Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan
Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam pembuatan laporan keuangan suatu
perusahaan merupakan suatu hal yang penting karena laporan keuangan
merupakan sarana komunikasi antara perusahaan dengan pihak luar mengenai
kondisi perusahaan. Di dalam SAK terdapat aturan-aturan mengenai
pengukuran, pengakuan, dan metode-metode penilaian dari item-item yang
ada pada laporan keuangan (Salma Taqwa, dkk, 2003). Item-item itu antara
lain penilaian persediaan (LIFO, FIFO, rata-rata dan identifikasi
khusus), depresiasi dan deplesi (straight line method, double declining
method), alokasi pajak penghasilan, dana pensiun dan lain-lain. Metode
akuntansi yang berbeda akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
kandungan informasi laporan keuangan, misalnya metode akuntansi
persediaan (Nur Annisa, 2003).
Lindahl
(1989) dalam Mukhlasin (2002:22) menjelaskan bahwa pertimbangan
rasional yang diambil manajemen untuk memilih metode akuntansi
persediaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan atau meminimalkan pajak
untuk memperoleh tax saving yang besar dengan tetap berpegang pada
kendala-kendala yang ada, yaitu hukum pajak dan kesempatan produksi
investasi (Lee dan Hsieh, 1985 yang dikutip dari Mukhlasin, 2002).
Pemilihan
metode akuntansi persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan
Standar Akuntansi (PSAK) No. 14 Tahun 2002 yang memberikan kebebasan
untuk menggunakan salah satu alternatif metode akuntansi persediaan,
yaitu FIFO, LIFO dan average. Namun UU No. 7 Tahun 1983 jo UU No. 10
Tahun 1994 tentang Perpajakan hanya memperbolehkan penggunaan metode
FIFO atau metode rata-rata. Bila perusahaan menggunakan metode
identifikasi khusus atau LIFO, untuk tujuan pajak harus membuat laporan
keuangan lagi dengan metode yang diperbolehkan perpajakan yaitu metode
rata-rata atau FIFO (Mukhlasin, 2002).
Alasan Pemilihan Metode Persediaan
Alasan
yang mendasari pemilihan suatu metode bisa bermacam-macam, tetapi pada
umumnya melalui tiga faktor berikut Haryono Jusup (2005):
1. Pengaruh terhadap neraca
Keuntungan
pemakaian metode FIFO pada masa inflasi, karena pemakaian FIFO pada
masa seperti itu akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih
mencerminkan harga yang berlaku pada tanggal neraca. Pada metode FIFO
harga perolehan dari pembelian yang lebih akhir akan dialokasikan pada
persediaan yang ditetapkan pada tanggal neraca akan mendekati harga saat
itu. Dengan metode LIFO, harga perolehan persediaan pada tanggal neraca
akan didasarkan pada harga perolehan barang yang dibeli lebih awal,
atau bahkan harga perolehan barang yang berasal dari periode sebelumnya.
Akibatnya, harga perolehan persediaan tidak mencerminkan keadaan pada
tanggal neraca, dan aktiva lancar serta total aktiva akan dilaporkan
lebih rendah dari harga yang berlaku pada tanggal neraca.
2. Pengaruh terhadap laporan laba rugi
Perbedaan
setiap rumah dalam persediaan akhir akan mengakibatkan perbedaan yang
sama jumlahnya dalam laba bersih sebelum pajak. Pada masa inflasi, FIFO
akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi karena yang ditandingkan
dengan pendapatan adalah harga perolehan yang berasal dari pembelian
dengan harga yang lebih rendah. Tingkat laba bersih yang lebih tinggi
bagi manajemen mungkin merupakan hal yang menguntungkan, karena pihak
luar akan memberikan penilaian yang positif terhadap perusahaan. Selain
itu, jika manajemen diberi bonus yang besarnya ditentukan atas dasar
laba bersih, bonus yang besarnya ditentukan atas dasar laba bersih, maka
bonus yang diterima manajemen juga akan semakin tinggi. Pemakaian FIFO
di masa inflasi akan menghasilkan laba semu atau laba di atas kertas
belaka.
3. Pengaruh pajak
Meskipun
jumlah rupiah persediaan dan laba bersih selama masa inflasi pada
metode FIFO lebih besar dibandingkan dengan LIFO, namun dewasa ini
banyak perusahaan berpindah ke metode LIFO. Hal ini disebabkan karena
perhitungan laba bersih dengan metode LIFO akan menghasilkan pajak
penghasilan yang lebih rendah (karena labanya lebih kecil) bila
dibandingkan dengan metode FIFO ataupun metode rata-rata
Metode Pencatatan Persediaan
Catatan
persediaan dapat diselenggarakan baik dengan sistem persediaan periodik
maupun sistem perpetual. Perbedaan penting antara kedua sistem tersebut
dari sudut pandang akuntansi adalah frekuensi dimana arus fisik pada
waktu tertentu, seperti pada akhir periodik pelaporan.
