LINGKUNGAN HIDUP DALAM PANDANGAN ISLAM
Agama
sebagai sumber nilai, moralitas dan spiritual bagi masyarakat
pendukungnya, merupakan salah satu faktor strategis yang turut
mempengaruhi pandangan masyarakat tentang lingkungan hidup. Karena itu,
konsep-konsep dan ajaran agama pada gilirannya mempunyai arti penting
bagi penegembangan kesadaran kelestarian lingkungan hidup. Dalam kaitan
ini, Islam sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian masyarakat akan ikut
mempengaruhi konsep pandangan tentang lingkungan hidup.
Alam
dan kehidupan merupakan lingkungan hidup manusia dalam sistem alam
semesta. Dengan sistem nilai dan norma tertentu, manusia dapat merubah
alam menjadi suatu sumber kehidupan yang positif (manfaat) maupun
negatif (mudarat), yang lalu memiliki dampak pada nature. Dampak manfaat
akan membawa manusia pada kebahagiaan, kesejahteraan atau kemuliaan.
Sedang dampak mudarat bisa menyebabkan kehancuran kehidupan manusia
sendiri.
Dengan
sistem nilai dan norma Islam dapatlah mendekati dan membaca berbagai
aspek kehidupan dan lingkungan hidup serta dimensi alam semesta. Dengan
keterikatan sepenuhnya secara kuat terhadap sistem nilai ilahiyah maka
manusia tidak akan cenderung antroposentris, artinya bila ia melakukan
sesuatu untuk mempertahankan, memelihara, mengembangkan dan meningkatkan
kualitas hidupnya tidak hanya terarah kepada diri manusia sendiri.
Manusia yang demikian akan selalu mengingat (dzikir) Allah sambil
berdiri, duduk atau berbaring dan memikirkan (fikir) tentang penciptaan
langit dan bumi. Dan akhirnya ia menghayati rasa tanggung jawab terhadap
mutu kehidupan dan menyerahkan penilaiannya kepada Allah.
Lingkungan Hidup
Lingkungan
hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya sebagaimana Firman
Allah dalam Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 164ya “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi ; sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan .
Lingkungan
hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan, bukan
saja terhadap manusia, tetapi juga makhluk hidup lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Oleh karena seluruh isi alam diperuntukkan bagi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan manusia maka tumbuhan dan hewan yang dapat
mendukung kedua hal tersebut harus tetap terjaga kedalam fungsinya
sebagai pendukung kehidupan. Karena lingkungan mempunyai hubungan yang
sangat banyak dengan penghuni, banyak interaksi dan korelasinya. Maka
perlu diteliti dengan cermat untuk memperoleh pengetahuan lengkap
tentang kerumitan yang terdapat dalam lingkungan hidup, agar pengelolaan
lingkungan hidup dapat dilaksanakan setepat mungkin. Dapat
mempertahankan produktivitas, dapat menghindarkan perusakan, dapat
menjaga kelestarian demi generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan
hidup beserta aneka sumber dayanya.
Pengelolaan
lingkungan hidup adalah pemanfaatan dan peningkatan kualitas lingkungan
hidup yang dibebankan kepada manusia sebab Allah telah menciptakan
manusia dari bumi (tanah) dan menjadikan manusia sebagai pemakmurnya.
Amanat Allah yang di bebankan kepada manusia ialah memakmurkan bumi ini
dengan kemakmuran yang mencakup segala bidang, menegakkan masyarakat
insani yang sehat dan membina peradaban insani yang menyeluruh, mencakup
semua segi kehidupan sehingga dapat mewujudkan keadilan hukum ilahi di
bumi tanpa paksaan dan kekerasan, tapi dengan pelajaran dan kesadaran
sendiri.
Menyadari
manusia dicipta dan dibangun dari komponen-komponen tanah dan oleh
karena itu manusiapun bertanggung jawab sebagai pembangun, pemelihara
dan pemakmur tanah. Karena pembangunan itu sendiri adalah bagian penting
dari pengelolaan lingkungan menjangkau menjangkau semua segi lingkungan
hidup, oleh karenanya harus dipilih prioritas pembangunan yang secara
strategi mampu menjangkau sebanyak mungkin segi kehidupan.
