PENGEMBANGAN MULTI MEDIA UNTUK PEMBELAJARAN PRONUNCIATION
Abstract
The objective of this research is to develop instructional media to be used in the class of pronunciation in the English Education Department, Faculty of languages and Arts, Yogyakarta State University. This research is included in the Research and development following the steps: 1) Need analysis, 2) developing syllabus and teaching materials, 3) developing the media, 4) trying out and revising the media. The setting of this research was the English Education Department, FBS UNY, so the media was tried out in the class of Pronunciation of that institution. The data were collected through the use of questionairs and classroom observation.The research result is that the audio-visual media for teaching and learning Pronunciation is in the form of CD. It contains all the materials needed for the whole semester, the models of pronunciation, materials for practice, and also feedback to student practices. Based on the try out, the media is found to be interesting and effective, and it can facilitate the Pronunciation teaching learning process very much.
Key words: development, instructional media, pronunciation
A. Pendahuluan
Pronunciation di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris adalah salah satu matakuliah dasar yang sangat penting dalam pengembangan keterampilan berbahasa lisan, listening dan speaking. Tanpa penguasaan pronunciation yang memadai mustahil seseorang dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik. Kesalahan pronunciation dapat menimbulkan salah paham. Untuk dapat dipahami orang lain seseorang harus dapat mengucapkan bahasa Inggris dengan benar dan untuk dapat memahami bahasa Inggris orang lain seseorang harus dapat menangkap dan memahami pronunciation orang lain.
Penguasaan Pronunciation meliputi kemampuan memahami sistem tata bunyi atau fonologi bahasa Inggis dan kemampuan memproduksi bunyi bahasa Inggris dengan baik dan benar, yang meliputi kata-kata lepas, frase, kalimat dan dialog atau wacana bahasa Inggris. Untuk dapat memahami diperlukan teori, dan untuk dapat memproduksi diperlukan banyak latihan atau praktik. Karena hal inilah maka matakuliah Pronunciation di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY berisi teori sekaligus praktik dengan proporsi dua banding delapan. Seorang mahasiswa yang telah lulus matakuliah Pronunciation idealnya telah menguasai teori sistem tata bunyi Bahasa Inggris dan mampu mengucapkan bahasa Inggris dengan benar, sehingga mereka tidak akan melakukan kesalahan dalam mengucapkan kata-kata, frase, maupun kalimat Bahasa Inggris. Mereka semestinya juga memiliki keterampilan membaca simbol bunyi (transkripsi) yang digunakan dalam kamus-kamus sehingga jika menemukan kata baru yang belum diketahui secara pasti ucapannya dapat mengeceknya melalui kamus. Namun kenyataannya tidak selalu demikian. Dalam berbagai kesempatan, bahkan dalam ujian skripsi, masih sering ditemukan mahasiswa yang salah mengucapkan kata-kata, bahkan kata-kata yang sering digunakan dalam komunikasi dan pembelajaran sehari-hari. Lebih parah lagi, jika mereka diminta mengecek ke dalam kamus, mereka tidak mampu membaca simbul bunyi dengan tepat. Fakta ini menunjukkan bahwa pembelajaran Pronunciation belum berhasil secara maksimal yang akan berdampak buruk pada penguasaan Bahasa Inggris secara keseluruhan, terutama pada bahasa lisan. Untuk itu perlu diupayakan usaha yang serius agar perkuliahan ini dapat berhasil dengan maksimal.
Hasil pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor. Menurut AECT (Association of Education Communication Technology), komponen sistem pembelajaran meliputi orang-orangnya (guru dan siswa), isi materi (bahan ajar), metode dan teknik pengajaran, media dan seting pengajaran (tempat dan waktu) (Miarso, 1994:9).
Siswa atau mahasiswa merupakan komponen utama dalam menentukan hasil belajar, karena merekalah yang menjadi subyek pelaku kegiatan belajar. Hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh motivasi belajar, kemauan belajar, keaktifan dalam proses pembelajaran dan kemampuan dalam menerima dan memproses bahan belajar. Perbedaan karakteristik siswa ini akan mempengaruhi hasil belajar yang berbeda pula. Mahasiswa dengan motivasi belajar tinggi akan berusaha maksimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Untuk itu pembelajaran harus mampu menimbulkan motivasi belajar siswa. Selain motivasi belajar kemampuan awal juga ikut menentukan hasil belajar. Mahasiswa dengan kemampuan awal cukup cenderung lebih mudah dalam menerima dan memproses bahan ajar dan latihan dibanding dengan mahasiswa dengan kemampuan awal rendah. Kemampuan awal juga ikut berpengaruh pada komponen pembelajaran yang lain, seperti pada penentuan silabus, tingkat kesulitan bahan ajar, teknik pengajaran dan ragam latihan. Kemampuan awal siswa yang beragam cenderung menyulitkan guru dalam merencanakan dan mengelola pengajaran. Berdasarkan pengamatan selama ini, hasil belajar pronunciation yang baik hanya dapat dicapai oleh mahasiswa yang telah memiliki kemampuan awal cukup, sedangkan mahasiswa dengan kemampuan awal rendah kurang menampakkan hasil yang memuaskan.
Guru atau dosen turut juga dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswanya. Peran dosen dalam pembelajaran Pronunciation adalah sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, sebagai motivator, fasilitator dan model. Pengajar Pronunciation harus mampu merancang kegiatan PBM yang layak, memilih materi yang sesuai, membantu mahasiswa dalam latihan, memonitor latihan dan kemajuan belajar mahasiswa, dan juga harus dapat menjadi contoh atau model bagaimana mengucapkan Bahasa Inggris dengan baik dan benar. Beban tugas dosen PBI yang terlalu padat terkadang menjadi pemicu kurang maksimalnya usaha dan peran dosen dalam proses belajar mengajar.
