan oleh penulis untuk mempelajarinya karena hanya dngan
dapat mempelajari metodenya saja kita dapat mengulas berbagai ruang
lingkup pembahasan dalam kajian sosiologi. Banyak sekali hal yang kita
dapat dalam sosiologi ini karena sosiologi sendiri yakni pembelajaran
yang berhubungan manusia (Alfvin Betrand).
1. Metode Sosiologi Agama
Sosiologi
adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat manusia.
Sosiolog berusaha untuk mengadakan penelitian yang mendalam tentang
hakikat dan sebab dari berbagai keteraturan pola pikir dan tindakan pola
pikir dan tindakan manusia secara berulang-ulang. Sebagai suatu usaha
analisis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiologi dituntut ntuk
memakai pendekatan yang bersifat empiris. Sosiologi dapat memilih
berbagai metode dalam melaksanakan kajianya. Tentu saja metode yang
dipilih sesuai dengan prosedur, alat dan desain penelitian yang
digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih.
Istilah metode, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “meta” yang berarti sesudah dan kata “hodos” yang berarti “jalan”.
Dengan demikian metode merupakan langkah-langkah yang diambil menurut
urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan
dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan.
Menurut
Kneller, metode ilmiah adalah struktur rasional dari penyelidikan
ilmiah yang hipotesisnya disusun dan diuji. Dengan berbagai prespektif
yang ada dapat disimpulakn bahwasanya metode merupakan sebuah alat untuk
merumuskan suatu tujuan tertentu sehingga menjadi utuh. Oleh karenya
dalam mengkaji metode ilmiah tidak hanya satu pemikiran saja yang
dipakai akan tetapai sangatlah luas utnuk menjadikan sebuah pengertian
ini menjadi lenbih menyeluruh dan lebih terdefinisikan sehingga menjadi
rinci.
Dalam
penelitian sosiologi menurut Kahmad umumnya diguanakan tiga bentuk
penelitian yakni, deskriptif, komparatif, dan eksperimental. Maka dari
itu, keidentikan model penelitian dengan metode penelitian hampir sama
maknanya akan tetapi sesungguhnya berbeda karena penentuan suatu metode
dipengaruhi oleh desain dan penelitian yang ada.
1. Metode deskriptif
Metode
deskriptif yakni suatu metode penelitian tentang dunia empiris yang
terjadi pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan, secara sistematis, factual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Supardan, metode ini dituntut kehati-hatian dalam, mengumpulakan
suatu data atau fakta untuk mengungkapkan bebeapa hal yang diuraikan,
seperti penggolongan, praktik, maupun peristiwa yang mencakup
didalamnya. Pengumpulan data dilakuakan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun melalui angket terhadap responden
untuk mengukur pendapat atau tanggapan publik tentang sesuatu yang
diteliti
2. Metode komparatif
Metode
komparatif adalah sejenis metode deskriptif yang ingi mencapai jawaban
mendasar tentang sebab akibat, analisis factorfaktor atau penyebab
terjadinya atau munculnya suatu fenomena. Jangkauan waktunya adalah masa
sekarang. Jika jangkauan waktu terjadi pada masa lampau, maka
penelitian tersebut termasuk dalam metode sejarah. Metode komparatif ini
juga mementingkann perbandingan antara macam-macam masyarakat beserta
bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan
serta sebabsebabnya .
3. Metode eksperimental
Metode
eksperimental adalah suatu metode pengujian terhadap suatu teori yang
telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian suatu teori dari
ilmuan yang telah dibuktikan oleh berapa kali pengujian bisa memperkuat
atau memperlemah teori tersebut. Tetapi ternyata dapat dibuktikan oleh
eksperimen baru, maka teori tersebut akan lebih menguat dan mungkin akan
mencapai taraf hokum teori.
4. Metode eksplanatori
Metode eksplanatori adalah metode yang bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”sehingga
lebih mendalam daripada metode deskriptif yang hanya bertanya tentang
apa, siapa, kapan, dan dimana. Metode ini termasuk bagian dari emtode
empiris.
5. Metode historis komparatif
Metode
historis komparatif adalah metode yang menekankan pada analisis atas
peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip namun,
yang kemudian digambungkan dengan metode komparatif, dengan
menitikberatkan pada perbandingan natara beberapa masyarakat beserta
bidangnya agar memperoleh pola persamaan beserta sebab-sebabnya. Dengan
demikian dapat dicari petunjuk perilaku kehidupan masyarakat ada masa
silam dan sekarang, serta perbedaan tingkat peradapan satu sama lain.
6. Metode fungsionalisme
Metode
fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti fungsi
lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur social dalm masyarakat.