Proses Kejadian Alam
Jika
kita menyelidiki kebanyakan terjemahan Qur’an maka kita akan mendapati
bahwa proses penciptaan berlangsung selama enam hari. Seperti firman
Allah dalam Q.S Al-A’Raaf ayat 54 “Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari…”. Sedikit sekali jumlah terjemah atau
tafsir Qur’an yang mengingatkan bahwa kata “hari” harus difahami sebagai
“periode”. Arti yang paling terpakai daripada “yaum” adalah “hari”,
tetapi kita harus lebih teliti karena yang dimaksudkan adalah terangnya
waktu siang dan bukan waktu antara terbenamnya matahari sampai
terbenamnya lagi. Kata jamak “ayyam” dapat berarti beberapa hari akan
tetapi juga dapat berarti waktu yang tak terbatas. Bahwa kata “yaum”
dapat berarti “periode” yang sangat berbeda dari “hari” telah menarik
perhatian ahli tafsir kuno yang tentu saja tidak mempunyai pengetahuan
tentang tahap-tahap terjadinya alam seperti yang kita miliki sekarang.
Maka Abus saud ahli tafsir abad XVI M. tidak dapat menggambarkan hari
yang ditetapkan oleh astronomi dalam hubungannya dengan berputarnya bumi
dan mengatakan bahwa untuk penciptaan alam diperlukan suatu pembagian
waktu, bukan dalam “hari” yang bisa kita pahami, akan tetapi dalam
“peristiwa-peristiwa” atau dalam bahasa arabnya “naubat”.
Firman
Allah dalam Q.S. fush Shilat ayat 9-12 “Katakanlah: Sesungguhnya
patutkah kamu fikir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu
adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam”
“Dan
Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya”
“Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa”, keduanya
menjawab: Kami datang dengan suka hati”. Empat ayat dari Surat Fush
Shilat tersebut menunjukkan beberapa aspek; bentuk gas pertama yakni
dari bahan samawi serta pembatasan secara simbolis bilangan langit
sampai tujuh. Percakapan antara Tuhan di satu pihak serta dengan langit
dan bumi di pihak lain adalah simbolis; maksudnya adalah untuk
menunjukkan bahwa setelah diciptakan Tuhan, langit-langit dan bumi
menyerah kepada perintah Tuhan.
Ada
orang yang yang mengatakan bahwa paragraf tersebut bertentangan dengan
ayat yang mengatakan bahwa penciptaan itu melalui enam periode. Dengan
menjumlahkan dua periode yang merupakan penciptaan bumi dan dan empat
periode untuk pembagian makanan kepada penduduknya, kita akan
mendapatkan delapan periode, dan hal ini merupakan kontradiksi dengan
enam periode diatas. Sesungguhnya teks yang dimaksudkan untuk mengajak
orang berfikir tentang kekuasaan Tuhan dengan memulai memikirkan bumi
sehingga nanti dapat memikirkan langit. Bagaimanapun juga penciptaan
langit dapat terjadi bersama dengan dua periode penciptaan bumi. Jadi
tidak ada pertentangan antara paragraf yang dibicarakan dengan konsep
dalam teks yang lain yang ada dalam Qur’an yakni teks yang mengatakan
penciptaan alam itu terjadi dalam enam periode. Proses penciptaan alam
semesta oleh Allah tidaklah fragmentaris dan parsial. CiptaanNya yang
satu mempunyai hubungan dan kaitan sistematik dengan ciptaanNya yang
lain dan merupakan kesatuan yang utuh dalam suatu sistem atau pranata
yang besar. Universum yang eksak, kokoh, teratur, rapi dan diciptakan
dan diciptakan Allah sesuai dengan keperluan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya. Air, tanah, udara, matahari, semuanya merupakan kehidupan
manusia yang menjedi bukti kesengajaan penciptaan yang direncanakan
secara sistematik dan tidak mungkin secara kebetulan. Kejadian alam
semesta yang sistematik mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud,
keesaan dan kebesaran Allah. Titik pusat alam semesta adalah manusia
yag diciptakan dalam keadaan paling baik, karena itu kepada Allah
menyerahkan tugas pengelolahan pembudayaan dan memakmurkan di bumi dan
langit.
Mencegah dan Mengatasi Pencemaran
Ada
beberapa hal yang harus diketahui dalam mencegah terjadinya pencemaran
dalam lingkungan hidup. Dalam pencegahan ini tidak hanya dilakukan
secara lahiriyah saja melainkan juga dari kesadaran manusianya itu
sendiri yang tidak lepas dari keimanan. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah
dua kata umum, yang pertama mencakup segala perbuatan yang faedah dan
barokahnya kembali kepada pribadi dan masyarakat serta di dalamnya tidak
ada paksaan dan hal buruk lainnya. Segala larangan yang tersebut dalam
Qur’an dan Sunnah adalah termasuk dalam pengertian kemungkaran. Seperti
Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 114, Q.S. Al-A’raf ayat 119, Q.S.