Selain ditentukan oleh pelaku pembelajaran, yaitu mahasiswa dan dosen, hasil belajar Pronunciation ini juga ditentukan oleh isi pembelajaran dan media yang dipakai untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut. Isi pembelajaran ditentukan oleh kurikulum yang tercermin pada deskripsi mata kuliah, sedangkan media yang dipakai ditentukan oleh banyak hal, antara lain ketersediaan dan kualitas media, kemauan dan kemampuan dosen dalam memilih dan menggunakan media, serta ketersediaan sarana dan prasara pendukungnya. Media pembelajaran Pronunciation di jurusan Bahasa Inggris selama ini berupa modul yang ditulis sekitar sepuluh tahun yang lalu, yang memuat materi disertai bahan latihan yang cukup banyak. Meskipun demikian, dirasa modul ini masih belum mencukupi, sehingga para pengajar pronunciation masih harus mencari tambahan bahan lain yang diperlukan. Selain itu dosen juga masih harus bekerja keras untuk menjadi model bagaimana mengucapkan latihan-latihan yang ada di dalamnya. Hal ini dirasa cukup berat dan melelahkan bagi dosen saat mengajar, dan dilihat dari sisi mahasiswa pemodelan cara ini belum mencukupi, karena contoh ucapan hanya dapat didengar sekali atau dua kali saja, sehingga mahasiswa akan cepat lupa. Mahasiswa memerlukan model ucapan yang dapat didengar setiap saat diperlukan, sedangkan dosen memerlukan sarana yang dapat meringankan pekerjaannya. Masalah ini akan dapat diatasi dengan tersedianya media pembelajaran yang tepat.
Media belajar mengajar Pronunciation menggunakan komputer sebenarnya sudah banyak yang ditawarkan, misalnya adanya kamus audio-visual. Materi dan latihan pronunciation juga sudah banyak ditawarkan melalui internet. Kondisi ini sangat kondusif bagi dosen maupun mahasiswa, sehingga mereka dapat mencari sumber belajar lebih banyak, lebih variatif dan juga lebih menarik. Namun sayangnya, belum semua dosen dan mahasiswa mampu melakukan kegiatan ini. Di samping itu, waktu juga dapat menjadi kendala karena banyaknya bahan yang tersedia, kadang tidak terbatas, yang belum dipilih dan disusun sesuai dengan kebutuhan perkuliahan. Usaha untuk memilih dan menyusun bahan-bahan yang telah tersedia tersebut dirasa masih sangat diperlukan sehingga tersedia media pembelajaran pronunciation yang tepat yang dapat membantu dosen dan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar Pronunciation.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk: a) mengembangkan satu model multimedia untuk dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Pronunciation dengan menerapkan langkah-langkah penelitian pengembangan, b) meneliti daya tarik media tersebut bagi mahasiswa, dan c) meneliti dampak media tersebut pada proses belajar mengajar pronunciation di Jurusan pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY.
B. Kajian Pustaka
1. Computer Assisted Language Learning (CALL)
Saat ini teknologi komputer yang digunakan dalam pembelajaran bahasa lebih dikenal dengan sebutan CALL (Computer assisted Language Learning). Beberapa ahli dalam pembelajaran bahasa menyatakan bahwa penggunaan multi media berbasis komputer sangat potensial untuk menciptakan pembelajaran bahasa yang efektif, karena kemanfaatannya untuk memadukan berbagai media seperti audio dan video dengan kualitas tinggi dan dapat diatur sendiri oleh si pembelajar. Penggunaan multi media berbasis komputer dalam pembelajaran bahasa menjadi sangat bermanfaat karena selain dapat menyajikan materi melalui media teks, gambar, film, suara, maupun grafik, ia juga memiliki fasilitas hipermedia. Fasilitas ini memberikan berbagai keuntungan bagi pembelajar bahasa, seperti: 1) terciptanya lingkungan/situai autentik, karena aspek mendengarkan sekaligus dipadu dengan aspek melihat, seperti yang terjadi dalam dunia nyata, 2). Integrated skill activity, yaitu kegiatan belajar yang melibatkan keterampilan terpadu antara mendengarkan, membaca, berbicara dan sekaligus menulis yang terpola dengan lebih mudah, 3) siswa memiliki keleluasaan untuk menjalankan kegiatan sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka dalam memilih materi yang lebih disukai dan mengulang kembali hal-hal yang masih perlu, menentukan rentang waktu belajar yang diperlukan, menentukan sendiri urutan langkah pembelajaran dimana untuk setiap individu belum tentu selalu sama (Warschaurer, 1996 dalam Harjanti, 2005).
Teknologi multimedia komputer mampu membuat proses pembelajaran menjadi suatu pengalaman yang berharga. Guru, pelajar dan lembaga yang terlibat dalam pendidikan tidak terikat dalam kaidah pengajaran kovensional. Di samping itu mereka dapat berinteraksi dengan negara lain dalam multimedia. Multimedia merupakan satu teknologi baru dan satu pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Untuk membuat maupun membaca file bertema multimedia tersebut tentunya dibutuhkan sebuah aplikasi yang mampu menerjemahkan format tersebut ke dalam bentuk yang dapat dinikmati oleh kita, baik itu berwujut gambar, suara ataupun gabungan keduanya yaitu animasi atau video. Secara garis besar aplikasi multimedia terbagi atas dua golongan utama yaitu player/viewer yang digunakan untuk menerjemahkan file multimedia ke dalam bentuk yang dapat dinikmati manusia seperti gambar, suara ataupun animasi dan maker/creator yang digunakan untuk membuat file multimedia tersebut. Tetapi banyak pula aplikasi yang menggabungkan kedua fungsi ini sehingga dapat dikatakan aplikasi tersebut selain dapat digunakan untuk membuat (maker/creator) juga sebagai penerjemah (viewer/player) (Avianto, 2005:1).
