Monday 27 February 2017

Pengertian Sistem Proses Informasi Manajemen Menurut Para Ahli

Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi didalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Definisi sistem informasi manajemen menurut pendapat Robert W. Holmes dalam Onong Uchjana Effendy dengan buku Sistem Informasi Manajemen (1989:112), bahwa:

Sistem informasi Manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh manajemen guna merencanakan, mengawasi, dan menilai aktivitas organisasi. Dirancangnya itu didalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan, dan pengawasan pada semua tahap.

Peneliti mengemukakan pendapat Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:68), yang mengemukakan pengertian Sistem Informasi Manajemen, yaitu :

Sistem Informasi Manajemen merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan saat melaksanakan fungsinya.

Pendapat lain tentang Sistem Informasi Manajemen yang ditulis oleh Jogianto Hartono dalam bukunya Pengenalan Komputer (2000:700), sebagai berikut :

Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkat manajemen didalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.

Sesuai dengan makna istilahnya, Sistem Informasi Manajemen harus ditinjau dengan pendekatan sistem. Ini berarti bahwa manajemen itu sendiri dimana proses informasi berlangsung harus dilihatnya sebagai sistem, dalam hal ini sebagai total system. Dengan mengatakan manajemen sebagai total system, maka Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu sub sistem dari sekian banyak sub sistem yang tercakup oleh total system tersebut.

Pada dasarnya sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: menerima data sebagai masukan, kemudian memprosesnya dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur-unsur data dan akhirnya dapat diperoleh informasi yang diperlukan sebagai keluaran. Prinsip tersebut berlaku baik bagi sistem informasi manual maupun sistem informasi modern dengan penggunaan perangkat komputer. Sebuah sistem sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.1 :

DATA INFORMASI
Jadi pada dasarnya sebuah Sistem Informasi Manajemen adalah menerima dan memproses data untuk kemudian mengubahnya menjadi informasi yang berguna bagi para pengguna informasi dalam tingkatan manajemen.

Sistem informasi manajemen yang efektif menurut Raymond Coleman dalam Moekijat dengan buku Pengantar Sistem Informasi Manajemen (1991:40), yaitu sebagai berikut:

Sistem informasi manajemen yang efektif adalah bahwa sistem tersebut dapat memberikan data yang cermat, tepat waktu, dan yang penting artinya bagi perencanaan, analisis, dan pengendalian manajemen untuk mengoptimalkan pertumbuhan organisasi.

George M. Scott yang diterjemahkan oleh Achmad Nashir Budiman dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen (2001:100), mengemukakan sebagai berikut:

Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Masih dalam bukunya yang sama George M. Scoot (2001:69) memberikan pendapat yang lain mengenai sistem informasi manajemen sebagai berikut:

Sistem Informasi Manajemen adalah sekumpulan sistem informasi yang saling berinteraksi, yang memberikan informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.

Definisi lain mengenai Sistem Informasi Manajemen dikemukakan oleh Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:19), yaitu :

Sistem Informasi Manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan sub sistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasioanal, manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.

Memperjelas pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen peneliti akan mengemukakan indikator-indikator yaitu sifat-sifat sistem informasi manajemen menurut George M. Scott yang dikutip oleh Achmad Nashir Budiman dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen (2001:100), maka sifat Sistem Informasi Manajemen dapat digarisbawahi sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Menyeluruh
Kata “manajemen” dalam SIM adalah serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemroses transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi para manajer dibeberapa tingkatan. Sebuah SIM melingkupi sistem informasi formal maupun informal, baik yang manual maupun yang berkomputer; termasuk juga Sistem Informasi Proyek, Sistem Informasi Perkantoran, Sistem Informasi Intelejen, Sistem Informasi Peramalan, Sistem Penopang Keputusan, dan berbagai model komputer yang memproses data bisnis, serta berbagai Sistem Informasi Khusus atau yang terstruktur. Sebagai penyeimbang, mungkin komponen yang terpenting dalam Sistem Informasi Manajemen adalah manajer, yang pikirannya akan memproses dan menyebarluaskan informasi serta berinteraksi dengan elemen-elemen lain dari Sistem Informasi Manajemen

2. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Terkoordinasi
Komponen sebuah SIM biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat organisasi; ada berbagai departemen pengguna, departemen pemroses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah, bahkan yang lain-lainnya mungkin memiliki hak atas bagian tertentu dari sistem informasi manajemen. Bagaimanapun juga, sebuah sistem informasi manajemen dikoordinasi secara terpusat untuk menjamin bahwa data yang diproses, otomatisasi perkantoran, maupun data intelejen, dan juga komponen-komponen yang lainnya, dikembangkan dan dioperasikan dengan cara terencana dan terkoordinasi; semuanya untuk menjamin bahwa informasi melewati dan menuju sub sistem yang diperlukan; serta menjamin bahwa sistem informasi bekerja secara efisien. Fungsi koordinasi ini biasanya dilakukan oleh komisi pengarah yang terpisah atau oleh bagian pengolah data atau oleh manajer pengelola data.

3. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki Sub-sistem Informasi
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem, atau sistem komponen setengah terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan sistem yang terpadu. Masing-masing dari sub-sistem menyumbang tercapainya sasaran sistem informasi manajemen dan organisasi. Sebagian dari sistem berperan hanya dalam satu kegiatan atau satu lapis organisasi saja, sementara yang lainnya berperan serba-lapis (mulit-level) atau melaksanakan kegiatan berganda (multiple activities). Struktur keseluruhan dari sistem berganda harus disusun secara cermat dan ditetapkan sebagai bagian dari rencana sistem jangka panjang.

4. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Terintegrasi Secara Rasional
Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi-terpisah) adalah terpadu sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data diantara sistem-sistem tersebut. Program komputer dan file dapat dirancang untuk menangani arus data diantara sistem, dan prosedur manual dapat digunakan untuk melaksanakan integrasi tersebut.

Sementara integrasi membuat pemrosesan informasi menjadi efisien dengan cara mengurangi pemrosesan antara (intermediate processing) dan peristiwa pemrosesan data yang sama oleh berbagai departemen, dan keuntungan yang menonjol adalah memberikan informasi lebih singkat, lengkap, dan relevan. Manajer senior, khususnya, akan dapat mengambil manfaat dari sistem integrasi karena mereka memerlukan informasi saling-fungsional. Walau integrasi total dari sub-sistem tidak akan tercapai namun demikian sampai derajat tertentu integrasi diperlukan untuk suatu sistem informasi manajemen yang efektif.

5. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data kedalam Informasi dengan Berbagai Cara
Apabila data diolah dan berguna bagi manajer tertentu untuk tujuan tertentu, maka ia menjadi informasi. Ada berbagai cara dimana data harus ditransformasikan kedalam sebuah sistem informasi. Misalnya, data biaya untuk organisasi tertentu mungkin dapat diringkaskan dalam biaya keseluruhan, biaya variable, dan biaya standar untuk masing-masing organisasi, baik untuk masing-masing jenis biaya, jenis konsumen, dan jalur produk (product-line).

Berbagai cara dimana sistem informasi manajemen harus mentransformasikan data kedalam sistem informasi ditentukan oleh sifat personil organisasi, sifat tugas kemana informasi ditujukan, dan pengharapan dari penerima eksternal atas informasi.

6. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas. SIM mampu melaksanakan tugas rutin seperti penyimpanan dokumen dengan efisien, ia mampu memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal dan individu, dan ia juga mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal dan ancaman eksternal. Disamping juga mampu mengingatkan adanya berbagai kesempatan, membantu proses manajemen yang normal, serta mampu meningkatkan kemampuan manajer untuk mengatasi masalah-masalah tak terduga.

7. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer
Suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang diberikan oleh para manajer. Pada tingkat senior dalam organisasi, secara cermat sistem informasi manajemen dijalin dengan cita rasa pribadi para manajer, dan akan dijalin-kembali (retailored) dengan cita rasa masing-masing manajer baru apabila yang lama berhenti. Pada lapis organisasi terendah, sistem informasi manajemen dijalin dengan cita rasa biasa dimana para tenaga administratif dan personil operasi akan menggunakan informasi dan berinteraksi dengan sistem informasi.

Untuk manajer madya, sistem informasi dijalin untuk sifat umum manajer seperti yang dibahas pada bab sebelumnya. Untuk profesional dan personil teknis, sistem informasi dijain agar sesuai dengan sifat tugas khusus, tetapi juga dengan tetap memperimbangkan cara pikir para spesialis memproses informasi.

Para perancang apabila akan mengembangkan sistem informasi manajemen hendaknya mampu mempertimbangkan faktor manusiawi dengan cermat. Apabila tidak demikian, maka sistem yang dihasilkan tidak efektif atau akan disisihkan oleh penggunanya.

8. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan
Sebuah sistem informasi manajemen harus dirancang agar sesuai dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan ketepatan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ketugas lainnya, dan dari satu lapis kelapis lainnya didalam organisasi. Terhadap kecepatan, untuk beberapa tugas tertentu data yang diperlukan harus dicari selama waktu yang panjang dan kemudian ditransformasikan sehingga menjadi informasi yang diperlukan manajer baik secara periodis ataupun pada selang waktu tak-teratur, sedangkan untuk tugas lain mungkin diperlukan dengan selang waktu teratur, tetapi karena panjangnya periode tunda (grace periode) memungkinkan untuk dilaporkan setelah selesainya akhir suatu periode. Untuk tugas yang lain lagi, mungkin informasi diperlukan secepat mungkin segera selesai berakhirnya periode, dan untuk kebanyakan tugas informasi harus diperoleh selama periode berlangsungnya transaksi.

Pada dasarnya sebuah sistem informasi manajemen menerima dan memproses data untuk kemudian mengubahnya menjadi informasi yang berguna bagi para pengguna informasi dalam tingkatan manajemen.

Untuk memperjelas pelaksanaan dari sistem informasi manajemen diperlukan beberapa indikator dari sistem informasi manajemen. Adapun indikator-indikator dari sistem informasi manajemen yang dikemukakan oleh Gordon B. Davis dalam buku yang berjudul Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I (1995:57), yaitu:
1. Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak memberikan arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut.

2. Manusia sebagai pengolah informasi
Peranan manusia disini sangat besar yaitu untuk menciptakan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, dan lengkap. Baik buruknya informasi yang dihasilkan tergantung dari profesionalitas dari manusia itu sendiri.

3. Konsep sistem
Sistem adalah suatu bentuk kerjasama yang harmonis antara bagian/komponen/sub sistem yang saling berhubungan satu dengan bagian/komponen/sub sistem lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu sistem tidaklah berdiri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan intern maupun lingkungan ekstern.

4. Konsep organisasi dan manajemen
Organisasi tidak bisa lepas dari kegiatan manajemen dan begitu pula sebaliknya karena keduanya mempunyai hubungan yang begitu erat dan kuat.

5. Konsep pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.

6. Nilai informasi
Informasi dapat mengubah sebuah keputusan. Perubahan dalam nilai hasil akan menentukan informasi. Bahwa suatu informasi itu harus dapat menjadi ukuran yang tepat, yang nantinya dapat memberikan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.

