Monday, 13 March 2017

LINGKUNGAN HIDUP DALAM PANDANGAN ISLAM

LINGKUNGAN HIDUP DALAM PANDANGAN ISLAM
Agama sebagai sumber nilai, moralitas dan spiritual bagi masyarakat pendukungnya, merupakan salah satu faktor strategis yang turut mempengaruhi pandangan masyarakat tentang lingkungan hidup. Karena itu, konsep-konsep dan ajaran agama pada gilirannya mempunyai arti penting bagi penegembangan kesadaran kelestarian lingkungan hidup. Dalam kaitan ini, Islam sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian masyarakat akan ikut mempengaruhi konsep pandangan tentang lingkungan hidup.

Alam dan kehidupan merupakan lingkungan hidup manusia dalam sistem alam semesta. Dengan sistem nilai dan norma tertentu, manusia dapat merubah alam menjadi suatu sumber kehidupan yang positif (manfaat) maupun negatif (mudarat), yang lalu memiliki dampak pada nature. Dampak manfaat akan membawa manusia pada kebahagiaan, kesejahteraan atau kemuliaan. Sedang dampak mudarat bisa menyebabkan kehancuran kehidupan manusia sendiri.

Dengan sistem nilai dan norma Islam dapatlah mendekati dan membaca berbagai aspek kehidupan dan lingkungan hidup serta dimensi alam semesta. Dengan keterikatan sepenuhnya secara kuat terhadap sistem nilai ilahiyah maka manusia tidak akan cenderung antroposentris, artinya bila ia melakukan sesuatu untuk mempertahankan, memelihara, mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya tidak hanya terarah kepada diri manusia sendiri. Manusia yang demikian akan selalu mengingat (dzikir) Allah sambil berdiri, duduk atau berbaring dan memikirkan (fikir) tentang penciptaan langit dan bumi. Dan akhirnya ia menghayati rasa tanggung jawab terhadap mutu kehidupan dan menyerahkan penilaiannya kepada Allah.

Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya sebagaimana Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 164ya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ; sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan .

Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan, bukan saja terhadap manusia, tetapi juga makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. Oleh karena seluruh isi alam diperuntukkan bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia maka tumbuhan dan hewan yang dapat mendukung kedua hal tersebut harus tetap terjaga kedalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan. Karena lingkungan mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan penghuni, banyak interaksi dan korelasinya. Maka perlu diteliti dengan cermat untuk memperoleh pengetahuan lengkap tentang kerumitan yang terdapat dalam lingkungan hidup, agar pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan setepat mungkin. Dapat mempertahankan produktivitas, dapat menghindarkan perusakan, dapat menjaga kelestarian demi generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan hidup beserta aneka sumber dayanya. 

Pengelolaan lingkungan hidup adalah pemanfaatan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup yang dibebankan kepada manusia sebab Allah telah menciptakan manusia dari bumi (tanah) dan menjadikan manusia sebagai pemakmurnya. Amanat Allah yang di bebankan kepada manusia ialah memakmurkan bumi ini dengan kemakmuran yang mencakup segala bidang, menegakkan masyarakat insani yang sehat dan membina peradaban insani yang menyeluruh, mencakup semua segi kehidupan sehingga dapat mewujudkan keadilan hukum ilahi di bumi tanpa paksaan dan kekerasan, tapi dengan pelajaran dan kesadaran sendiri.

Menyadari manusia dicipta dan dibangun dari komponen-komponen tanah dan oleh karena itu manusiapun bertanggung jawab sebagai pembangun, pemelihara dan pemakmur tanah. Karena pembangunan itu sendiri adalah bagian penting dari pengelolaan lingkungan menjangkau menjangkau semua segi lingkungan hidup, oleh karenanya harus dipilih prioritas pembangunan yang secara strategi mampu menjangkau sebanyak mungkin segi kehidupan.