Metode ini berpendirian pokok bahwasanya unsur-unsur yang membentuk
masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang salaing mempengaruhi,
masing-masing memiliki fungsi tersendiri terhadap masyarakat.
7. Metode studi kasus
Metode
studi kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam dari individu,
kelompok, atau institusi untuk menentukan variabel dan hubungannya
diantaranya variabel yang mempengaruhi status atau perilakuyang saat itu
menjadi pokok kajian. Dengan demikian peneliti mampu mengungkap
keunikan-keunikan objek penelitian dan menelaah hubungan antara variabel
yang memepengaruhi status tau perilaku yang dikaji.
8. Metode survey
Metode
survei adalah metode yang berusaha untuk memperoleh data darianggta
po[ulasi yang relatif besar untuk mementukan keadaan, karakteristik,
pendapatdan populasi sekarang yang berkenaan dengan satu variable atau
lebih.
Metode dalam sosiologi agama pada umumnya bahwa terdapat dua jenis cara kerja (methode).
- Pertama, metode empiris yaitu menyandarkan diri pada keadaan yang nyata (empirik) didapat didalam masyarakat. Hal ini dapat diaplikasikan dalam penelitian.
- Kedua, Metode rasionalisme yaitu mengutamakan pemikiran dengan logika dan pemikiran sehat untuk mencapai pertain tentang masalah-maslah kemasyarakatan.
Dalam
seluruh pengumpualan data kuantitatif dan kualitatif, sosiologi agama
menggunakan tiga metode, yaitu observasi, interview, dan Angket untuk
menggali masalah-masalah keagamaan yang dianggap penting dan
dibutuhkan.Walaupun ada pula yang menyebut ketiga metode tersebut
sebagai teknik penelitian, karena teknik itu merupakan cara pelaksanaan
(operasional) yang lebih rinci, rutin, mekanis, dan spesialis.
2. Pendekatan dalam Sosiologi Agama
Banyak
dari para ilmuwan telah mengkaji tentang keagamaan dari berbagai
disiplin ilmu. Para ilmuwan telah meneliti dari berbagai aspek dari
agama, baik itu dari aspek ide maupun perwujudan dalam kenyataan , dari
masalah keyakinan sampai dengan pengaruh agama pada kehidupan masyarakat
(sosial). Istilah pendekatan atau approach menurut Vernon van Dyke
bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran-ukuran untuk
memilih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama
lain. Definisi lain pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan bentuk
sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif.
Suatu
pendekatan dalam menelaah sesuatu, dapat dilakukan berdasarkan sudut
pandang ataupun tinjauan dari berbagai karakteristik maupun cabang ilmu,
seperti antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
termasuk sosiologi. Jika pada cabang ilmu sosiologi maka pola pendekatan
yang digunakan ukuran-ukuran sosiologi untuk menentukan masalah,
pertanyaan penelitian maupun data yang akan ditelaah.
Adapun pendekatan-pendekatan yang ada dalam sosiologi agama, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Institusional
Agama
dan perilaku keagamaan dianggap sebagai gejala-gejala yang merupakan
faktor yang tak tetap dan tergantung (dependent variable). Tujuan
pendekatan institusional ini memperlihatkan bagaimana pelbagai struktur
dari institusi dapat menjelaskan perilaku keagamaan. Penjelasan perilaku
kegamaan di atas struktur institusi masyarakat atau di atas posisi
manusia dalam struktur institusi itu sudah dapat ditemukan dari kritik
terhadap agama yang terdapat pada abad ke 19 dari Marx, Freud, Nietzche,
Karl Marx (1818-1883): “agama= opium massa”; dengan kata lain, agama
dipraktikkan oleh manusia setelah keterasingannya yang riil dari kerja.
2. Pendekatan Fungsional
a) Fungsionalisme Emile Durkheim
Durkheim
tertarik kepada unsur-unsur solidaritas masyarakat. Dia mencari prinsip
yang mempertalikan anggota masyarakat. Emile Durkheim menyatakan agama
harus mempunyai fungsi. Agama bukan ilusi, tetapi merupakan fakta social
yang dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan social. Semua
konsep dasar yang dihubungkan dengan agama seperti dewa, jiwa, nafas dan
totem berasal dari pengalaman manusia terhadap keagungan golongan
social. Prinsip ini ditemukan oleh Emile Durkheim pada waktu dia
memperlajari masyarakat Aborigin Australia, karena dasar agama terdapat
dalam totemism. Bagi Emile Durkheim, agama memainkan peranan yang
fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat. Dengan
demikian Emile Durkheim adalah pelopor fungsionalisme dalam antropologi.