Pengertian Kinerja Pegawai
Usaha untuk mendapatkan kinerja pegawai yang optimal, seorang pimpinan tidak cukup hanya dengan meyakinkan bahwa pegawai bersangkutan mempunyai pengetahuan dan keterampilan, tetapi disamping itu seorang pimpinan juga harus dapat memahami motivasi kerja pegawai, mendorong dan mengarahkan potensi-potensi yang ada serta memahami hal-hal yang dapat melahirkan kepuasan kerja. Untuk itu diperlukan pendekatan yang relevan dan pembinaan-pembinaan secara lebih manusiawi.

Temuan dari beberapa literatur selain istilah job performance, ada pula istilah yang mempunyai arti yang sama, seperti performance, penampilan kerja, kinerja, pencapaian kerja, prestasi kerja. Karena adanya beberapa istilah yang digunakan, maka definisi kinerjapun beragam, tetapi secara garis besarnya pengertian kinerja dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan proses, dan pendekatan hasil. Pendekatan proses beranggapan bahwa kinerja dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan proses dan pendekatan hasil.

Berkaitan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai maka peneliti akan mengemukakan terlebih dahulu tentang pengertian kinerja menurut Roger Dawson yang dikutip oleh Haris Munandar dalam buku 13 Rahasia Kinerja Kekuatan (1997:69), adalah sebagai berukut: Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan tentang kemampuan kerja pegawai sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.

Menurut pendapat August W. Smith yang dikutip oleh Sedarmayanti dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (2001:50), menyatakan : “output drive from processes, human or otherwise” (kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses).

Menurut Moch. As’ad dalam buku Psikologi Industri (1989:48), menyatakan bahwa: Kinerja adalah kesuksesan seseorang (pegawai) didalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Hasil kerja yang hendak dicapai oleh suatu organisasi tidak terlepas dari seberapa ukuran hasil kerja (kinerja) itu sendiri dapat dilaksanakan secara optimal. Didalam hal ini ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan kriteria kinerja atau faktor-faktor yang dijadikan ukuran suatu kinerja.

Peneliti selanjutnya akan mengemukakan definisi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangku Negara dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (2002:67), adalah :

Kinerja Pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Henry Simamorang dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1995:325), menyatakan bahwa Kinerja adalah tingkat dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Kinerja pegawai menurut Sjahrudin Rasul dalam buku Pengukuran Kinerja Suatu Tinjauan Pada Instansi Pemerintah (2000:9), adalah :

Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis.

Menurut Bernandin & Russell yang dikutip oleh Faustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1997:135), sebagai berikut:

Performansi sebagai “…the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode” (catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode tertentu).

Berikut pendapat Whittaker dan Simons yang dikutip LAN RI dalam buku Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah (2000:5), menjelaskan bahwa definisi kinerja pegawai mengandung pengertian:

Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme untuk memberikan penghargaan/hukum (reward/punisment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.

Terlepas dari jenis sektor atau spesialisasinya, setiap organisasi biasanya cenderung untuk tertarik pada aspek-aspek pengukuran kinerja, seperti yang dikemukakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam buku Pengukuran Kinerja Pegawai Pemerintah (2000:7), sebagai berikut :
  1. Aspek finansial
  2. Kepuasan pelanggan
  3. Operasi bisnis internal
  4. Kepuasan pegawai
  5. Kepuasan komunitas dan stakeholders
  6. Waktu.
Menurut pendapat pendapat Husein Umar dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (2003:266), mengemukakan ukuran kinerja pegawai, sebagai berikut :
  1. Mutu kerja
  2. Kejujuran pegawai
  3. Inisiatif 
  4. Kehadiran
  5. Sikap
  6. Keandalan
  7. Kerjasama
  8. Pengetahuan tentang pekerjaan
  9. Tanggung jawab
  10. Ketepatan waktu
Alat ukur tersebut diatas, dapat peneliti jelaskan, sebagai berikut :
1. Mutu kerja
Mutu yang harus dihasilkan baik atau tidaknya melibatkan perhitungan dari keluaran dan proses atau pelaksanaan kegiatan dari pegawai terutama dalam kaitannya dengan keluaran (output).