Proses Kejadian Alam 
Jika kita menyelidiki kebanyakan terjemahan Qur’an maka kita akan mendapati bahwa proses penciptaan berlangsung selama enam hari. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-A’Raaf ayat 54 “Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari…”. Sedikit sekali jumlah terjemah atau tafsir Qur’an yang mengingatkan bahwa kata “hari” harus difahami sebagai “periode”. Arti yang paling terpakai daripada “yaum” adalah “hari”, tetapi kita harus lebih teliti karena yang dimaksudkan adalah terangnya waktu siang dan bukan waktu antara terbenamnya matahari sampai terbenamnya lagi. Kata jamak “ayyam” dapat berarti beberapa hari akan tetapi juga dapat berarti waktu yang tak terbatas. Bahwa kata “yaum” dapat berarti “periode” yang sangat berbeda dari “hari” telah menarik perhatian ahli tafsir kuno yang tentu saja tidak mempunyai pengetahuan tentang tahap-tahap terjadinya alam seperti yang kita miliki sekarang. Maka Abus saud ahli tafsir abad XVI M. tidak dapat menggambarkan hari yang ditetapkan oleh astronomi dalam hubungannya dengan berputarnya bumi dan mengatakan bahwa untuk penciptaan alam diperlukan suatu pembagian waktu, bukan dalam “hari” yang bisa kita pahami, akan tetapi dalam “peristiwa-peristiwa” atau dalam bahasa arabnya “naubat”.

Firman Allah dalam Q.S. fush Shilat ayat 9-12 “Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu fikir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”

“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa”, keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati”. Empat ayat dari Surat Fush Shilat tersebut menunjukkan beberapa aspek; bentuk gas pertama yakni dari bahan samawi serta pembatasan secara simbolis bilangan langit sampai tujuh. Percakapan antara Tuhan di satu pihak serta dengan langit dan bumi di pihak lain adalah simbolis; maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa setelah diciptakan Tuhan, langit-langit dan bumi menyerah kepada perintah Tuhan.

Ada orang yang yang mengatakan bahwa paragraf tersebut bertentangan dengan ayat yang mengatakan bahwa penciptaan itu melalui enam periode. Dengan menjumlahkan dua periode yang merupakan penciptaan bumi dan dan empat periode untuk pembagian makanan kepada penduduknya, kita akan mendapatkan delapan periode, dan hal ini merupakan kontradiksi dengan enam periode diatas. Sesungguhnya teks yang dimaksudkan untuk mengajak orang berfikir tentang kekuasaan Tuhan dengan memulai memikirkan bumi sehingga nanti dapat memikirkan langit. Bagaimanapun juga penciptaan langit dapat terjadi bersama dengan dua periode penciptaan bumi. Jadi tidak ada pertentangan antara paragraf yang dibicarakan dengan konsep dalam teks yang lain yang ada dalam Qur’an yakni teks yang mengatakan penciptaan alam itu terjadi dalam enam periode. Proses penciptaan alam semesta oleh Allah tidaklah fragmentaris dan parsial. CiptaanNya yang satu mempunyai hubungan dan kaitan sistematik dengan ciptaanNya yang lain dan merupakan kesatuan yang utuh dalam suatu sistem atau pranata yang besar. Universum yang eksak, kokoh, teratur, rapi dan diciptakan dan diciptakan Allah sesuai dengan keperluan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Air, tanah, udara, matahari, semuanya merupakan kehidupan manusia yang menjedi bukti kesengajaan penciptaan yang direncanakan secara sistematik dan tidak mungkin secara kebetulan. Kejadian alam semesta yang sistematik mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud, keesaan dan kebesaran Allah. Titik pusat alam semesta adalah manusia yag diciptakan dalam keadaan paling baik, karena itu kepada Allah menyerahkan tugas pengelolahan pembudayaan dan memakmurkan di bumi dan langit.

Mencegah dan Mengatasi Pencemaran
Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam mencegah terjadinya pencemaran dalam lingkungan hidup. Dalam pencegahan ini tidak hanya dilakukan secara lahiriyah saja melainkan juga dari kesadaran manusianya itu sendiri yang tidak lepas dari keimanan. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah dua kata umum, yang pertama mencakup segala perbuatan yang faedah dan barokahnya kembali kepada pribadi dan masyarakat serta di dalamnya tidak ada paksaan dan hal buruk lainnya. Segala larangan yang tersebut dalam Qur’an dan Sunnah adalah termasuk dalam pengertian kemungkaran. Seperti Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 114, Q.S. Al-A’raf ayat 119, Q.S. Luqman ayat 27 maka sudah jelas bahawa dalam pelaksanaan kewajiban itni terdapat kemaslahatan yang besar bagi kaum muslimin. Tidak boleh seorangpun menghindari kewajiban ini dan tidak boleh ada satu masyarakatpun yang tidak melaksanakannya, sebab dengan tidak terlaksananya tugas wajib ini maka seluruh masyarakat akan terjemus dalam kancah dosa, bencana maddi dan maknawi.