Luqman ayat 27 maka sudah jelas bahawa dalam pelaksanaan kewajiban itni
terdapat kemaslahatan yang besar bagi kaum muslimin. Tidak boleh
seorangpun menghindari kewajiban ini dan tidak boleh ada satu
masyarakatpun yang tidak melaksanakannya, sebab dengan tidak
terlaksananya tugas wajib ini maka seluruh masyarakat akan terjemus
dalam kancah dosa, bencana maddi dan maknawi.
Dalam
memperhatikan urusan-urusan umum yang ada hubungannya dengan masyarakat
dan jama’ah yang tidak dijamin kebersihannya kecuali dengan gotong
royong jama’ah yang memerlukan kepada baiknya penilaian tentang mana
yang wajib dan mana yang tidak wajib, dan mana yang harus dan tidak
harus, maka dengan memperhatikan itu semua bahwa kewajiban menyuruh
ma’ruf dan melarang mungkar adalah termasuk yang menjadi tugas jama’ah,
selain tugas pribadi dan negara.
Mengetahui
bahwa proses-proses ekologi dapat menjadi terganggu jika dimasukkan
kedalamnuya sesuatu benda yang asing baginya atau memasukkan benda yang
tepat tapi dalam jumlah besar. Oleh karena itu jelaslah bahwa
pengendalian polusi atau pencemaran melalui proses penyebaran bukan
merupakan suatu pengendalian sama sekali, melainkan suatu usaha untuk
mengulur waktu. Mengingat karena semua kerusakan atau pencemaran
lingkungan di dunia ini di sebabkan karena tangan ulah tangan manusia,
maka dalam pencegahan ini haruslah diingat hal-hal yang berhubungan
dengan pencemaran lingkungan hidup, diantaranya adalah :
- Penggundulan hutan secara liar yang dapat mengakibatkan banjir, erosi, tanah longsor dan sebagainya
- Membuang sampah sembarangan, limbah industri yang mengakibatkan pencemaran air, sumber penyakit dan dan dapat memusnahkan habitat hewani dan sebagainya
- Polusi udara menyebabkan menyebarnya penyakit bagi makhluk hidup
- Perbuatan maksiat yang dapat mengakibatkan penyakit sosial, dekadensi moral.
Adapun
untuk mengatasi pencemaran lingkungan hidup adalah dari kesadaran
manusia itu sendiri. Hal-hal yang harus diketahui dalam mengatasi
pencemaran tersebut diantaranya adalah :
- Tidak berlebihan dalam menebang hutan dan segera menggantikan dengan tumbuhan baru agar tidak mengurangi keseimbangan dan kelestarian dari fungsi tersebut.
- Memanfaatkan sampah dan limbah industri dengan manjadikannya bermanfaat.
- Mengurangi segala kegiatan yang dapat mencemari udara.
- Menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan mengembalikan pada ajaran agama (Islam).
Manusia
memiliki kemampuan mengubah lingkungan sehingga menimbulkan lingkungan
fisik, biologis dan sosial. Hubungan timbal balik antara masing-masing
lingkungan ini dengan manusia berbeda-beda sesuai dengan hukum yang
berlaku dalam masing-masing lingkungan.
Sumber Daya Manusia Kunci Keberhasilan
Sebagaimana
diketahui bahwa manusia adalah sebagai kholifah Tuhan atau penggantiNya
yang diperintahkan untuk mengurus segala sesuatu yang ada di bumi ini.
Padahal pada manusialah Tuhan memberikan kekuasaan penuh untuk
memakmurkannya dan pula untuk berbuat baik di permukannya, bukan untuk
membinasakan atau merusaknya. Maka sekiranya manusia itu berlaku baik
diseluruh penjuru bumi ini, diaturnya bagaimana cara memakmurkannya
setepat-tepatnya, bagaimana cara mengolahnya sebagus-bagusnya, juga
manakala manusia itu dengan kecakapan dan kecerdasan akal fikirannya
dapat mengambil kebaikan-kebaikan serta hasil-hasil yang membawa
kemanfaatan manusia itu sendiri, pandai pula mengeruk harta karun yang
terdapat di dalamnya, disamping itu juga melalui jalan-jalan yang adil
dan wajar dikala menjadi penghuni dunia ini, pula agar gemar
menyebar-nyebarkan ilmu pengetahuan yang benar dikalangan seluruh
lapisan penduduknya bahkan tidak pula menyeleweng dari tuntunan yang
telah digariskan oleh Allah SWT. Sebagai pencipta alam semesta, maka
itulah manusia yang benar-benar berhak menjadi kholifah Tuhan diatas
bumitersebut dan seluruh kendali dan kemudi semua pekerjaan diatas bumi
akan diserahkan kepadanya secara bulat-bulat apakah itu dalam hal
mengatur negara, perekonomian, pendidikan, perusahaan, pertukangan dan
lain sebagainya.