2. Software dalam pembuatan media berbantuan komputer
Ada bermacam-macam software yang dapat digunakan dalam pengembangan multimedia seperti Macromedia flash MX, Authorware, Dreamweare, Swismax, Uleat Cool, dsb. Pada pengembangan multimedia pembelajaran ini biasanya juga tidak lepas dari penggunaan software-sotfware lain sebagai pendukung, misalnya aplikasi pengolah gambar, seperti Photoshop, Corel photopaint, Corel Draw yang sudah menjadi aplikasi standar untuk malakukan desain grafik seperti untuk pembuatan logo, banner, publishing, dll.
Macromedia Flash adalah salah satu software yang paling popular saat ini terutama dalam hal animasi dan web. Software ini adalah program grafis animasi standar professional untuk menghasilkan halaman web yang menarik. Movie Flash terdiri grafik, teks, animasi, dan aplikasi yang mengutamakan grafis berbentuk vector. Flash memiliki akses lebih cepat dan akan terlihat halus pada skala resolusi layer besar atau kecil, selain itu juga memiliki kemampuan untuk mengimpor video, suara, suara dan aplikasi. Macromedia Flash MX juga bisa memasukkan aspek interaktif dalam movienya dengsn menggunakan actionscript (bahasa pemrograman berorientasi obyek), yang pengguna bisa berinteraksi dengan movie, dengan menggunakan keyboard atau mouse untuk berpindah-pindah ke bagian-bagian yang bebeda, dari sebuah movie, mengontrol movie, memindahkan obyek-obyek, memasukkan informasi melalui form dan operasionalisasi lainnya.
Area kerja Flash MX atau area gambar di Flash MX terdiri atas enam bagian, yaitu: 1) Menu, berisi kumpulan instruksi atau perintah-perintah yang digunakan dalam Flash. Misalnya, klik menu File, Save berfungsi untuk menyimpan dokumen. 2) Stage, adalah dokumen atau layer yang akan digunakan untuk meletakkan obyek-obyek dalam Flash. 3) Timeline, berisi frame-frame yang berfungsi untuk mengontrol obyek yang akan dianimasi; 4) Toolbox, berisi tool-tool yang berfungsi untuk membuat, menggambar, memilih , dan memanipulasi obyek atau isi yang terdapat di layer (stage) dan timeline. Toolbox dibagi menjadi empat bagian, yaitu Tool, View, Colors, dan Options. 5) Panel, berisi kontrol fungsi yang dipakai dalam Flash, yang berfungsi untuk mengganti dan memodifikasi berbagai atribut dan obyek atau animasi secara cepat dan mudah; dan 6) Properties, fungsinya sama dengan Panels, hanya saja Properties merupakan penggabungan atau penyedarhanaan dari panels. Jadi, dapat lebih mempercepat dalam mengganti dan memodifikasi berbagai atribut dan obyek, animasi, frame, dan komponen secara langsung.
3. Pembelajaran Pronunciation
Selain hardware dan software, masalah yang harus mendapat perhatian lebih banyak dalam pengembangan media pembelajaran adalah isi dari media pembelajaran tersebut. Untuk itu perlu dikaji hakekat pengajaran Pronunciation dalam pengajaran Bahasa Inggris secara mendalam. Pertama, kita perlu mengkaji tujuan dan cakupan isi pembelajaran Pronunciation. Menurut Kenworthy (1977) belajar pronunciation memiliki dua tujuan, yaitu pertama untuk mencapai kemampuan memproduksi bunyi bahasa mendekati kualitas native speaker (penutur asli) dan yang kedua untuk bisa menghasilkan bahasa yang bisa dipahami dengan mudah dan benar, meskipun aksennya tidak begitu sempurna. Paulston dan Bruder (1976: 82) mengatakan bahwa tujuan belajar Pronunciation adalah kemampuan memproduksi bunyi bahasa kedua atau bahasa asing yang tidak menghambat jalannya komunikasi, baik dari sisi pembicara maupun pendengar. Berdasar pendapat ini, tujuan minimal belajar pronunciation adalah agar bahasa yang kita ucapkan dapat mudah dipahami (intelligible). Setiap orang yang belajar bahasa Inggris harus mencapai tujuan ini, sedangkan untuk mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris semestinya untuk tujuan yang lebih tinggi yaitu mampu memproduksi bahasa lisan sebagaimana para penutur asli atau mendekati penutur asli. Belajar Pronunciation meliputi kemampuan memahami (perception) dan kemampuan memproduksi bahasa yang dipelajari. Sedangkan menurut Kelly (2000), materi yang tercakup dalam pembelajaran Pronunciation meliputi tiga hal, yaitu : 1) Segmental features of phonology(consonants-voiced, unvoiced-, vowels-long and short- and diphtongs), 2) Suprasegmental features of phonology (stress, intonation), dan 3) Other aspects of connected speech (assimilation, elision, linking and intrusion, junctures and contractions).