Dalam memperhatikan urusan-urusan umum yang ada hubungannya dengan masyarakat dan jama’ah yang tidak dijamin kebersihannya kecuali dengan gotong royong jama’ah yang memerlukan kepada baiknya penilaian tentang mana yang wajib dan mana yang tidak wajib, dan mana yang harus dan tidak harus, maka dengan memperhatikan itu semua bahwa kewajiban menyuruh ma’ruf dan melarang mungkar adalah termasuk yang menjadi tugas jama’ah, selain tugas pribadi dan negara.

Mengetahui bahwa proses-proses ekologi dapat menjadi terganggu jika dimasukkan kedalamnuya sesuatu benda yang asing baginya atau memasukkan benda yang tepat tapi dalam jumlah besar. Oleh karena itu jelaslah bahwa pengendalian polusi atau pencemaran melalui proses penyebaran bukan merupakan suatu pengendalian sama sekali, melainkan suatu usaha untuk mengulur waktu. Mengingat karena semua kerusakan atau pencemaran lingkungan di dunia ini di sebabkan karena tangan ulah tangan manusia, maka dalam pencegahan ini haruslah diingat hal-hal yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan hidup, diantaranya adalah : 
  • Penggundulan hutan secara liar yang dapat mengakibatkan banjir, erosi, tanah longsor dan sebagainya 
  • Membuang sampah sembarangan, limbah industri yang mengakibatkan pencemaran air, sumber penyakit dan dan dapat memusnahkan habitat hewani dan sebagainya 
  • Polusi udara menyebabkan menyebarnya penyakit bagi makhluk hidup 
  • Perbuatan maksiat yang dapat mengakibatkan penyakit sosial, dekadensi moral. 
Adapun untuk mengatasi pencemaran lingkungan hidup adalah dari kesadaran manusia itu sendiri. Hal-hal yang harus diketahui dalam mengatasi pencemaran tersebut diantaranya adalah : 
  • Tidak berlebihan dalam menebang hutan dan segera menggantikan dengan tumbuhan baru agar tidak mengurangi keseimbangan dan kelestarian dari fungsi tersebut. 
  • Memanfaatkan sampah dan limbah industri dengan manjadikannya bermanfaat. 
  • Mengurangi segala kegiatan yang dapat mencemari udara. 
  • Menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan mengembalikan pada ajaran agama (Islam). 
Manusia memiliki kemampuan mengubah lingkungan sehingga menimbulkan lingkungan fisik, biologis dan sosial. Hubungan timbal balik antara masing-masing lingkungan ini dengan manusia berbeda-beda sesuai dengan hukum yang berlaku dalam masing-masing lingkungan.

Sumber Daya Manusia Kunci Keberhasilan
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai kholifah Tuhan atau penggantiNya yang diperintahkan untuk mengurus segala sesuatu yang ada di bumi ini. Padahal pada manusialah Tuhan memberikan kekuasaan penuh untuk memakmurkannya dan pula untuk berbuat baik di permukannya, bukan untuk membinasakan atau merusaknya. Maka sekiranya manusia itu berlaku baik diseluruh penjuru bumi ini, diaturnya bagaimana cara memakmurkannya setepat-tepatnya, bagaimana cara mengolahnya sebagus-bagusnya, juga manakala manusia itu dengan kecakapan dan kecerdasan akal fikirannya dapat mengambil kebaikan-kebaikan serta hasil-hasil yang membawa kemanfaatan manusia itu sendiri, pandai pula mengeruk harta karun yang terdapat di dalamnya, disamping itu juga melalui jalan-jalan yang adil dan wajar dikala menjadi penghuni dunia ini, pula agar gemar menyebar-nyebarkan ilmu pengetahuan yang benar dikalangan seluruh lapisan penduduknya bahkan tidak pula menyeleweng dari tuntunan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Sebagai pencipta alam semesta, maka itulah manusia yang benar-benar berhak menjadi kholifah Tuhan diatas bumitersebut dan seluruh kendali dan kemudi semua pekerjaan diatas bumi akan diserahkan kepadanya secara bulat-bulat apakah itu dalam hal mengatur negara, perekonomian, pendidikan, perusahaan, pertukangan dan lain sebagainya.