b) Fungsionalisme Weber
Weber
mengadakan penelitian mengenai peranan agama dan mengenai pengaruh
agama atas etika ekonomi. dalam hal ini Weber mencoba mebuktikan bahwa
tanpa reformasi Protestan, kapitalisme barat tidak pernah dapat
berkembang.
c) Fungsionalisme Bronislaw Malinowski
Bronislaw
Malinowski mengumpulkan data melalui kerja lapangan untuk menulis
monografi-monografi, artikel-artikel, dan karangankarangan mengenai
beberapa aspek kebudayaan Trobriand. Tujuan Bronislaw Malinowski dengan
studinya mengenai kebudayaan Trobriand adalah mengumpulkan sebanyak
mungkin data supaya dia bias mengerti kebudayaan Trobriand dalam
keseluruhannya. Karena itu dia memilih sudut-sudut pandang yang berbeda
untuk mendekati kebudayaan Trobriand, misalnya dari segi keayahan, atau
dari segi perkawinan, atau dari segi perkelaminan, atau dari segi
kejahatan. Tetapi yang terkenal adalah sudut pandang yang disebut
upacara kula, yaitu suatu system yang kompleks sekali mengenai dagang
barang, tukar menukar uang, tetapi dengan benda-benda upacara yang
ditukarkan antara penduduk-penduduk Melanisia Barat laut. Berkat
mempelajari matematika, Bronislaw Malinowski memakai ide konsep fungsi
di bidang antropologi. Dia mengembangkan keseluruhan (totalitas)
kebudayaan, yang setiap aspeknya mempunyai suatu fungsi yang hanya
mempunyai kepentingan sebagai bagian keseluruhan kebudayaan itu.
3. Pendekatan Relasional
a) Weber dan Kharisma
Dalam
definisi mengenai charisma, Weber menekankan aspek psikologis.
Menurutnya charisma adalah gejala social yang terdapat pada waktu
kebutuhan kuat muncul terhadap legitimasi otoritas. Weber menekankan
bahwa yang menentukan kebenaran charisma adalah pengakuan pengikutnya.
Pengakuan atau kepercayaan kepada tuntutan kekuatan ghaib merupakan
unsur integral dalam gejala charisma. Charisma adalah pengakuan terhadap
suatu tuntutan social.
b) Gerakan Al-Muwahhidun Ibn Tumart
Menurut
Ibn Tumart, teologi al-Murabitun adalah teologi antropromorfisme,
karena menggambarkan Tuhan sebagai manusia/tajsim. Ibn Tumart berusaha
meluruskan keadaan ini atas dasar teologi al-Asy‟ari. Para penguasa
telah rusak moralnya, norma-norma agama telah banyak dilanggar. Ibn
Tumart juga melihat kebiasaan al-Murabitun, seperti kebiasaan
minumminuman keras dan yang khas Maroko kebiasaan wanita tidak memakai
kerudung. Dikalangan suku Barbar Tuareg yang memakai kerudung adalah
laki-laki. Ibn Tumart mempunyai pandangan seperti Islam, yaitu kerudung
adalah untuk wanita. Ibn Tumart juga melihat kekeliruan para fuqoha‟
al-Murabitun, para fuqoha‟ telah mengabaikan kebiasaan Rasul Allah.
Karena krisis politik dan rohani itu Ibn Tumart mengirimkan surat kepada
suku-suku untuk mengikuti ajaran-ajaranya. Ibn tumart ingin
menyelamatkan suku-suku itu dari akidah tajsim alMurabitun. Sampai
sejauh ini, ibn Tumart tidak bersikap revolusioner. Pada suatu ketika
dia berhadapan dengan penguasa al-Murabitun: yaitu Ali b, Yusuf. Pada
514/1120 Ali b Yusuf mengadakan perdebatan dengan Ibn Tumart di Istana
Marokko. Setelah perdebatan, dinasti al-Muratibun memandang Ibn tumart
berbahaya dan diusir dari Marokko. Baru saja diusir, Ibn Tumart
mengumumkan kepada pengikutnya bahwa agama telah lemah, bahwa syari;at
tidak diepntingkan lagi. Sebab itu pada 515/1121, dia menda‟wahkan diri
sebagai “al-mahdi”.
c) Mahdi Sudan: Muhammad Ahmad bin Abdullah
Muhammad
Ahmad bin Abdullah lahir pada 27 Rajab 1260/12 Agustus 1844 di Pulal
Labab, Provinsi Dongola, Sudan Utara. Pada waktu itu Sudan sudah masuk
Prov. Mesir, dibawah Muhammad Ali Pasha (1805-1849). Dia mendirikan
kerajaan sendiri di Mesir. Raja Fu‟ad dan raja lain keturunan Ali Pasha
memerintahkan dengan tangan besi. Dia memecah kekuasaan Mamluk dan
kekuatannya. Nasib setiap koloni, Provinsi Sudan sudah dianggap sebagai
daerah rampasan oleh guberneu-gubernur Mesir yang dikirim ke Sudan.