Dalam
alam semesta ini dan diantara sumber daya hayati, manusia sebagai
faktor penentu kehidupansebagai kholifah Allah yang ditugaskan sebagai
manajer sistem tunggal yang meliputi bumi dan yang tunduk dan taat
kepada pengatur dan pencipta sistem, sebagaimana Firman Allah Q.S.
Al-Israa’ ayat 70. Allah menciptakan manusia dengan satu tujuan tertentu
ialah semata-mata hanya untuk mengabdi. Walaupun manusia ditetapkan
Allah dalam posisi dan derajat yang lebih tinggi dari makhluk lainnya
tetapi tidak berarti bahwa mereka memilih kekuasaan yang yanpa batas
terhadap alam dan isinya. Flora dan Fauna juga makhluk hidup yang juga
harus mendapatkan bagiannya dalam pemgolahan ekologik dari alam ini oleh
manusia. Dalam mengelola sumber daya alam, manusia haruslah memenuhi
kriteria sbb:
1. Memberi tempat wajar kepada makhluk lainnya dan juga terhadap sesama manusia di bumi
2. Tidak berlebih-lebihan atau bersifat kerakusan
3. Memelihara keseimbangan takaran yang telah ditentukan Allah
4.
Menggunakan akal (yang menghasilkan ilmu untuk manfaat) dan rasa ( yang
mencermikan keindahan, seni) yang bertujuan manusia kepada tauhid
sebagai prinsipasas Islam)
5. Bersyukur.
Ketidaksempurnaan
kriteria pengelolaan sumber daya alam oleh manusia sudah jelas
akibatnya, yaitu kerusakan kehidupan dan lingkungan hidup. Sumber daya
manusia mempunyai 2 aspek, aspek mutu dan aspek jumlah. Mutu manusia
atau mutu penduduk ditentukan oleh pengaruh lingkungan yang membina dan
mengembangkannya. Sikap hidup, tingkah laku, ketrampilan, kepandaian
dibentuk oleh keadaan sekelilingnya dan usaha-usaha yang dikenankannya.
Pendidikan latihan, penataran baik di sekolah maupun diluar sekolah
sangat berperan dalam usaha mempertinggi kualitas manusia.
Pelestarian Yang Telah Dilakukan Manusia
Sebagaimana
diketahui bahwa pemanfaatan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup
adalah tugas yang dibebankan kepada manusia sebagai kholifah di muka
bumi ini. Selain manusia juga bertugas mengkulturkan nature maka manusia
dalam waktu yang sama bertugas pula mengIslamkan kultur tersebut, agar
kultur yang meliputi semua aspek kehidupan dan penghidupan manusia itu
naik ke tingkat yang tinggi sesuai dengan derajat kemanusiaan itu
sendiri. Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa Allah telah menggelarkan
2 macam ayat (tanda keagungan dan kekuasaan) yaitu: Ayat Kauniyah,
yakni alam atau nature, yang dicoba manusia (dalam batas-batas
kemampuannya yang serba terbatas) yang dirumuskan dalam ilmu
pengetahuan. Ayat Qur’aniyah yaitu sabda-sabdaNya sebagaimana yang
terkandung dalam Alqur’an. Jika keduanya dikaji maka dari pengertian
keduanya ini saling menafsirkan satu sama lain. Penafsiran yang satu
atas yang lainnya ini tidak pernah kontradiksi sebab keduanya berasal
dari sumber yang sama yaitu Allah Ta’ala.
Dalam
konsep lingkungan hidup, keanekaragaman yang tinggi adalah ciri
kemantapan sistem, yakni apabila dalam sistem itu terdapat berbagai
jenis makhluk hidup sebanyak yang dimungkinkan, maka keadaan sistem itu
mantap, karena semua komponennya mengisi struktur yang ada dan fungsi
masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kehidupan ini ini adalah sekumpulan
perubahan-perubahan yang terjadi diantara komponen makhluk hidup dan
benda mati. Perubahan itu berupa pertumbuhan yang senantiasa berbenturan
dengan keterbatasan. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan sejumlah manusia dan mencukupi kebutuhan
pokok dan dalam keadaan sejahtera. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia berusaha menaikkan daya dukung lingkungannya untuk menjamin
sebanyak mungkin kebutuhan hidup manusia yang juga semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya kebudayaan dan taraf hidupnya. Tetapi juga
tetap dengan keterbatasan pada suatu daya dukung yang maksimal.