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan berpengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan (Salma
Taqwa, 2003). Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional
dan inventory controllability yang seharusnya dalam skala ekonomis,
besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan
pengendalian perusahaan (Lee dan Hsieh, 1985 dalam Mukhlasin, 2002).
Metode FIFO akan menghasilkan laba yang besar dengan konsekuensi
pembayaran pajak juga relatif besar, sebaliknya metode rata-rata,
perusahaan lebih memilih metode rata-rata dibanding FIFO.
Variabilitas Persediaan
Menggambarkan
variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan memiliki nilai
persediaan yang relatif stabil maka pengaruhnya pada variasi laba akan
kecil. Sedang pada perusahaan yang memiliki nilai persediaan yang
bervariasi pada setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan
bervariasi. Perusahaan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih
menggunakan metode rata-rata. yang dihasilkan lebih rendah bila
dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat
melakukan penghematan pajak (tax saving). Sedang pada perusahaan yang
variabilitas persediaan tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga
laba menjadi lebih besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma
Taqwa, dkk, 2003).
Struktur Kepemilikan
Struktur
kepemilikan ditunjukkan dari besarnya kepemimpinan perusahaan oleh
pemilik perusahaan. Menurut Salma Taqwa dkk (2003), pemilihan metode
akuntansi persediaan antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik
kepentingan. Masing-masing pihak berusaha memaksimalkan
kesejahteraannya. Pemilik memilih metode rata-rata, manajer akan memilih
FIFO agar memperoleh laba yang besar sehingga kompensasi yang akan
diterima juga akan menjadi besar. Bila manajer memiliki persentase
kepemilikan saham yang kecil, cenderung memilih FIFO yang memberikan
laba lebih besar, sehingga bonus yang diterima juga menjadi besar.
Sebaliknya bila manajer memiliki saham dengan persentase yang lebih
besar, akan memilih metode yang bisa memperoleh tax saving yaitu metode
rata-rata.
Financial Leverage
Rasio
ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang
tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi,
risiko perusahaan dengan financial leverage yang tinggi akan semakin
tinggi pula (Jogiyanto, 1998 dalam Salma Taqwa, dkk). Apabila perusahaan
mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka perusahaan akan
memilih metode rata-rata agar bisa memperoleh tax saving.
Rasio Lancar
Rasio
lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang tinggi akan lebih mendapat
kepercayaan dari kreditur. Perusahaan ini pada umumnya akan memilih
metode rata-rata yang akan menghasilkan laba yang rendah sehingga bisa
memperoleh penghematan pajak. Sedang perusahaan dengan rasio lancar
rendah akan berusaha menaikkan laba agar bisa menunjukkan kinerja yang
bagus sehingga akan memilih metode FIFO yang akan memberikan laba yang
relatif besar (Salma Taqwa, dkk, 2003).
Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Hubungan ukuran perusahaan dengan metode penilaian persediaan
Pada
penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari penjualan bersih pada
tiap perusahaan. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode
persediaan (Salma Taqwa, dkk, 2003). Kecenderungan metode penilaian
persediaan yang akan digunakan perusahaan adalah metode rata-rata yang
bisa menurunkan labanya, karena dengan metode ini bisa memperoleh
penghematan pajak (tax saving). Sedangkan pada perusahaan kecil, untuk
mendapatkan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya maka akan
membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja yang bagus.
Salah satu cara menaikkan labanya yaitu dengan metode penilaian
persediaan FIFO.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Salma Taqwa (2003) dan Dyah Atikasari
(2007) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan. Sedangkan variabel-variabel lainnya
seperti variabilitas persediaan, struktur kepemilikan, financial
leverage dan rasio lancar tidak berpengaruh signfikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan. Pada pengujian multivariat semua variabel
independennya berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.
2. Hubungan variabilitas persediaan dengan metode penilaian persediaan
Variabilitas
persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu
perusahaan. Nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan tidak sama
dan variatif sekali (Mukhlasin, 2002). Pada pemilihan metode akuntansi
persediaan berkaca dari pendapat Staubus dan tax hipotesis manajer harus
memilih metode persediaan yang didasarkan pada keunggulan komparatif
berupa minimalisasi pajak sebagai akibat dari kesempatan produksi
investasi. Variabilitas persediaan merupakan salah satu alasan manajemen
dalam mempertimbangkan pemilihan metode akuntansi persediaan.