Berikutnya kita juga mesti memperhatikan sumber kesulitan belajar Pronunciation bagi orang Indonesia, karena media yang akan dikembangkan ini diperuntukkan bagi mahasiswa Indonesia. Untuk mencapai hasil belajar Pronunciation yang maksimal, yaitu bisa dipahami orang lain terlebih jika ingin mendekati bahasa penutur asli tidaklah mudah.Tujuan ini sering tidak dapat dicapai dengan baik, sehingga masih sering ditemukan kesalahan pengucapan. Menurut Ur (1999: 52) kesalahan pronunciation dapat diakibatkan oleh : 1) bunyi bahasa tertentu tidak terdapat pada bahasa pertama / ibu, sehingga pembelajar tidak terbiasa memproduksi bunyi bahasa tersebut, sehingga cenderung menggantinya dengan bunyi bahasa yang mendekati, yang bisa dia produksi, 2) bunyi bahasa tersebut sebenarnya ada dalam bahasa pertama, tetapi tidak merupakan fonem tersendiri, sehingga pembelajar tidak mampu menangkap bunyi bahasa tersebut sebagai fonem tersendiri yang dapat membedakan makna kata, dan 3) pembelajar mampu memproduksi bunyi bahasa dengan benar, tetapi belum mempelajari pola tekanan (stress pattern) dalam bahasa Inggris, sehingga cenderung menggunakan intonasi bahasa pertama, yang tidak sesuai dengan bahasa target, Bahasa Inggris. Menurut Poulston dan Bruder (Yulia, 2004), kesalahan pronunciation disebabkan oleh perbedaan sistem tata bunyi bahasa target dan bahasa pertama. Yulia dkk (2004) membandingkan antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan menemukan perbedaan-perbedaan sebagai berikut: a). Beberapa bunyi konsonan bahasa Inggis tidak terdapat dalam bahasa Indonesia [θ, ð, ∫,ʒ,y,v], b) beberapa konsonan bahasa Inggris ada dalam bahasa Indonesia tetapi sifatnya berbeda, misalnya [dʒ, t∫, ∫, ʒ). Dalam bahasa Indonesia s, dan z ; s dan ∫ bersifat alofonik, sedangkan dalam bahasa Inggris merupakan fonem tersendiri. Perbedaan ini juga terdapat dalam vokal maupun difthong, [æ,i:,a:,з:,ei,uə,eə,au,əu dsb.].
Selain kesulitan yang disebabkan oleh sistem tata bunyi yang berbeda, ada juga sumber kesulitan yang lain yaitu masalah ejaan. Dalam bahasa Indonesia ejaan sangat dekat dengan ucapan, sehingga mengucapkan bahasa Indonesia yang ditulis sangatlah mudah, Bahasa seperti ini juga disebut bahasa fonetis. Bahasa Inggris bukanlah bahasa fonetis, karena hubungan antara ejaan dan ucapan sangat kompleks, sehingga dapat menjadi sumber kesulitan tersendiri dalam belajar pronunciation bagi pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang mengenal bahasa Inggris berawal dari bahasa tulis (Kelly, 2000)
Dalam pembelajaran bahasa Inggris, pronunciation biasanya diajarkan atau dibahas bersamaan dengan pembelajaran ketrampilan dan komponen bahasa lain, seperti misalnya, dalam Reading. Kelly (2000) menyebutkan 3 model pembelajaran Pronunciation, yaitu Integrated, Remidial, dan Practice. Integrated, ialah dimana pronunciation dijadikan komponen penting dalam analisis bahasa, dimasukkan dalam rencana dan pelaksanaan pembelajaran. Remidial, pembahasan pronunciation hanya merupakan reaksi dari ditemukannya kesalahan / kesulitan pronunciation yang muncul di kelas, dan practice, dimana poin-poin pronunciation tertentu dipisahkan dan dilatihkan secara tersendiri, dan menjadi topic utama dalam pelajaran.
Terkait dengan pembelajaran Pronunciation di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris model pembelajaran yang dipakai adalah model ketiga, yaitu model practice lesson, yang diberikan secara tersendiri selama satu semester dengan bobot dua sks. Kegiatan latihan ini terdiri dari dua macam, yaitu kegiatan reseptif dan produktif. Kegiatan reseptif berupa kegiatan mendengarkan. Aktifitas mendengarkan ini terkait dengan pemodelan dan latihan mengenali dan membedakan bunyi bahasa yang menjadi fokus latihan, sedangkan kegiatan produktif adalah berupa kegiatan mengucapkan bahan-bahan latihan (bahasa tulis).
C. Metode Penelitian
Untuk menghasilkan produk media pembelajaran yang layak pakai dan sesuai dengan kebutuhan, maka perlu ditempuh suatu pendekatan penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode untuk mengembangkan dan menguji suatu produk. Menurut Sukmadinata (2005: 57) dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, instrument evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi dan lain-lain. Menurutnya secara garis besar ada tiga langkah penelitian dan pengembangan, yaitu, :
- Studi pendahuluan dengan mengkaji teori dan mengamati produk atau kegiatan yang ada,
- Melakukan pengembangan produk atau program kegiatan baru, dan
- Menguji atau memvalidasi produk atau program kegiatan yang baru. Langkah pertama telah dilakukan studi pendahuluan dengan cara mengkaji teori tentang pembuatan media dan isi media yang akan dikembangkan yang tertuang dalam kajian pustaka.
Sedangkan untuk pengembangan media pembelajaran Pronunciation ditempuh dengan langkah: 1) melakukan analisis kebutuhan, 2) mengembangkan silabus, materi pembelajaran dan bahan latihan, 3) pembuatan media pembelajaran dalam bentuk CD, dan 4) melakukan ujicoba dan perbaikan media.
