Saturday, 1 April 2017

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam pembuatan laporan keuangan suatu perusahaan merupakan suatu hal yang penting karena laporan keuangan merupakan sarana komunikasi antara perusahaan dengan pihak luar mengenai kondisi perusahaan. Di dalam SAK terdapat aturan-aturan mengenai pengukuran, pengakuan, dan metode-metode penilaian dari item-item yang ada pada laporan keuangan (Salma Taqwa, dkk, 2003). Item-item itu antara lain penilaian persediaan (LIFO, FIFO, rata-rata dan identifikasi khusus), depresiasi dan deplesi (straight line method, double declining method), alokasi pajak penghasilan, dana pensiun dan lain-lain. Metode akuntansi yang berbeda akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kandungan informasi laporan keuangan, misalnya metode akuntansi persediaan (Nur Annisa, 2003).

Lindahl (1989) dalam Mukhlasin (2002:22) menjelaskan bahwa pertimbangan rasional yang diambil manajemen untuk memilih metode akuntansi persediaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan atau meminimalkan pajak untuk memperoleh tax saving yang besar dengan tetap berpegang pada kendala-kendala yang ada, yaitu hukum pajak dan kesempatan produksi investasi (Lee dan Hsieh, 1985 yang dikutip dari Mukhlasin, 2002).

Pemilihan metode akuntansi persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 14 Tahun 2002 yang memberikan kebebasan untuk menggunakan salah satu alternatif metode akuntansi persediaan, yaitu FIFO, LIFO dan average. Namun UU No. 7 Tahun 1983 jo UU No. 10 Tahun 1994 tentang Perpajakan hanya memperbolehkan penggunaan metode FIFO atau metode rata-rata. Bila perusahaan menggunakan metode identifikasi khusus atau LIFO, untuk tujuan pajak harus membuat laporan keuangan lagi dengan metode yang diperbolehkan perpajakan yaitu metode rata-rata atau FIFO (Mukhlasin, 2002).

Alasan Pemilihan Metode Persediaan
Alasan yang mendasari pemilihan suatu metode bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya melalui tiga faktor berikut Haryono Jusup (2005):

1. Pengaruh terhadap neraca
Keuntungan pemakaian metode FIFO pada masa inflasi, karena pemakaian FIFO pada masa seperti itu akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih mencerminkan harga yang berlaku pada tanggal neraca. Pada metode FIFO harga perolehan dari pembelian yang lebih akhir akan dialokasikan pada persediaan yang ditetapkan pada tanggal neraca akan mendekati harga saat itu. Dengan metode LIFO, harga perolehan persediaan pada tanggal neraca akan didasarkan pada harga perolehan barang yang dibeli lebih awal, atau bahkan harga perolehan barang yang berasal dari periode sebelumnya. Akibatnya, harga perolehan persediaan tidak mencerminkan keadaan pada tanggal neraca, dan aktiva lancar serta total aktiva akan dilaporkan lebih rendah dari harga yang berlaku pada tanggal neraca.

2. Pengaruh terhadap laporan laba rugi
Perbedaan setiap rumah dalam persediaan akhir akan mengakibatkan perbedaan yang sama jumlahnya dalam laba bersih sebelum pajak. Pada masa inflasi, FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena yang ditandingkan dengan pendapatan adalah harga perolehan yang berasal dari pembelian dengan harga yang lebih rendah. Tingkat laba bersih yang lebih tinggi bagi manajemen mungkin merupakan hal yang menguntungkan, karena pihak luar akan memberikan penilaian yang positif terhadap perusahaan. Selain itu, jika manajemen diberi bonus yang besarnya ditentukan atas dasar laba bersih, bonus yang besarnya ditentukan atas dasar laba bersih, maka bonus yang diterima manajemen juga akan semakin tinggi. Pemakaian FIFO di masa inflasi akan menghasilkan laba semu atau laba di atas kertas belaka.