Perusahaan dengan variasi persediaan kecil bisa memilih menggunakan
metode rata-rata. sehingga laba yang akan dihasilkan lebih rendah bila
dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat
melakukan tax saving. Pada perusahaan yang variasi persediaannya tinggi,
menggunakan FIFO sehingga laba menjadi lebih besar dan tidak bisa
melakukan tax saving (Salma Taqwa, dkk, 2003).
Bahwa
penelitian yang telah dilakukan oleh Mukhlasin (2002), pada pengujian
univariat hipotesis 1 saja yang membuktikan adanya hubungan variabilitas
persediaan signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan,
sedangkan pada hipotesis 2 variabilitas persediaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Melalui
pengujian multivariate yang dilakukan Mukhlasin (2002) berpengaruh
signifikan sedangkan yang dilakukan oleh Salma Taqwa (2003), Dyah
Atikasari (2007) variabilitas persediaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
3. Hubungan struktur kepemilikan dengan metode penilaian persediaan
Struktur
kepemilikan ditunjukkan dari besarnya kepemimpinan (manajer) suatu
perusahaan oleh share holder tersebut (Salma Taqwa, 2003). Sehubungan
dengan pemilihan metode akuntansi persediaan, antara manajer dengan
pemilik akan timbul konflik kepentingan. Masing-masing pihak, yaitu
manajerakan berusaha memaksimalkan kesejahteraannya masing-masing. Salma
Taqwa, dkk (2003) menjelaskan bila manajer memiliki persentase
kepemilikan saham yang kecil pada suatu perusahaan maka manajer
mempunyai kecenderungan memilih metode FIFO. Sebaliknya bila manajer
memiliki saham dengan persentase yang relatif besar, maka manajer akan
memilih metode rata-rata. manajer lebih memilih metode FIFO karena
metode ini akan memberikan laba yang besar, sehingga bonus yang akan
diterima juga akan menjadi besar. Tujuan utama dari pemilihan metode ini
adalah kesejahteraan manajer. Sedangkan pemilihan metode rata-rata
bertujuan agar bisa memperoleh penghematan pajak.
Penelitian
oleh Etty Widyastuti (2004) yaitu struktur kepemilikan sangat
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan
dan penelitian yang dilakukan oleh Ika Tuti Nur Lestari ditemukan bahwa
struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan. Sedangkan variabel independen lainnya tidak
berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Ika Tuti
Nur Lestari (2007) tidak menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
4. Hubungan financial leverage dengan metode penilaian persediaan
Financial
leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutangnya dengan
kekayaan yang dimilikinya (Jogiyanto, 1998 dalam Salma Taqwa, dkk,
2003). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Financial leverage dapat dilihat
dari perbandingan hutang jangka panjang dengan aset, sedangkan dalam
penelitian ini kekayaan dilihat dari equitas sehingga financial leverage
dinilai dari hutang jangka panjang dibandingkan dengan equitas.
Hubungan financial leverage dengan penilaian persediaan adalah apabila
perusahaan mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka
perusahaan lebih memilih metode yang bisa menaikkan labanya yaitu metode
FIFO. Sedang pada perusahaan dengan financial leverage yang rendah akan
memilih metode rata-rata agar bisa memperoleh penghematan pajak.
Dibuktikan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2002) saja, dengan
pengujian multivarate financial leverage berpengaruh signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan, dan penelitian yang dilakukan
oleh Ika Tuti Nur Lestari (2007) diketahui hasil bahwa financial
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Salma
Taqwa (2003) dan Dyah Atika Sari (2007) tidak menemukan hasil yang
maksimal dan variabel independen lainnya tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
5. Hubungan rasio lancar dengan metode penilaian persediaan
Rasio
lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh
tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang
diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh
tempo hutang (Salma Taqwa, dkk, 2003). Perusahaan yang memiliki rasio
lancar yang tinggi akan lebih mendapat kepercayaan dari kreditur.
Perusahaan ini pada umumnya akan memilih metode-metode rata-rata yang
akan menghasilkan laba yang rendah sehingga bisa memperoleh penghematan
pajak. Sedangkan perusahaan dengan rasio lancar yang rendah akan
berusaha menaikkan laba agar bisa menunjukkan kinerja yang bagus.