Dalam alam semesta ini dan diantara sumber daya hayati, manusia sebagai faktor penentu kehidupansebagai kholifah Allah yang ditugaskan sebagai manajer sistem tunggal yang meliputi bumi dan yang tunduk dan taat kepada pengatur dan pencipta sistem, sebagaimana Firman Allah Q.S. Al-Israa’ ayat 70. Allah menciptakan manusia dengan satu tujuan tertentu ialah semata-mata hanya untuk mengabdi. Walaupun manusia ditetapkan Allah dalam posisi dan derajat yang lebih tinggi dari makhluk lainnya tetapi tidak berarti bahwa mereka memilih kekuasaan yang yanpa batas terhadap alam dan isinya. Flora dan Fauna juga makhluk hidup yang juga harus mendapatkan bagiannya dalam pemgolahan ekologik dari alam ini oleh manusia. Dalam mengelola sumber daya alam, manusia haruslah memenuhi kriteria sbb:
1. Memberi tempat wajar kepada makhluk lainnya dan juga terhadap sesama manusia di bumi
2. Tidak berlebih-lebihan atau bersifat kerakusan
3. Memelihara keseimbangan takaran yang telah ditentukan Allah
4. Menggunakan akal (yang menghasilkan ilmu untuk manfaat) dan rasa ( yang mencermikan keindahan, seni) yang bertujuan manusia kepada tauhid sebagai prinsipasas Islam)
5. Bersyukur.

Ketidaksempurnaan kriteria pengelolaan sumber daya alam oleh manusia sudah jelas akibatnya, yaitu kerusakan kehidupan dan lingkungan hidup. Sumber daya manusia mempunyai 2 aspek, aspek mutu dan aspek jumlah. Mutu manusia atau mutu penduduk ditentukan oleh pengaruh lingkungan yang membina dan mengembangkannya. Sikap hidup, tingkah laku, ketrampilan, kepandaian dibentuk oleh keadaan sekelilingnya dan usaha-usaha yang dikenankannya. Pendidikan latihan, penataran baik di sekolah maupun diluar sekolah sangat berperan dalam usaha mempertinggi kualitas manusia.

Pelestarian Yang Telah Dilakukan Manusia 
Sebagaimana diketahui bahwa pemanfaatan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup adalah tugas yang dibebankan kepada manusia sebagai kholifah di muka bumi ini. Selain manusia juga bertugas mengkulturkan nature maka manusia dalam waktu yang sama bertugas pula mengIslamkan kultur tersebut, agar kultur yang meliputi semua aspek kehidupan dan penghidupan manusia itu naik ke tingkat yang tinggi sesuai dengan derajat kemanusiaan itu sendiri. Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa Allah telah menggelarkan 2 macam ayat (tanda keagungan dan kekuasaan) yaitu: Ayat Kauniyah, yakni alam atau nature, yang dicoba manusia (dalam batas-batas kemampuannya yang serba terbatas) yang dirumuskan dalam ilmu pengetahuan. Ayat Qur’aniyah yaitu sabda-sabdaNya sebagaimana yang terkandung dalam Alqur’an. Jika keduanya dikaji maka dari pengertian keduanya ini saling menafsirkan satu sama lain. Penafsiran yang satu atas yang lainnya ini tidak pernah kontradiksi sebab keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah Ta’ala.

Dalam konsep lingkungan hidup, keanekaragaman yang tinggi adalah ciri kemantapan sistem, yakni apabila dalam sistem itu terdapat berbagai jenis makhluk hidup sebanyak yang dimungkinkan, maka keadaan sistem itu mantap, karena semua komponennya mengisi struktur yang ada dan fungsi masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kehidupan ini ini adalah sekumpulan perubahan-perubahan yang terjadi diantara komponen makhluk hidup dan benda mati. Perubahan itu berupa pertumbuhan yang senantiasa berbenturan dengan keterbatasan. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan sejumlah manusia dan mencukupi kebutuhan pokok dan dalam keadaan sejahtera. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berusaha menaikkan daya dukung lingkungannya untuk menjamin sebanyak mungkin kebutuhan hidup manusia yang juga semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebudayaan dan taraf hidupnya. Tetapi juga tetap dengan keterbatasan pada suatu daya dukung yang maksimal.