3. Pengaruh pajak
Meskipun jumlah rupiah persediaan dan laba bersih selama masa inflasi pada metode FIFO lebih besar dibandingkan dengan LIFO, namun dewasa ini banyak perusahaan berpindah ke metode LIFO. Hal ini disebabkan karena perhitungan laba bersih dengan metode LIFO akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah (karena labanya lebih kecil) bila dibandingkan dengan metode FIFO ataupun metode rata-rata

Metode Pencatatan Persediaan
Catatan persediaan dapat diselenggarakan baik dengan sistem persediaan periodik maupun sistem perpetual. Perbedaan penting antara kedua sistem tersebut dari sudut pandang akuntansi adalah frekuensi dimana arus fisik pada waktu tertentu, seperti pada akhir periodik pelaporan.

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan berpengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan (Salma Taqwa, 2003). Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory controllability yang seharusnya dalam skala ekonomis, besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian perusahaan (Lee dan Hsieh, 1985 dalam Mukhlasin, 2002). Metode FIFO akan menghasilkan laba yang besar dengan konsekuensi pembayaran pajak juga relatif besar, sebaliknya metode rata-rata, perusahaan lebih memilih metode rata-rata dibanding FIFO.

Variabilitas Persediaan
Menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan memiliki nilai persediaan yang relatif stabil maka pengaruhnya pada variasi laba akan kecil. Sedang pada perusahaan yang memiliki nilai persediaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata. yang dihasilkan lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan pajak (tax saving). Sedang pada perusahaan yang variabilitas persediaan tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga laba menjadi lebih besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma Taqwa, dkk, 2003).

Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan ditunjukkan dari besarnya kepemimpinan perusahaan oleh pemilik perusahaan. Menurut Salma Taqwa dkk (2003), pemilihan metode akuntansi persediaan antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan. Masing-masing pihak berusaha memaksimalkan kesejahteraannya. Pemilik memilih metode rata-rata, manajer akan memilih FIFO agar memperoleh laba yang besar sehingga kompensasi yang akan diterima juga akan menjadi besar. Bila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang kecil, cenderung memilih FIFO yang memberikan laba lebih besar, sehingga bonus yang diterima juga menjadi besar. Sebaliknya bila manajer memiliki saham dengan persentase yang lebih besar, akan memilih metode yang bisa memperoleh tax saving yaitu metode rata-rata.

Financial Leverage
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi, risiko perusahaan dengan financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula (Jogiyanto, 1998 dalam Salma Taqwa, dkk). Apabila perusahaan mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka perusahaan akan memilih metode rata-rata agar bisa memperoleh tax saving. 

Rasio Lancar
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang tinggi akan lebih mendapat kepercayaan dari kreditur. Perusahaan ini pada umumnya akan memilih metode rata-rata yang akan menghasilkan laba yang rendah sehingga bisa memperoleh penghematan pajak. Sedang perusahaan dengan rasio lancar rendah akan berusaha menaikkan laba agar bisa menunjukkan kinerja yang bagus sehingga akan memilih metode FIFO yang akan memberikan laba yang relatif besar (Salma Taqwa, dkk, 2003).

Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Hubungan ukuran perusahaan dengan metode penilaian persediaan
Pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari penjualan bersih pada tiap perusahaan. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode persediaan (Salma Taqwa, dkk, 2003). Kecenderungan metode penilaian persediaan yang akan digunakan perusahaan adalah metode rata-rata yang bisa menurunkan labanya, karena dengan metode ini bisa memperoleh penghematan pajak (tax saving). Sedangkan pada perusahaan kecil, untuk mendapatkan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya maka akan membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja yang bagus. Salah satu cara menaikkan labanya yaitu dengan metode penilaian persediaan FIFO.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salma Taqwa (2003) dan Dyah Atikasari (2007) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan variabel-variabel lainnya seperti variabilitas persediaan, struktur kepemilikan, financial leverage dan rasio lancar tidak berpengaruh signfikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Pada pengujian multivariat semua variabel independennya berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

2. Hubungan variabilitas persediaan dengan metode penilaian persediaan
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan. Nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan tidak sama dan variatif sekali (Mukhlasin, 2002). Pada pemilihan metode akuntansi persediaan berkaca dari pendapat Staubus dan tax hipotesis manajer harus memilih metode persediaan yang didasarkan pada keunggulan komparatif berupa minimalisasi pajak sebagai akibat dari kesempatan produksi investasi. Variabilitas persediaan merupakan salah satu alasan manajemen dalam mempertimbangkan pemilihan metode akuntansi persediaan. Perusahaan dengan variasi persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata. sehingga laba yang akan dihasilkan lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat melakukan tax saving. Pada perusahaan yang variasi persediaannya tinggi, menggunakan FIFO sehingga laba menjadi lebih besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma Taqwa, dkk, 2003).

Bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh Mukhlasin (2002), pada pengujian univariat hipotesis 1 saja yang membuktikan adanya hubungan variabilitas persediaan signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan, sedangkan pada hipotesis 2 variabilitas persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Melalui pengujian multivariate yang dilakukan Mukhlasin (2002) berpengaruh signifikan sedangkan yang dilakukan oleh Salma Taqwa (2003), Dyah Atikasari (2007) variabilitas persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

3. Hubungan struktur kepemilikan dengan metode penilaian persediaan
Struktur kepemilikan ditunjukkan dari besarnya kepemimpinan (manajer) suatu perusahaan oleh share holder tersebut (Salma Taqwa, 2003). Sehubungan dengan pemilihan metode akuntansi persediaan, antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan. Masing-masing pihak, yaitu manajerakan berusaha memaksimalkan kesejahteraannya masing-masing. Salma Taqwa, dkk (2003) menjelaskan bila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang kecil pada suatu perusahaan maka manajer mempunyai kecenderungan memilih metode FIFO. Sebaliknya bila manajer memiliki saham dengan persentase yang relatif besar, maka manajer akan memilih metode rata-rata. manajer lebih memilih metode FIFO karena metode ini akan memberikan laba yang besar, sehingga bonus yang akan diterima juga akan menjadi besar. Tujuan utama dari pemilihan metode ini adalah kesejahteraan manajer. Sedangkan pemilihan metode rata-rata bertujuan agar bisa memperoleh penghematan pajak.

Penelitian oleh Etty Widyastuti (2004) yaitu struktur kepemilikan sangat berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan dan penelitian yang dilakukan oleh Ika Tuti Nur Lestari ditemukan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan variabel independen lainnya tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Ika Tuti Nur Lestari (2007) tidak menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

4. Hubungan financial leverage dengan metode penilaian persediaan
Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutangnya dengan kekayaan yang dimilikinya (Jogiyanto, 1998 dalam Salma Taqwa, dkk, 2003). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Financial leverage dapat dilihat dari perbandingan hutang jangka panjang dengan aset, sedangkan dalam penelitian ini kekayaan dilihat dari equitas sehingga financial leverage dinilai dari hutang jangka panjang dibandingkan dengan equitas. Hubungan financial leverage dengan penilaian persediaan adalah apabila perusahaan mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka perusahaan lebih memilih metode yang bisa menaikkan labanya yaitu metode FIFO. Sedang pada perusahaan dengan financial leverage yang rendah akan memilih metode rata-rata agar bisa memperoleh penghematan pajak.

Dibuktikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2002) saja, dengan pengujian multivarate financial leverage berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan, dan penelitian yang dilakukan oleh Ika Tuti Nur Lestari (2007) diketahui hasil bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Salma Taqwa (2003) dan Dyah Atika Sari (2007) tidak menemukan hasil yang maksimal dan variabel independen lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

5. Hubungan rasio lancar dengan metode penilaian persediaan 
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang (Salma Taqwa, dkk, 2003). Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang tinggi akan lebih mendapat kepercayaan dari kreditur. Perusahaan ini pada umumnya akan memilih metode-metode rata-rata yang akan menghasilkan laba yang rendah sehingga bisa memperoleh penghematan pajak. Sedangkan perusahaan dengan rasio lancar yang rendah akan berusaha menaikkan laba agar bisa menunjukkan kinerja yang bagus. Perusahaan ini akan memilih metode FIFO yang akan memberikan laba yang relatif besar (Salma Taqwa, dkk, 2003)

Menurut Mukhlasin (2002) dengan menggunakan uji multivariate saja bahwa rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan menurut Ika Tuti Nur Lestari (2007) bahwa rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Peneliti-peneliti lainnya seperti Salma Taqwa (2003), Etty Widyastuti (2004), Dyah Atikasari (2007) dan Ika Tuti Nur Lestari (2007) menyebutkan bahwa tidak ada hasil yang membuktikan rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap penilaian metode penilaian persediaan.