Penelitian ini di laksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, pada periode 2007-2008. Data penelitian diambil dari dosen-dosen dan mahasiswa klas Pronunciation dari tempat ini juga. Data berupa data kualitatif, yaitu berupa pendapat dan saran baik dari dosen maupun mahasiswa, yang dikumpulkan dengan cara diskusi dengan teman sejawat, observasi kelas, dan kuesioner. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan langsung diterapkan untuk pembuatan dan perbaikan media.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian ini berupa satu set media pembelajaran Pronunciation berbentuk CD yang berisi semua materi pembelajaran, bahan latihan yang dapat dibaca dan sekaligus didengar. Berikut dipaparkan proses pengembangan media tersebut.
Pengembangan media ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan silabus dan penyusunan materi dan bahan latihan, 3) Pembuatan Media, 4) Uji coba dan perbaikan Media.
1. Analisis kebutuhan
Untuk mengetahui dengan pasti media seperti apa yang dibutuhkan dalam pembelajaran Pronunciation di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY, peneliti melakukan refleksi tentang pembelajaran pronunciation yang telah berlangsung selama ini. Hasil refleksi ini dibahas dalam tim yang terdiri dari dosen-dosen pengajar pronunciation untuk mendapatkan tambahan dan validasi data tentang permasalahan yang ada dalam perkuliahan Pronunciation dan media seperti apa yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Pengajaran Pronunciation selama ini terasa belum berhasil dengan maksimal yang ditandai dengan berbagai hal. Pertama, hasil belajar mahasiswa kurang begitu memuaskan saat menempuh ujian. Sudah begitu banyak kata-kata, frase, kalimat yang dilatihkan pada mahasiswa untuk diucapkan di dalam kelas saat perkuliahan, namun tidak dapat diucapkan dengan benar saat ujian. Mahasiswa dapat menirukan apa yang diucapkan oleh dosen saat pengajaran, namun mereka cepat melupakannya. Hal ini bukannya tidak disadari oleh mahasiswa. Mereka sadar dan ketika ditegur atas kegagalannya, mereka mengungkapkan sebagai berikut:”Ibu, mbok suara ibu direkam dan kami diberi rekamannya, sehingga kami dapat berlatih di rumah”. Dari jawaban mahasiswa ini peneliti sadar bahwa mereka membutuhkan model pronunciation yang bagus yang dapat didengar dan ditirukan setiap saat mereka butuhkan yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Selama ini model pronunciation diberikan langsung oleh dosen saat mengajar di dalam kelas saja.
Memberikan model pronunciation di dalam kelas langsung oleh dosen tanpa disertai dengan rekaman, disamping cepat dilupakan oleh mahasiswa juga cukup melelahkan bagi dosen pengajar. Dosen harus berteriak mengulang-ulang kata-kata, frase, kalimat-kalimat yang sama dari kelas ke kelas, karena dosen di jurusan ini biasa mengajar banyak kelas dalam seminggu, tidak hanya satu atau dua kelas, bahkan tiga, empat, lima, atau enam kelas parallel. Alangkah enaknya jika model pronunciation itu dibuat rekamannya dan dosen tinggal replay jika akan mengajar di kelas parallel yang lain.
Pemodelan langsung oleh dosen di dalam kelas juga menuntut penguasaan pronunciation oleh dosen pengajar secara maksimal. Dosen tidak semestinya membuat kesalahan ucapan baik dalam pengucapan bahan latihan maupun pengucapan Bahasa Inggris yang mereka gunakan saat memberikan perkuliahan. Kesalahan ucapan dosen akan ditirukan oleh mahasiswa dan ini akan berakibat fatal karena dapat merusak Bahasa Inggris mahasiswa. Di sisi lain, dosen Bahasa Inggris juga seorang pembelajar Bahasa Inggris yang dengan demikian kemungkinan untuk membuat kesalahan ucapan masih cukup besar. Ada kemungkinan dosen menemukan kata baru yang masih asing dan belum sempat mengecek ucapannya dengan pasti, sehingga dosen juga masih sering merasa ragu terhadap ucapan kata-kata tersebut. Ada kemungkinan juga dosen kurang menyadari bahwa ucapan bahasa Inggris yang dia tampilkan selama ini kurang tepat, sehingga sering memberikan model yang kurang bagus juga bagi para mahasiswa. Ini mungkin saja terjadi karena dosen-dosen ini bukanlah penutur asli Bahasa Inggris dan banyak juga yang belum pernah tinggal di Negara berbahasa Inggris. Untuk mengatasi masalah ini bahan-bahan rekaman dengan penutur asli Bahasa Inggris untuk pengajaran Listening atau pengajaran Pronunciation yang ada di internet dapat dimanfaatkan, namun sayangnya bahan-bahan tersebut belum dipilih dan disusun sesuai dengan kebutuhan perkuliahan Pronunciation di Jurusan Bahasa Inggris.