2. Kejujuran pegawai
Merupakan ketulusan hati dari seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan mampu untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan.

3. Inisiatif
Kemampuan untuk bertindak tidak bergantung kepada orang lain dan mampu mengembangkan serangkaian kegiatan serta dapat menemukan cara-cara yang baru atau mampu berinovasi.

4. Kehadiran
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pegawai dalam setiap pekerjaan dimana kehadiran merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai.

5. Sikap
Suatu kesediaan untuk bereaksi didalam menghadapi suatu situasi atau keadaan tertentu secara normal.

6. Keandalan
Total dari semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.

7. Kerjasama
Kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kesediaan pegawai dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan pegawai lain secara vertikal dan horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan meningkat.

8. Pengetahuan tentang pekerjaan
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap pegawai dalam melaksanakan suatu pekerjaan sehingga dapat berjalan secara efiktif dan efisien.

9. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan dari seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

10. Ketepatan waktu
Pengukuran ketepatan waktu ialah jenis khusus dari pengukuran kuantitatif untuk menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan. 

Istilah lain untuk penilaian kinerja yaitu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran.

Ciri-ciri utama organisasi berkinerja tinggi menurut pendapat Sondang P. Siagian dalam buku Manajemen Stratejik (2002:27), antara lain :

Pertama : organisasi berkinerja tinggi mempunyai arah yang jelas untuk ditempuhnya. Arah terebut tercermin pada visi yang dimiliki oleh para manajer dalam organisasi tentang mau kemana organisasi mau dibawa dimasa depan.

Kedua : manajemen yang berhasil menjadikan organisasi berkinerja tinggi selalu berupaya agar dalam organisasi tersedia tenaga-tenaga berpengetahuan dan ketrampilan tinggi disertai oleh semangat kewirausahaan.

Ketiga : pada organisasi berkinerja tinggi, para manajernya membuat komitmen kuat pada suatu rencana aksi stratejik, yaitu rencana aksi yang diharapkan membuahkan keuntungan finansial yang memuaskan dan yang menempatkan organisasi pada posisi bersaing yang dapat diandalkan.

Keempat : orientasi organisasi berkinerja adalah “hasil” dan memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya efektifitas yang meningkat.

Kelima : adanya komitmen yang mendalam pada strategi yang telah ditentukan dan berupaya agar strategi tersebut membuahkan hasil yang diharapkan.

Mengamati pendapat beberapa para ahli diatas, bahwa kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang didalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas dan hasil produksi. Namun yang menjadi masalah pada saat ini yaitu apa yang menjadi alat ukur dari suatu kinerja pegawai itu sendiri. Berikut ini dimensi-dimensi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Faoustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:142), adalah sebagai berikut:
  1. Kuantitas kerja (quantity of work); jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan
  2. Kualitas kerja (quality of work); kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya
  3. Pengetahuan tentang pekerjaan (job knowledge); luasnya pengetahuan mengenai keterampilan dan pekerjaannya
  4. Kreativitas (creativeness); keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesiakan persoalan-persoalan yang timbul
  5. Kerjasama (cooperation); kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama anggota organisasi)
  6. Bisa diandalkan (dependability); kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesian kerja
  7. Inisiatif (initiative); semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya
  8. Kualitas pegawai (personal qualities); menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi
Hubungan Sistem Informasi Manajemen dengan Kinerja Pegawai
Penerapan Sistem Informasi Manajemen sebagai upaya mengelola salah satu sumber daya yang dimiliki organisasi yaitu informasi diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam menjalankan tugas organisasi. Nilai tambah ini diharapkan dapat berguna membantu organisasi dengan dicirikan tercapainya tujuan secara efektif.

Dikatakan diatas kinerja merupakan suatu catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu. Untuk mewujudkannya memerlukan dukungan dari berbagai faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.