Review Penelitian Terdahulu 
Beberapa penelitian terdahulu tentang pemilihan metode akuntansi persediaan telah dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2002) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta dengan periode tahun 1995-1999. Mukhlasin melakukan dua tahap dalam penganalisisan yaitu tahap pengajuan univariate dan tahap pengujian multivariate. Dari penelitian ini akan disimpulkan bahwa metode akuntansi persediaan rata-rata dipilih oleh sebagian besar perusahaan. Kemudian pada pengujian univariate menemukan beberapa proksi variabel kesempatan produksi investasi yaitu intensitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, dan ukuran perusahaan antara metode rata-rata dan FIFO berbeda secara signfikan. Adapun variabel laba akuntansi, intensitas modal dan variabilitas persediaan tidak berbeda secara signifikan. Pada pengujian multivariate menemukan bahwa intensitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, ukuran perusahaan dan intensitas modal berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Salma Taqwa, dkk (2003) melakukan penelitian dengan periode penelitian tahun 1997-2000 dengan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta sebagai objek penelitiannya. Salma Taqwa, dkk juga melakukan dua tahap dalam penganalisisan. Dari penelitian univariated diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan signifikan berbeda antara metode rata-rata dan metode FIFO. Sedangkan struktur kepemilikan, financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar tidak signifikan berarti dilihat dari ketiga variabel tersebut tidak ada perbedaan antara metode rata-rata dengan signfikan berarti dilihat dari ketiga variabel tersebut tidak ada perbedaan antara metode rata-rata dengan metode FIFO. Kemudian dari pengujian multivariate, pada pengujian tahap satu ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi secara signifikan. Tetapi struktur kepemilikan, financial leverage, rasio lancar tidak mempengaruhi pemilihan metode persediaan ini. Sedangkan pada pengujian tahap dua hanya variabel ukuran perusahaan yang signifikan sedangkan variabel lainnya tidak signifikan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Etty Widyastuti pada tahun (2004) dengan periode tahun 1999 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ diperoleh hasil bahwa IOC mempengaruhi manajemen dalam memilih metode akuntansi persediaan. Metode akuntansi persediaan yang cenderung dipilih oleh IOC adalah metode akuntansi persediaan rata-rata. IOC yang rendah menyebabkan manajemen tidak memiliki keleluasaan perusahaan untuk memilih return atas kepemilikannya dan kompensasi yang diinginkannya oleh karena itu, manajemen cenderung lebih patuh pada keinginan OOC.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dyah Atikasari (2007) dengan periode tahun 2001-2005 pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ dapat disimpulkan bahwa melalui dua pengujian diperoleh hasil bahwa pengujian univariate yaitu hanya variabel ukuran perusahan yang terbukti secara signifikan mempengaruhi pemilihan metode antara metode FIFO dan rata-rata. Sedangkan dalam pengujian multivariate hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signfikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Ika Tuti Nur Lestari (2007) pada periode tahun 2001-2005 pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ. Penelitian ini hanya menggunakan satu pengujian saja yaitu uji multivariate yang berkesimpulan bahwa variabel IOC dan OOC tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Kemudian variabel control total asset dan leverage bukan merupakan salah satu hal pertimbangan manajemen dalam menentukan metode persediaan yang digunakan oleh perusahaan.

Kerangka Pemikiran

Gambar Kerangka Pemikiran

Perumusan Hipotesis 
H1 : variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi.
H2 : variabel variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
H3 : variabel struktur kepemilikan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
H4 : variabel financial leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
H5 : variabel rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan
H6 : variabel ukuran perusahan, variabel variabilitas persediaan, variabel struktur kepemilikan, variabel financial leverage, variabel rasio lancar, bersama-sama berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

No comments:

Post a Comment