Pekerjaan mengumpulkan, memilih bahan ajar yang tepat dan menyusunnya sesuai dengan kebutuhan perkuliahan memerlukan waktu dan keseriusan dalam pengerjaannya. Kemungkinan semua dosen dapat malakukannya, namun karena kendala waktu pekerjaan ini tidak dapat terlaksana dengan baik, sehingga terkadang dosen hanya menggunakan bahan ajar seadanya yang terkadang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum apalagi dengan tuntutan kemajuan jaman. Untuk mengatasi masalah ini modul perkuliahan yang baik sangat diperlukan. Bahan ajar Perkuliahan Pronunciation yang ada di Jurusan Bahasa Inggris selama ini berupa modul perkuliahan yang berjudul Learning English Pronunciation Systematically yang disusun oleh Prof. Suwarsih Madya Ph.D. Modul ini terdiri dari 12 lesson yang memuat semua materi perkuliahan disertai dengan bahan latihan yang cukup memadai. Sayangnya modul ini tidak disertai dengan rekaman model ucapan yang sangat diperlukan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Dari sini terasa benar bahwa kita memerlukan modul perkuliahan yang baik yang disertai dengan rekaman model ucapan yang baik pula.
Membuatkan bahan rekaman untuk modul yang sudah ada sangat mungkin dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pronunciation, sehingga media pengajaran tidak hanya berupa modul tapi juga kaset rekaman bahan latihan yang akan memudahkan kerja dosen dalam memberikan model ucapan dan yang akan dapat digunakan oleh mahasiswa belajar di rumah. Namun jika mengingat kamajuan IT saat ini yang sudah berkembang dengan sangat pesat, pangajaran dengan modul dan kaset barang kali sudah tidak begitu menarik lagi. Sudah saatnya kita mengembangkan modul yang sudah ada ini menjadi media pengajaran Pronunciation yang lebih menarik dengan memanfaatan teknologi yang ada, yaitu dengan memanfaatkan teknologi komputer. Dengan teknologi ini kita juga dapat memanfaatkan internet dan kamus audio sebagai sumber belajar.
Hasil refleksi tentang pengajaran Pronunciation di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini dibawa ke forum diskusi dosen pengajar Pronunciation untuk mendapatkan tanggapan, tambahan dan kejelasan mengenai media seperti apa yang sebenarnya kita perlukan. Berikut adalah hasil dari diskusi tersebut.
Para dosen umumnya menghadapi permasalahan yang sama dalam pengajaran pronunciation, sehingga semua sepakat bahwa yang diperlukan adalah materi perkuliahan yang telah tersusun secara sistematis yang disertai dengan bahan-bahan latihan yang memadai disertai bahan rekaman materi latihan yang dapat dipakai dalam pengajaran pronunciation di kelas dengan mudah dan dapat dipelajari mahasiswa di rumah atau di luar kelas.
Seorang dosen berpendapat bahwa bentuk media tidak harus sangat canggih bahkan cukup modul dan kaset rekaman. Namun ada juga yang berpendapat bahwa mestinya kita mengikuti perkembangan teknologi, sehingga tidak ada salahnya media ini berbasis computer sehingga kemudahan-kemudahan dan fasilitas yang ada dalam computer dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran maupun hasilnya.
Bahan-bahan yang mesti harus tercakup dalam media ini meliputi, bunyi-bunyi bahasa Inggris, pola tekanan kata maupun kalimat, intonasi, aspek-aspek lain dalam connected speech, hubungan antara ejaan dan ucapan. Sedangkan materi latihan harus meliputi kata-kata lepas, kelompok kata, kalimat berbagai bentuk, dialog, maupun paragraph.
Ada juga dosen yang berpendapat bahwa media yang ada mesti menarik, sehingga minat belajar mahasiswa dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dibuat dengan menambahkan unsur musik dan lagu ke dalamnya. Meskipun musik dan lagu ini bukan meteri perkuliahan dan latihan pokok dan hanya sebagai unsur tambahan saja, namun manfaatnya dapat dioptimalkan dengan cara memilih lagu dengan syair-syair bahasa Inggris yang bagus baik secara ucapan, kosa kata maupun tata bahasanya. Dari hasil diskusi ini maka disusunlan silabus, materi perkuliahan dan bahan latihan mata kuliah Pronunciation.
2. Penyusunan silabus, materi perkuliahan dan bahan latihan
Silabus perkuliahan disusun berdasarkan deskripsi mata kuliah Pronunciation Kurikulum Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY th.2000, tujuan pembelajaran Pronunciation yang diajukan oleh Kenworthy (1977), cakupan materi pengajaran Pronunciation yang diajukan oleh Kelly (2000), dan hasil diskusi dosen pengajar Pronunciation pada tahap analisis kebutuhan. Bahan latihan dikembangkan sesuai dengan materi perkuliahan ditambah dengan latihan-latihan lain untuk pengembangan keterampilan yang diperlukan yang meliputi pengucapan kata-kata lepas, kelompok kata, kalimat, paragraph dan dialog. Materi perkuliahan juga dilengkapi dengan lagu-lagu dengan syair yang bagus yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar tambahan yang menyenangkan.
Silabus perkuliahan ini mencakup lima komponen:
- Topik pembelajaran,
- tujuan pembelajaran,
- materi pembelajaran,
- latihan, dan
- materi tambahan.
Berdasarkan silabus tersebut di atas, disusunlah materi perkuliahan yang terdiri dari lima unit pelajaran, yaitu: 1. Overview, 2. English Sounds and their transcription symbols, 3. Spelling and Pronunciation, 4. Stress Patterns, dan 5. Other Aspects of connected Speech. Setiap unit diawalai dengan paparan materi, contoh-contoh yang dikuti dengan latihan-latihan, dan ditutup dengan materi tambahan berupa lagu-lagu berbahasa Inggris. Materi perkuliahan sebagian besar diambil dari Kelly (2000) dalam bukunya yang berjudul How to teach Pronunciation, sedangkan bahan latihan diambil dari berbagai sumber, baik berupa buku-buku teks maupun sumber lain, misalnya dari internet. Materi perkuliahan dan latihan selengkapnya ditulis dalam modul perkuliahan.