Keterkaitan sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai menyangkut berbagai aspek, keberadaan tiap level manajemen serta anggota organisasi dengan alat-alat yang telah tersedia menjadi suatu efektivitas pelaksanaan kegiatan yang menyentuh tugas dan fungsi organisasi.

Dasar teoritis kerangka sistem informasi manajemen adalah sekumpulan sistem informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.

Kinerja Pegawai berarti hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan. Kinerja merupakan hasil yang diperoleh Pegawai berdasarkan kualitas atau mutu pekerjaan : sebaik apa yang harus dikerjakan, kriteria ini mengukur baik tidaknya pelaksanaan kegiatan, terutama dalam kaitannya dengan keluaran.

Agus Dahrma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2001:149), memberikan penjelasan mengenai penilaian kinerja, sebagai berikut : 

Untuk dapat menilai kinerja karyawan secara objektif dan akurat adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan. Pengukuran kinerja dapat juga berfungsi sebagai upaya mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas tertentu.

Hubungan sistem informasi manajemen dengan kinerja lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar pendekatan sistem informasi manajemen disajikan pada gambar 2.2.

MODEL SISTEMATIK PENDEKATAN SIM DENGAN KINERJA PEGAWAI
A merupakan teori yang menjadi perekat

Sumber:
- Gordon B. Davis, dalam buku Kerangka Dasar SIM Bag I (1995,57)
- Faustino Cardoso Gomes, dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003,142)
- Hasil modifikasi peneliti

Penjelasan:
INPUT
a. Sumber Daya Manusia
Pengertian Sumber Daya Manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Batasan dari sumber daya manusia adalah aspek kuantitas dalam arti jumlah pegawai yang bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa bekerja yang tersedia diberikan untuk produksi.

b. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja merupakan faktor yang sangat menunjang terhadap kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi tidak dijalankan tanpa ditunjang dengan fasilitas kerja dan peralatan yang mendukung terhadap proses pencapaian tujuan.

c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang sangat penting pula, karena tanpa adanya biaya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai.

d. Metode
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam metode ini mencakup cara kerja yang dilakukan.

e. Pembinaan Teknis SIM
Pembinaan ini diorientasikan kepada pegawai dimana mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan perawai tersebut.

Pengertian Kinerja Pegawai Menurut Para Ahli

Pengertian Kinerja Pegawai
Usaha untuk mendapatkan kinerja pegawai yang optimal, seorang pimpinan tidak cukup hanya dengan meyakinkan bahwa pegawai bersangkutan mempunyai pengetahuan dan keterampilan, tetapi disamping itu seorang pimpinan juga harus dapat memahami motivasi kerja pegawai, mendorong dan mengarahkan potensi-potensi yang ada serta memahami hal-hal yang dapat melahirkan kepuasan kerja. Untuk itu diperlukan pendekatan yang relevan dan pembinaan-pembinaan secara lebih manusiawi.

Temuan dari beberapa literatur selain istilah job performance, ada pula istilah yang mempunyai arti yang sama, seperti performance, penampilan kerja, kinerja, pencapaian kerja, prestasi kerja. Karena adanya beberapa istilah yang digunakan, maka definisi kinerjapun beragam, tetapi secara garis besarnya pengertian kinerja dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan proses, dan pendekatan hasil. Pendekatan proses beranggapan bahwa kinerja dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan proses dan pendekatan hasil.

Berkaitan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai maka peneliti akan mengemukakan terlebih dahulu tentang pengertian kinerja menurut Roger Dawson yang dikutip oleh Haris Munandar dalam buku 13 Rahasia Kinerja Kekuatan (1997:69), adalah sebagai berukut: Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan tentang kemampuan kerja pegawai sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.

Menurut pendapat August W. Smith yang dikutip oleh Sedarmayanti dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (2001:50), menyatakan : “output drive from processes, human or otherwise” (kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses).