Kehadiran Mesir, di Sudan bercirikan kekuasaan dan penindasan.
1822
Sudan memberontak terhadap Mesir. Ismail putera Muhammad Ali Pasha
dibunuh dan Muhammad Ali Pasha balas dendam terhadap Sudan. Dia
meratakan kota, desa dan kampong Sudan. Dia menjual suku Sudan sebagai
budak meskipun orang Sudan beragama Islam. Kalau suku melawan dibunuh
secara kejam. Di samping itu korupsi mesir di Sudan merajalela. System
pajak Mesir di Sudan membuktikan itu. Misalnya tingkat penindasan rakyat
Sudan sudah jelas dari contoh berikut: bagi seorang budak harus dibayar
£ 2,5 setahun sebagai pajak kepada pemrintah Mesir, sedang harga budak
hanya £ 3,0. Contoh lain: lembu di pasar harganya £1,10 tetapi pajaknya
sama dengan hahrga di pasar.
John
Rotherick, soerang asaing yang tinggal di Sudan menulis tentang korupsi
pegawai Mesir di Sudan dan rakyat Sudan harus membayar dua kali lipat
dalam daftar pemerintah. Dalam hal ini rakyat Sudan tidak protes,
dikarenakan rakyat Sudan terdiri dari suku-suku yang bermusuhan, karena
itu mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menolak penindasan Mesir itu.
Jadi rakyat Sudan pada waktu Muhammad bin Abdullah dilahirkan merupakan
keadaan saat masyarakat kacau. Sampai karier Muhammad Ahmad Bin
Abdullah dia claim Mahdi, karier itu dapat dibagi menjadi 3 fase:
pertama, fase faqi, kedua, Mahdi, ketiga, fase mengikuti contoh Nabi
Muhammad SAW.
4. Pendekatan teologis
Pendekatan
kewahyuan atau juga dapat disebut pendekatan keyakinan. Penelitian ini
biasanya dipakai oleh pemeluk agama itu sendiri untuk menambah
keyakinanya atau kebenaran tentang agama yang telah dianut. Pendekatan
ini merupakan penelitian penuh dengan subjektivitas dari seorang
peneliti dengan syarat untuk kepentingan keyakinan dan prasangka
peneliti. Penelitian biasanya dilakukan oleh para ulama maupun pendeta
yang menjadi tanggung jawabnya. Landasan yang akurat bagi suatu pendapat
atau madzhab yang sudah ada. Misalnya ahli ilmu kalam, ahli tafsir,
usul fiqih, dan „ulumul hadist yang dilakukan oleh ulama‟ islam.
5. Pendekatan keilmuan.
Pendekatan
ini memakai metodologi ilmiah, penelitian yang memakai aturan-aturan
yang lazim dalam sebuah penelitian. Pendekatan ini memakai kebenaran
metodologi tertentu yang dakui kebenaranya di dunia keilmuan secara
sistematis dalam cara kerjanya. Pendekatan-pendekatan ilmiah ini bisa
dikatakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur
olehpertimbangan-pertimbangan logis dan kritis. Sasaran sosiologi agama
adalah memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta agama.
Dalam pendekatan ilmuan ini peneliti harus menetralkan emosinya, karena
dalam penelitian ilmuan ini akan mengungkapkan semua fakta yang ada
dalam agama tersebut di pemeluk agama tersebut. Karena penelitian agama
ini mengkaji suatu agama dalam masyarakat yang menjadi pemeluk agama
tersebut.
Ada dua pendekatan penting dalam penelitian agama.
- Pertama, pendekatan teologi, yaitu pendekatan kewahyuan atau keyakinan peneliti sendiri. Pendekatan ini dilakukan dalam penelitian suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini oleh peneliti untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya dan suatu pendapat atau madzhab sehingga penuh dengan subjektivitas dari peneliti, sarat dengan muatan kepentingan, keyakinan dan prasangka peneliti, yaitu ahli ilmu kalam, ahli tafsir, usul fiqih, ulum al-hadits.
- Kedua, pendekatan keilmuan, yaitu pendekatan yang menggunakan metodologi ilmiah dengan prosedur ilmiah, sistematis atau runtut dalam cara kerjanya, empiris dari dunia nyata bukan dari pemikiran atau angan-angan, objektif atau sesuai dengan fakta, tidak bias oleh keyakinan dan prasangka peniliti.