3. Pembuatan Media
Materi perkuliahan dan bahan latihan yang telah tersusun kemudian dituangkan dalam bentuk CD pembelajaran interaktif. CD interaktif pronunciation ini dibuat dengan menggunakan program Macromedia Flash 2004. Program ini sebenarnya dapat digunakan untuk membuat gambar bergerak hingga film kartun. Namun, dalam CD ini, peneliti hanya menggunakan fitur sederhana dari program ini dengan memanfaatkan link dengan file lain, baik yang berbentuk halaman maupun MP3.
Pembuatan CD ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: pengetikan materi, perekaman suara, dan pengecekan tiap halaman.
Materi yang telah dikembangkan pada langkah sebelumnya diketik pada program Microsoft Word karena jika materi diketik langsung pada progam Macromedia Flash, akan terlalu panjang dan sangat susah untuk diedit. Setelah semua materi selesai diketik, langkah selanjutnya adalah mengkopi materi ke dalam program Makromedia Flash. Setelah itu, pada setiap halaman file Makromedia disisipkan perintah yang dikehendaki yang antara lain menuju dan kembali ke halaman berikutnya ataupun sebelumnya, memutar dan menghentikan suara, menuju file lain, memutar dan menghentikan lagu, memunculkan gambar dan lain-lain.
Proses selanjutnya adalah perekaman suara. Suara hasil rekaman digunakan untuk mengisi setiap halaman yang terdapat dalam CD ini. Suara tersebut direkam dari suara dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dan juga dari CD dan kamus elektronik yang menggunakan pengucapan penutur asli Bahasa Inggris. Suara direkam dengan menggunakan program Adobe Audition 1.5. Setelah suara direkam, file suara kemudian disimpan dalam format MP3 dan baru kemudian diedit untuk disesuaikan tinggi rendahnya, volumenya, dan menghilangkan noise yang ada. File suara yang telah diedit kemudian dihubungkan dengan file Macromedia yang telah disisipi perintah.
Setelah tiap halaman dihubungkan dengan file suara, proses selanjutnya adalah pengecekan tiap halaman. Proses ini dilakukan untuk mengecek kesesuaian perintah yang diberikan dengan hasil yang dikehendaki. Pengecekan ini sangatlah diperlukan sebab setelah dicek, ternyata masih banyak perintah yang tidak berjalan maupun tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah file dicek, kemudian dilakukan pembenahan/perbaikan file yang dilakukan oleh peneliti sendiri.
4. Uji coba dan perbaikan media
Media pembelajaran yang telah dikembangkan ini kemudian diujicobakan untuk pembelajaran di kelas. Uji coba ini dilakukan di dalam kelas pronunciation untuk mengetahui lebih detail beberapa bagian yang mungkin masih belum terdeteksi pada proses pengecekan oleh peneliti. Proses ini juga sangat diperlukan untuk mendapatkan saran yang membangun dari mahasiswa.Uji coba ini melibatkan 22 mahasiswa kelas Pronunciation (Klas Dik 1B). Pada akhir pembelajaran mereka diminta memberikan komentar pada media pembelajaran yang baru saja mereka gunakan. Komentar mereka meliputi tiga hal, yaitu kelebihan dan kekurangan media tersebut serta saran perbaikannya. Berikut adalah komentar-komentar yang mereka ajukan.
Dari hasil uji coba tersebut, ternyata masih banyak ditemukan kesalahan baik yang berupa pengejaan kata maupun perintah sehingga dirasa perlu untuk menindaklanjuti dengan langkah perbaikan. Pertama, untuk membuat media tersebut lebih menarik, ditambahkan iringan musik, lagu-lagu, dan ilustrasi visual dalam bentuk gambar. Kedua, semua tulisan yang ada dalam media tersebut diteliti ulang, dan semua kesalahan ejaan diperbaiki, dan yang ketiga, model-model ucapan yang kurang jelas diperjelas.
Selanjutnya setelah dilakukan revisi-revisi yang diperlukan, CD tersebut kemudian di cek ulang. Dari hasil pengecekan ulang, ternyata dirasa perlu untuk menambah beberapa materi baru dan juga penambahan file teks dari CD serta lagu. Dengan demikian dilakukan revisi lagi untuk menindaklanjuti hasil pengecekan ulang tersebut.
Langkah selanjutnya adalah uji coba yang kedua, yaitu menggunakan CD yang telah direvisi tersebut dalam pembelajaran di kelas dan meminta mahasiswa untuk memberi umpan balik terhadap media pembelajaran yang berbentuk CD tersebut. Secara umum mahasiswa berpendapat bahwa media pembelajaran yang mereka gunakan saat itu sangat bagus, sangat cocok dengan kebutuhan mereka, sangat menarik, menyenangkan dapat membantu mereka belajar pronunciation dengan lebih baik dan dapat dipakai untuk belajar mandiri. Selain berkomentar, mereka juga memberikan beberapa masukan untuk perbaikan media ini lebih lanjut. Secara lengkap tanggapan mahasiswa pada tahap ini tertuang pada table berikut:
Dari proses uji coba tahap kedua ini diperoleh beberapa masukan yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan revisi seperlunya. Dengan revisi ini, CD interaktif yang dekembangkan dirasa telah sesuai dengan rencana dan harapan, dan siap digunakan.