Ketahanan lingkungan yakni kekuatan yang mengatur agar suatu pertumbuhan hendaknya tidak melampaui batas atas daya dukung lingkungan. Proses ini akan berlangsung menurut dua konsep: yang pertama adalah Homeostatis yaitu bahwa sistem dalam kehidupan ini ada kecenderungan untuk melawan perubahan atau setidaknya ada usaha untuk berada dalam suatu keadaan yang seimbang. Konsep ini juga berjalan sejalan dengan asas stabilitas suatu ekosistem yang mengandung makna dinamika. Konsep kedua adalah Resilience (kelentingan) dimana suatu sistem akan memberikan tanggapan atas suatu gangguan, baik yang disengaja maupun tidak sesuai dengan keadaan kelentingan yang dimilikinya Walaupun sistem itu mengalami perubahan tetapi itu lebih berupa penyesuaian diri.

Pembangunan tidak lepas dari pelestarian lingkungan karena pembangunan merupakan bagian penting dari pengelolaanlingkungan hidup, tetapi karena pembangunan memang tidak dapat menjangkau semua segi lingkungan hidup maka harus diprioritaskan. Adapun pelestarian dalam pembangunan kehidupan yang telah dilaksanakan manusia, diantaranya adalah : 
  • Mengajarkan ilmu pengetahuan, baik melalaui pendidikan formal maupun non formal 
  • Mengalirkan sungai untuk kemaslahatan kehidupan masyarakat 
  • Menggali sumur dan menjamin penyediaan air bersih, termasuk mengexplorasi sumur minyak sebagai salah satu sumber daya yang mutlak dalam menunjang kelangsungan kehidupan ini 
  • Menanam tanaman yang produktif 
  • Membangun masjid 
  • Mewariskan mushaf dalam arti kata membuat karangan-karangan yang berguna yang dapat dimanfaatkan 
  • Keprihatinan terhadap generasi penerus yang pada dasarnya lemah disertai perintah untuk mempersiapkan generasi penerus yang mampu bekerja dengan lebih baik 
  • Melindungi satwa-satwa yang hampir punah dari habitatnya. 

Daftar Pustaka
  • Arifin, Bey, 1983,Samudera Al Fatah, PT Bina Ilmu,Surabaya.
  • Assegaf, Ahmad H. Ali, 1990, Manusia Dalam Alqur’an, R.M, Bekasi.
  • Abduh, Syekh Muhammad, 1979, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta.
  • Anshari, Saifudin, 1986, Kuliah Al-Islam , CV Rajawali, Jakarta.
  • Al-Bana, Hasan, 1986, Antara Smalam dan Hari Ini, PT Bungkul Indah, Surabaya.
  • Al-Ghalayini, Mustafa Syekh, 1976, Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur, CV Toha Putra, Semarang.
  • A. Hasjmy, 1974, Dustur Da’wah Menurut Alqur’an, Bulan Bintang, Jakarta.
  • Choliludin AS, 1982, Alqur’an-Hadist Jilid II, Amssko Indonesia, Jakarta.
  • Departemen Agama RI, 1985, Alqur’an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Alqur’an, Jakarta.
  • ----------------------------, 1983, Islam Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan Hidup, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Jakarta.
  • Djamil, Damanhuri, 1985, Kesatupaduan Manusia dan Alam, Pustaka, Bandung.
  • Eckholm, Erik, 1982, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit, Gramedia, Jakarta.
  • Said, Abdullah,1981,Rahasia Ketahanan Mental dan Mental dalam Islam.R.M,Bekasi.
  • Salim, Emil, 1984, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, Inti Idayu Press, Jakarta.
  • Ghofur, Abdul, Pedoman Penulisan Paper dan Skripsi Program S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Darul Ulum Jombang, Fakultas Ushuluddin Unversitas Darul Ulum, Jombang.
  • Ruslan, Prawiro, 1980, Ekonomi Sumber Daya, Alumi, Bandung.
  • Moqorribin, 1979, Matan Bidang Studi Alqur’an Tafsir Jilid I, Menara, Kudus.
  • --------------, 1979, Matan Bidang Studi Alqur’an Tafsir Jilid II, Menara, Kudus.
  • Poerwadarminta, 1979, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
  • Jawaid, Quamar, 1983, Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern, Pustaka, Bandung.

No comments:

Post a Comment