Sedangkan dari sisi keilmuan, ada dua bidang dalam penelitian agama, yaitu ilmu budaya dan ilmu social.
- Pertama, bidang ilmu budaya adalah segala hasil pemikiran manusia yang mencakup buku-buku maupun tradisi lisan yang diturunkan melalui pewarisan dari generasi ke generasi, seperti ilmu filsafat, agama, teologi, hukum dan lain-lain.
- Kedua, bidang ilmu social adalah keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam masyarakat pemeluk agama sebagai akibat dari interaksi antar anggota atau antar masyarakat pemeluk agama lain, dalam kondisi masyarakat statis maupun proses.
Ada beberapa contoh penelitian agama dengan pendekatan ilmu social atau sosiologi, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan sosiologis
Yaitu
pendekatan tentang interelasi antara agama dengan masyarakat serta
bentuk-bentuk interaksi yang terjadi diantara mereka. Dorongan, gagasan,
lembaga agama. Kekuatan social organisasi dan stratifikasi social
mempengaruhi masyarakat.
2. Pendekatan antropologis
Yaitu
pendekatan kebudayaan; artinya agama dipandang sebagai bagian dari
kebudayaan, baik wujud ide maupun gagasan dianggap sebagai system norma
dan nilai yang dimiliki oleh anggota masyarakat, yang mengikat seluruh
anggota masyarakat. System budaya agama itu memberikan pola kepada
seluruh tingkah laku anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya
keagamaan yang berupa karya fisik, dari bangunan tempat ibadah seperti
masjid, gereja, pura, dan klenteng, sampai alat upacara yang sangat
sederhana seperti hioh, tasbih, atau kancing baju.
3. Pendekatan psikologis
Yaitu
studi ilmiah mengenai agama ditinjau dari perspektif psikologis.
Wilayah kajian utama yang menjadi bahan pendekatan ini adalah pengalaman
religious dari kelompok individu atau social. Kajian mendalam terhadap
motivasi beragama dan latar belakang keberagaman manusia secara
individual maupun komunal. Dalam penelitian psikologis ini, para
peneliti mencari makna agama dalam setting psikologis, yaitu bagaimana
keadaan hati manusia beragama yang terefleksikan ke dalam tingkah laku
keagamaan atau tingkah laku yang bukan keagamaan.
4. Pendekatan historis atau kesejarahan
Pendekatan
ini menganut pandangan bahwa suatu fenomena rerigius bias dipahami
dengan mencoba menganalisis perkembangan segi historisnya. Dengan
memperhatikan perkembangan prinsip-prinsip umum dari tingkah laku
religious dan menghubungkan dengan kejadian-kejadian khusus dan
tertentu, muncullah pola-pola kejadian yang menghasikan prinsip-prinsip
umum dari kegamaan tadi. Sejarah atau perjalanan hidup suatu agama di
suatu daerah banyak meninggalkan beberapa barang-barang suci, seperti
sekumpulan teksteks suci dan artefak (peninggalan benda-benda padat)
yang berkaitan dengan keberadaan agama tersebut. Dengan metode sejarah,
bendabenda peninggalan tadi dapat diketahui arti dan maknanya, mengapa
dan bagaimana keduanya saling berkaitan dengan latar belakang ajaran
agama dan budaya yang melahirkannya.
5. Pendekatan fenomologis
Yaitu
pendekatan yang menggunakan perbandingan sebagai sarana interpretasi
yang utama untuk memahami arti dari eksprsei-ekspresi keagamaan, seperti
persembahan, upacara agama, makhluk ghaib, dan lain-lain. Asumsi dasar
dari pendekatan ini bahwa bentuk luas dari ungkapan manusia mempunyai
pola atau konfigurasi kehidupan dalam yang teratur, yang dapat
dilukiskan kerangkanya dengan menggunakan metode fenomologi. Pendekatan
ini mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta keagamaan dan
memahami makna yang lebih dalam, sebagaimana dimanifestasikan lewat
struktur tersebut dengan hokum-hukum dan pengertia yang khas. Tujuan
dari metode fenomologi ini adalah untuk menangkap makna lebih dalam dan
intersonalitas dari data religious orang lain yang merupakan
ekspresiekpresi dan pengalaman religious dan imannya yang lebih dalam.
Metode ini mengungkap wilayah spiritual dan intelektual manusia, mesipun
didasari batas-batasnya dalam tugas memasuki kedalaman pengalaman dari
suatu jiwa religious.
No comments:
Post a Comment