Perusahaan ini akan memilih metode FIFO yang akan memberikan laba yang
relatif besar (Salma Taqwa, dkk, 2003)
Menurut
Mukhlasin (2002) dengan menggunakan uji multivariate saja bahwa rasio
lancar berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan. Sedangkan menurut Ika Tuti Nur Lestari (2007) bahwa rasio
lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan. Peneliti-peneliti lainnya seperti Salma Taqwa (2003), Etty
Widyastuti (2004), Dyah Atikasari (2007) dan Ika Tuti Nur Lestari (2007)
menyebutkan bahwa tidak ada hasil yang membuktikan rasio lancar
berpengaruh signifikan terhadap penilaian metode penilaian persediaan.
Review Penelitian Terdahulu
Beberapa
penelitian terdahulu tentang pemilihan metode akuntansi persediaan
telah dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mukhlasin (2002) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Jakarta dengan periode tahun 1995-1999.
Mukhlasin melakukan dua tahap dalam penganalisisan yaitu tahap pengajuan
univariate dan tahap pengujian multivariate. Dari penelitian ini akan
disimpulkan bahwa metode akuntansi persediaan rata-rata dipilih oleh
sebagian besar perusahaan. Kemudian pada pengujian univariate menemukan
beberapa proksi variabel kesempatan produksi investasi yaitu intensitas
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, dan ukuran perusahaan
antara metode rata-rata dan FIFO berbeda secara signfikan. Adapun
variabel laba akuntansi, intensitas modal dan variabilitas persediaan
tidak berbeda secara signifikan. Pada pengujian multivariate menemukan
bahwa intensitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, ukuran
perusahaan dan intensitas modal berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan metode akuntansi persediaan, sedangkan variabilitas persediaan
dan variabilitas laba tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaan.
Salma
Taqwa, dkk (2003) melakukan penelitian dengan periode penelitian tahun
1997-2000 dengan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta sebagai
objek penelitiannya. Salma Taqwa, dkk juga melakukan dua tahap dalam
penganalisisan. Dari penelitian univariated diperoleh hasil bahwa ukuran
perusahaan signifikan berbeda antara metode rata-rata dan metode FIFO.
Sedangkan struktur kepemilikan, financial leverage, variabilitas
persediaan dan rasio lancar tidak signifikan berarti dilihat dari ketiga
variabel tersebut tidak ada perbedaan antara metode rata-rata dengan
signfikan berarti dilihat dari ketiga variabel tersebut tidak ada
perbedaan antara metode rata-rata dengan metode FIFO. Kemudian dari
pengujian multivariate, pada pengujian tahap satu ukuran perusahaan dan
variabilitas persediaan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi secara
signifikan. Tetapi struktur kepemilikan, financial leverage, rasio
lancar tidak mempengaruhi pemilihan metode persediaan ini. Sedangkan
pada pengujian tahap dua hanya variabel ukuran perusahaan yang
signifikan sedangkan variabel lainnya tidak signifikan.
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Etty Widyastuti pada tahun (2004) dengan
periode tahun 1999 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
diperoleh hasil bahwa IOC mempengaruhi manajemen dalam memilih metode
akuntansi persediaan. Metode akuntansi persediaan yang cenderung dipilih
oleh IOC adalah metode akuntansi persediaan rata-rata. IOC yang rendah
menyebabkan manajemen tidak memiliki keleluasaan perusahaan untuk
memilih return atas kepemilikannya dan kompensasi yang diinginkannya
oleh karena itu, manajemen cenderung lebih patuh pada keinginan OOC.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Dyah Atikasari (2007) dengan periode
tahun 2001-2005 pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ dapat
disimpulkan bahwa melalui dua pengujian diperoleh hasil bahwa pengujian
univariate yaitu hanya variabel ukuran perusahan yang terbukti secara
signifikan mempengaruhi pemilihan metode antara metode FIFO dan
rata-rata. Sedangkan dalam pengujian multivariate hanya ukuran
perusahaan yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan
sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signfikan terhadap
pemilihan metode akuntansi persediaan.
Ika
Tuti Nur Lestari (2007) pada periode tahun 2001-2005 pada perusahaan
manufaktur yang listing di BEJ. Penelitian ini hanya menggunakan satu
pengujian saja yaitu uji multivariate yang berkesimpulan bahwa variabel
IOC dan OOC tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan. Kemudian variabel control total asset dan leverage bukan
merupakan salah satu hal pertimbangan manajemen dalam menentukan metode
persediaan yang digunakan oleh perusahaan.
Kerangka Pemikiran
Gambar Kerangka Pemikiran
Perumusan Hipotesis
H1 : variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi.
H2 : variabel variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
H3 : variabel struktur kepemilikan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
H4 : variabel financial leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
H5 : variabel rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan
H6
: variabel ukuran perusahan, variabel variabilitas persediaan, variabel
struktur kepemilikan, variabel financial leverage, variabel rasio
lancar, bersama-sama berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan.
No comments:
Post a Comment