Friday 14 October 2016

PENGERTIAN VALIDITAS INSTRUMEN

 PENGERTIAN VALIDITAS INSTRUMEN
1. Pengertian Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. (Sugiyono: 2007). Suatu alat pengukur disebut valid bila alat iu mengukur apa yang hendak diukur, atau mengukur secara tepat. Valid tidaknya suatu alat pengukuran ditentukan dari tujuan dan subyek yang dikenai alat pengukur itu. Penetapan validnya suatu alat pengukur bergantung pada pertimbangan untuk apa dan untuk siapa alat itu digunakan. Secara luas dapat dikatakan bahwa validitas mengajar seorang guru bergantung pada tujuan tertentu dan subyek (mata pelajaran) tertentu. Misalnya guru A hanya valid mengajar bidang studi tertentu untuk kelompok siswa tertentu, misalnya mengajar di sekolah menengah. Guru tersebut tidak valid jika mengajar bidang studi lain dan mengajar bukan di sekolah menengah.

Beberapa karakteristik dari validitas:
  • Validitas sebenarnya menunjukkan kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur.
  • Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan validitasnya, tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid. 
  • Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.
2. Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengukuran Data
Menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya, terdapat dua validitas, yakni validitas ekternal dan validitas internal, selain itu validitas dikelompokkan menjadi beberapa kriteria. (http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitas-dalam-beberapa-pengertian.html)

a. Validitas Berdasarkan Cara Pengujiannya, yaitu:
  • Validitas internal, berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja tenaga kependidikan.
  • Validitas eksternal, berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil. Bila sampel penelitian representatif instrumen penelitian valid, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

b. Validitas Berdasarkan Cara Menetapkannya, yaitu:
1. Validitas Logis
Disebut validitas logis karena cara menetapkan dilakukan dengan pertimbangan logis: item-item disusun secara logis yang terdiri dari validitas isi, validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis ialah secara logis item-itemnya diperkirakan akan mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas logis bertitik tolak dari teori. Peneliti menjabarkan faktor-faktor dari teori. Faktor-faktor itu adalah konstruk-konstruk yang didefinisikan dengan jelas, digunakan sebagai dasar bekerja dan menjadi ukuran valid tidaknya alat tersebut. Karena itu validitas logis disebut juga validitas konstruk atau validitas berdasarkan definisi. Alat yang disusun akan valid bila cocok dengan teori. Konsekuensinya jika teori yang digunakan sebagai dasar bekerja itu benar maka alat itu valid. Tetapi sebaliknya pula bila hasil pengukuran dari berbagai alat yang disusun itu berbeda dengan teori yang dimaksud perlu ditinjau kembali karena validitas teori tersebut diragukan.

2. Validitas Empiris
Menetapkan validitas empiris dilakukan dengan cara membuat perbandingan empiris antara hasil pengukuran alat yang disusun dengan hasil pengukuran yang menggunakan alat lain yang valid. Dalam proses perbandingan diperlukan perhitungan-perhitungan statistik sehingga validitas empiris disebut pula sebagai validitas statistik. 

c. Validitas Berdasarkan Tujuannya, yaitu:
1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi ialah validitas yang diperoleh bila alat mengukur suatu kawasan isi (content area) yang dikehendaki suatu derajat tertentu. Validitas isi antara lain terdapat di dalam bidang pelajaran. Tes hasil belajar misalnya digunakan untuk mengukur isi atau tujuan yang telah diajarkan pada siswa. Kerena itu validitas isi disebut juga validitas kurikuler. Validitas isi dapat terpenuhi bila alat pengukur benar-benar dapat mengukur kawasan isi itu (validitas tampang), dan bila alat pengukur berisi item-item yang terdiri dari sampel yang mampu mewakili kawasan isi tersebut (validitas sampling). Dengan kata lain, validitas isi memerlukan validitas tampang dan validitas sampling. Misalnya tes mata pelajaran Administrasi Pendidikan harus berisi pengetahuan administrasi pendidikan, bukan pengetahuan lain, dan menggambarkan semua aspek-aspek administrasi pendidikan, bukan hanya beberapa aspek saja. Selain itu tes tersebut berisi item-item yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Bila tes tersebut tidak mengukur apa yang telah diajarkan pada siswa, tes itu tidak valid.

2. Validitas Konstruk (Construc Validity)
Validitas konstruk adalah validitas yang diperoleh bila suatu alat mengukur suatu alat hipotesis pada suatu derajat tertentu, konstruk bersifat abstrak, tidak dapat diamati langsung, hanya hasil atau gejalanya secara tidak langsung yang dapat diamati. Konstruk menjelaskan sesuatu, sehingga “diciptakan” untuk menjelaskan suatu objek. Misalnya intelegensi adalah konstruk, dimana ia tidak dapat diamati. Orang dapat mengamati intelegensi melalui IQ yaitu hasil pengukuran melalui tes intelegensi. Validitas konstruk dapat dicapai bila alat pengukur yang digunakan mengukur konstruk tersebut valid. Validitas konstruk dari alat suatu alat pengukur diketahui dari sejauh apa tampilan pada pengukuran itu dapat diinterpretasi dalam pegertian konstruk tersebut. 

Dua aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga validitas konstruk adalah aspek logis dan aspek empiris. Aspek pendekatan logis mencari tahu apakah unsur-unsur alat pengukur sama dengan unsure-unsur konstruk. Kesamaan unsur menjamin validitas alat ukur itu. Aspek pendekatan logis juga mencari tahu apakah item-item alat pengukur memadai untuk mengukur unsur-unsur konstruk. Aspek pendekatan empiris terhadap validitas konstruk terdiri dari (a) hubungan internal, yaitu hubungan antara item-item di dalam alat pengukur harus ada atau tidak bertentangan; (b) hubungan eksternal, yaitu hubungan antara skor yang diperoleh dari alat pengukur tersebut dengan skor dari alat pengukur lain harus konsisten dengan konstruk.

3. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau obyek penelitian yang lain. 

Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang disiapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan menentukan validitas yang terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau metode perbedaan. Dengan metode hubungan, orang mencari hubungan antara skor hasil pengukuran alat yang disusun dengan skor hasil pengukuran yang telah pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat pengukur tersebut memiliki validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes dengan membedakan subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak mempunyai sifat-sifat tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda tingkatannya.

4. Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah validitas dimana suatu alat pengukur dapat memprediksi kemampuan satu individu yang bekerja dalam situasi mendatang. Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individu-individu. Tak ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling baik. Lebih tepat membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur daripada hanya satu. Data untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.

Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara skor alat pegukur yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil digunakan dalam situasi sebelumnya. Proses menghitung variabel prediksi terdiri dari beberapa langkah yaitu:
  • Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang valid
  • Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah laku yang diprediksi muncul
  • Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur tersebut valid memprediksi.

No comments:

Post a Comment