Ketahanan
lingkungan yakni kekuatan yang mengatur agar suatu pertumbuhan
hendaknya tidak melampaui batas atas daya dukung lingkungan. Proses ini
akan berlangsung menurut dua konsep: yang pertama adalah Homeostatis
yaitu bahwa sistem dalam kehidupan ini ada kecenderungan untuk melawan
perubahan atau setidaknya ada usaha untuk berada dalam suatu keadaan
yang seimbang. Konsep ini juga berjalan sejalan dengan asas stabilitas
suatu ekosistem yang mengandung makna dinamika. Konsep kedua adalah
Resilience (kelentingan) dimana suatu sistem akan memberikan tanggapan
atas suatu gangguan, baik yang disengaja maupun tidak sesuai dengan
keadaan kelentingan yang dimilikinya Walaupun sistem itu mengalami
perubahan tetapi itu lebih berupa penyesuaian diri.
Pembangunan
tidak lepas dari pelestarian lingkungan karena pembangunan merupakan
bagian penting dari pengelolaanlingkungan hidup, tetapi karena
pembangunan memang tidak dapat menjangkau semua segi lingkungan hidup
maka harus diprioritaskan. Adapun pelestarian dalam pembangunan
kehidupan yang telah dilaksanakan manusia, diantaranya adalah :
- Mengajarkan ilmu pengetahuan, baik melalaui pendidikan formal maupun non formal
- Mengalirkan sungai untuk kemaslahatan kehidupan masyarakat
- Menggali sumur dan menjamin penyediaan air bersih, termasuk mengexplorasi sumur minyak sebagai salah satu sumber daya yang mutlak dalam menunjang kelangsungan kehidupan ini
- Menanam tanaman yang produktif
- Membangun masjid
- Mewariskan mushaf dalam arti kata membuat karangan-karangan yang berguna yang dapat dimanfaatkan
- Keprihatinan terhadap generasi penerus yang pada dasarnya lemah disertai perintah untuk mempersiapkan generasi penerus yang mampu bekerja dengan lebih baik
- Melindungi satwa-satwa yang hampir punah dari habitatnya.
Daftar Pustaka
- Arifin, Bey, 1983,Samudera Al Fatah, PT Bina Ilmu,Surabaya.
- Assegaf, Ahmad H. Ali, 1990, Manusia Dalam Alqur’an, R.M, Bekasi.
- Abduh, Syekh Muhammad, 1979, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta.
- Anshari, Saifudin, 1986, Kuliah Al-Islam , CV Rajawali, Jakarta.
- Al-Bana, Hasan, 1986, Antara Smalam dan Hari Ini, PT Bungkul Indah, Surabaya.
- Al-Ghalayini, Mustafa Syekh, 1976, Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur, CV Toha Putra, Semarang.
- A. Hasjmy, 1974, Dustur Da’wah Menurut Alqur’an, Bulan Bintang, Jakarta.
- Choliludin AS, 1982, Alqur’an-Hadist Jilid II, Amssko Indonesia, Jakarta.
- Departemen Agama RI, 1985, Alqur’an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Alqur’an, Jakarta.
- ----------------------------, 1983, Islam Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan Hidup, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Jakarta.
- Djamil, Damanhuri, 1985, Kesatupaduan Manusia dan Alam, Pustaka, Bandung.
- Eckholm, Erik, 1982, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit, Gramedia, Jakarta.
- Said, Abdullah,1981,Rahasia Ketahanan Mental dan Mental dalam Islam.R.M,Bekasi.
- Salim, Emil, 1984, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, Inti Idayu Press, Jakarta.
- Ghofur, Abdul, Pedoman Penulisan Paper dan Skripsi Program S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Darul Ulum Jombang, Fakultas Ushuluddin Unversitas Darul Ulum, Jombang.
- Ruslan, Prawiro, 1980, Ekonomi Sumber Daya, Alumi, Bandung.
- Moqorribin, 1979, Matan Bidang Studi Alqur’an Tafsir Jilid I, Menara, Kudus.
- --------------, 1979, Matan Bidang Studi Alqur’an Tafsir Jilid II, Menara, Kudus.
- Poerwadarminta, 1979, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
- Jawaid, Quamar, 1983, Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern, Pustaka, Bandung.
No comments:
Post a Comment