Saturday, 1 April 2017

Hubungan Sosiologi dengan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya

Hubungan Sosiologi dengan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya
Ketika metode keilmuan diberlakukan bagi studi perilaku manusia, daripada/dibanding/bukannya kepada non-manusia, dunia alami, yang itu studi disebut suatu ilmu sosial. Sosiologi dihubungkan dengan ilmu pengetahuan alam melalui metoda menggunakan metode itu. Ini juga berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial lain sebab pokok nya tumpang-tindih dengan milik mereka. Batasan-batasan antara sosiologi, ekonomi, psikologi, geografi, ilmu antropologi, dan sejarah adalah sering tidak jelas. Sebagai contoh, meneliti permasalahan penduduk bagian tertua suatu kota dengan pendapatan di bawah kekayaan tingkatan bisa dengan mudah jadilah suatu studi dalam sosiologi berkenaan dengan kota, ekonomi keluarga, atau ilmu pengetahuan politis berkenaan dengan kota. Tetapi batasan-batasan ada, dan satu gambaran jernih tentang sosiologi memerlukan suatu pemahaman dari tiap ilmu-ilmu sosial lain .

Ilmu Ekonomi merupakan kajian untuk memperoleh barang-barang dan jasa produksi, distribusi, serta konsumsi. Suatu hubungan ataupun mata rantai penting antara ekonomi dan sosiologi adalah dua-duanya merupakan basis sosial tentang perilaku ekonomi.

Uang tidak akan mudah berpindah keluar masuk bank dengan sendirinya atau sebagai jawaban atas kekuatan yang semata-mata bukan perseorangan. Hal itu disimpan di sana oleh orang-orang yang telah membuat keputusan sosial tentang antisipasi sesuatu maupun menabung untuk kepentingan pendidikan bagi anak-anak mereka, maupun untuk membeli kondominium. Hal itu merupakan upaya yang sangat aktif oleh orang-orang yang ingin memiki kepastain masa depan yang lebih cerah. Hubungan antara ekonomi dan sosiologi bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi mereka. Para ahli sosiologi mengakui bahwa ekonomi dan material itu memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada masyarakat (Popenoe, 1983: 7).

Ilmu Politik memusatkan perhatiannya pada pemerintah dan penggunaan kekuasaan politis. Para akademisi tentang ilmu politis melihatnya terutama dadari gagasan di belakang sistem pemerintah pada operasi proses-proses politik itu. Para ahli sosiologi, pada sisi lain, menjadi lebih tertarik pada pertanyaan-pertanyaan perilaku politik  alasan orang-orang ikut serta berpolitik bergabung dalam pergerakan politik atau mendukung isuisu politik  hubungan antara politik dan institusi sosial lainnya. Di tahun terakhir, ilmu politis dan sosiologi sudah berkembang semakin ‘mendekat’ bersama-sama dalam metode, pokok kajian, dan konsep, dan hal itu terus makin meningkat sukar untuk menggambarkan suatu garis garis pemisah di antara mereka (Poepenoe, 1983: 7).

Ilmu Sejarah melihat ke belakang dalam suatu usahanya untuk menggambarkan suatu peristiwa, urutan, dan maknai tentang peristiwa yang lampau itu. Penyelidikan sejarah telah bergeser dari laporan tentang orang-orang dan tempat-tempat untuk menggambarkan kecenderungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Di dalam putaran mereka, para ahli sosiologi banyak meminjam peranan penyelidikan historis. Mereka telah memiliki gambaran/menarik atas sejarah, sebagai contoh untuk membandingkan pengaruh sosial industrialisasi di negara-negara Barat pada tahun 1800-an dengan pengaruh industrialisasi sekarang di negera-negara yang sedang berkembang khususnya di Asia -Afrika. Acuan historis akan sering menggunakan dalam teks ini untuk menerangkan kepada banyak orang tentang peristiwa sosial sekarang ini. 

Psikologi berhadapan sebagian besar dengan proses mental manusia. Psikologi mempelajari tentang operasi pikiran yang logis, alasan, persepsi, mimpi-mimpi, dan kreativitas  seperti halnya ketika neurosis, konflik mental, dan berbagai macam emosi. Psikologi berbeda dengan sosiologi dengan jelas, karena dalam psikologi kajiannya memusatkan pada pengalaman individu dibandingkan dengan sosiologi yang menekankan kelompok sosial. Tetapi psikologi sosial  kajiannya dengan cara memahami kepribadian dan perilaku yang dipengaruhi oleh individu-individu seting sosial  adalah berhubungan erat dengan sosiologi. Hal itu mendukung metoda dan disiplin pengetahuan kedua-duanya.

Antropologi adalah studi biologi manusia dan kebudayaannya dalam semua periode dan dalam semua bagian-bagian dari dunia itu. Ilmu antropologi fisik berkonsentrasi pada kedua aspek yakni evolusi biologi manusia dan perbedaan fisik antar orang-orang di dunia.. Sedangkan ilmu antropologi budaya mengkaji pengembangan dan kultur yang sebagian besar difokuskan pada masyarakat dan budaya pramodern, walaupun sekarang obyek kajian yang demikian banyak terjadi pergeseran. Namun sebagai perbandingan, sosiologi lebih memusat pada peradaban modern yang relatif maju. Para ahli sosiologi banyak meminjam konsep-konsep dan pendekatan antropologi, dan bagaimanapun, di sejumlah perguruan tinggi ataupun universitas (contohnya di Indonesia adalah UNPAD) dua bidang tersebut dikombinasikan ke dalam satu departemen.

Pada mulanya antropologi berhadapan dengan suatu pembatasan-batasan yang terpasang tetap: Lebih menekankan kajian masyarakat pramodern yang tidak mementingkan belajar ilmu pengetahuan, dan sebagian besar tidak satupun tidak disentuh oleh peradaban modern. Akan tetapi hal ini setelah memasuki abad ke duapuluh pemikiran para ahli antropologi sudah berbeda. Mereka melebarkan bidang kajiannya untuk meliputi komunitaskomunitas dan masyarakat modern. Dengan demikian mereka berarti sudah semakin dekat bidang sosiologi dalam pokok kajiannya (Kaplan dan Manners, 1999: 266; Kuper, 2000: 33; Koentjaraningrat, 1990; 243-248).

No comments:

Post a Comment