E. Penutup
Setelah melalui proses pengembangan media dan melakukan ujicoba penggunaan media tersebut dalam pembelajaran Pronunciation di dalam kelas, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Proses pengembangan media pembelajaran adalah bidang antar disiplin. Di sini diperlukan kerjasama yang sinergis antara dosen yang menguasai bidang ilmu dan pengajarannya dan orang yang ahli di bidang teknik pembuatan media, yang menguasai program-program komputer dan juga memahami bidang pengajaran yang akan dikembangkan. Selain itu masih diperlukan orang lain lagi untuk mengisi suara, dalam hal ini adalah orang yang membacakan materi pembelajaran. Selain bersuara bagus, orang ini juga dituntut memiliki kemampuan mengucapkan Bahasa Inggris mendekati sempurna, atau bahkan kalau perlu menggunakan penutur asli. Selain ketiga kelompok ini, media yang bagus masih memerlukan sentuhan ahli lain, yaitu ahli di bidang seni untuk memperindah tampilan baik visual maupun audial.
2. Isi dari media pengajaran yang dikembangkan ini diambil dari sumber-sumber yang sudah ada, baik sumber yang berupa tulisan maupun rekaman suara. Sumber-sumber tertulis berasal dari Kelly, Suwarsih Madya, Philip Banham, dan Nilsen and Nilsen. Sedangkan sumber berupa rekaman suara berasal dari Kamus audio Cambridge, TOEFL practice materials, Nick Brieger and Jeremy Comfort, dan lagu-lagu yang dibawakan oleh artis-artis terkenal. Sumber-sumber tersebut milik orang lain, dengan demikian media pengajaran yang dikembangkan ini tidak boleh diperjual-belikan. Media ini hanya dipakai untuk kalangan terbatas, yaitu untuk pengajaran Pronunciation di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY
3. Media yang telah berhasil dekembangkan ini adalah media pembelajaran berbasis komputer, dengan demikian untuk dapat menggunakan media ini dalam pembelajaran diperlukan fasilitas tertentu. Misalnya laboratorium bahasa, laboratorium komputer, atau paling tidak ruang kelas biasa yang dilengkapi dengan komputer, LCD, dan speaker. Demikian juga bagi mahasiswa yang mau menggunakan CD ini untuk belajar mandiri di rumah, mereka harus memiliki komputer di rumahnya. Meskipun penggunaan media ini memerlukan syarat tertentu, yaitu adanya komputer, media ini cukup efektif dalam memfasilitasi guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar. Guru mendapatkan kemudahan dalam menyampaikan materi dan memberikan model ucapan yang baik dan benar. Siswa dapat lebih memahami isi materi, dapat menikmati proses belajar mengajar di kelas dengan senang dan tertarik untuk belajar dan belajar lagi, dan yang paling penting adalah siswa dapat berlatih secara mandiri sebanyak yang mereka inginkan di luar kelas. Di samping itu mahasiswa juga dapat dengan mudah memilih materi atau bahan latihan yang diinginkan.
Berdasarkan kesimpulan di atas diajukan beberapa saran, yaitu:
Perlu digalang kerjasama antar disiplin ilmu untuk dapat menghasilkan media pembelajaran yang berkualitas. Di samping itu, dosen bidang studi tertentu, misalnya dosen Bahasa Inggris, juga perlu “melek komputer” dan teknik pemrograman sederhana, sehingga jika menemukan kesalahan atau kekurangan saat menggunakan media ini dapat melakukan perbaikan seperlunya.
Lembaga, dalam hal ini universitas atau fakultas perlu menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar sehingga dosen dan mahasiswa dapat melakukan proses belajar mengajar dengan maksimal. Fasilatas ruang kelas yang dilengkapi dengan komputer, LCD dan speaker adalah hal yang diperlukan dalam pembelajaran pronunciation yang baik.
Pengajar, guru atau dosen perlu senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pengajarannya dengan menggunakan media yang telah tersedia, atau dengan mengembangkan media yang diperlukan, karena pengajaran yang berkualitas akan mampu membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kualitas pembelajaran di kelas adalah salah satu indikator perguruan tinggi yang berkualitas
DAFTAR REFERENSI;
- Avianto, 2005. Multimedia di Linux, diambil pada tgl.15 Juli 2006
- Binham,Philip, 1980. How to say it, Penerbit Kanisius Yogyakarta, Indonesia
- Brieger, Nick dan Jeremy Comfort, 1995. Early Business Contacts, Phoenix ELT,
- Prentice Hall International, London Hetch, B.F. dkk. 1987. The Acquisition of Second Language Phonology:
- Interaction of Transfer and Development Factors, Cambridge, Newbury House Publisher Fry, Edward and Timothy Rasinski, 2007. Increasing Fluency with High
- Frequency Word Phrases, Shell Education, Huntington Beach, CaliforniaUSA Kelly, Gerald, 2000. How to Teach Pronunciation, Longman Pearson Education Limited, England
- Madya, Suwarsih. 2000. Learning English Pronunciation Systematically, Facultof Languages and Atrs, State University of Yogyakarta.
- Nilsen, Don L.F. dan Alleen Pace Nilsen, 2002. Pronunciation Contrast in English, Pearson Education Inc., Waveland Illinois USA
- Sadiman, A. dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Perkasa Seels, B.B., Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Definition and
- Domain of the Field, Washington D.C: AECT Tomlinson, Brian (ed). 1998. Materials Development in Language Teaching.
- Cambridge University Press, United Kingdom Yulia, M.F., dan Ouda Teda Ena, 2004. Pronunciation Problems of Indonesians
- EFL Teachers (the proceeding of the 9th English in Southeast Asia
- Coference) USD., Yogyakarta
No comments:
Post a Comment