Menurut Moch. As’ad dalam buku Psikologi Industri (1989:48), menyatakan bahwa: Kinerja adalah kesuksesan seseorang (pegawai) didalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Hasil kerja yang hendak dicapai oleh suatu organisasi tidak terlepas dari seberapa ukuran hasil kerja (kinerja) itu sendiri dapat dilaksanakan secara optimal. Didalam hal ini ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan kriteria kinerja atau faktor-faktor yang dijadikan ukuran suatu kinerja.

Peneliti selanjutnya akan mengemukakan definisi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangku Negara dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (2002:67), adalah :

Kinerja Pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Henry Simamorang dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1995:325), menyatakan bahwa Kinerja adalah tingkat dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Kinerja pegawai menurut Sjahrudin Rasul dalam buku Pengukuran Kinerja Suatu Tinjauan Pada Instansi Pemerintah (2000:9), adalah :

Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis.

Menurut Bernandin & Russell yang dikutip oleh Faustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1997:135), sebagai berikut:

Performansi sebagai “…the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode” (catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode tertentu).

Berikut pendapat Whittaker dan Simons yang dikutip LAN RI dalam buku Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah (2000:5), menjelaskan bahwa definisi kinerja pegawai mengandung pengertian:

Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme untuk memberikan penghargaan/hukum (reward/punisment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.

Terlepas dari jenis sektor atau spesialisasinya, setiap organisasi biasanya cenderung untuk tertarik pada aspek-aspek pengukuran kinerja, seperti yang dikemukakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam buku Pengukuran Kinerja Pegawai Pemerintah (2000:7), sebagai berikut :
  1. Aspek finansial
  2. Kepuasan pelanggan
  3. Operasi bisnis internal
  4. Kepuasan pegawai
  5. Kepuasan komunitas dan stakeholders
  6. Waktu.
Menurut pendapat pendapat Husein Umar dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (2003:266), mengemukakan ukuran kinerja pegawai, sebagai berikut :
  1. Mutu kerja
  2. Kejujuran pegawai
  3. Inisiatif 
  4. Kehadiran
  5. Sikap
  6. Keandalan
  7. Kerjasama
  8. Pengetahuan tentang pekerjaan
  9. Tanggung jawab
  10. Ketepatan waktu
Alat ukur tersebut diatas, dapat peneliti jelaskan, sebagai berikut :
1. Mutu kerja
Mutu yang harus dihasilkan baik atau tidaknya melibatkan perhitungan dari keluaran dan proses atau pelaksanaan kegiatan dari pegawai terutama dalam kaitannya dengan keluaran (output).

2. Kejujuran pegawai
Merupakan ketulusan hati dari seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan mampu untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan.

3. Inisiatif
Kemampuan untuk bertindak tidak bergantung kepada orang lain dan mampu mengembangkan serangkaian kegiatan serta dapat menemukan cara-cara yang baru atau mampu berinovasi.

4. Kehadiran
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pegawai dalam setiap pekerjaan dimana kehadiran merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai.

5. Sikap
Suatu kesediaan untuk bereaksi didalam menghadapi suatu situasi atau keadaan tertentu secara normal.

6. Keandalan
Total dari semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.

7. Kerjasama
Kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kesediaan pegawai dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan pegawai lain secara vertikal dan horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan meningkat.

8. Pengetahuan tentang pekerjaan
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap pegawai dalam melaksanakan suatu pekerjaan sehingga dapat berjalan secara efiktif dan efisien.

9. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan dari seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

10. Ketepatan waktu
Pengukuran ketepatan waktu ialah jenis khusus dari pengukuran kuantitatif untuk menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan. 

Istilah lain untuk penilaian kinerja yaitu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran.

Ciri-ciri utama organisasi berkinerja tinggi menurut pendapat Sondang P. Siagian dalam buku Manajemen Stratejik (2002:27), antara lain :

Pertama : organisasi berkinerja tinggi mempunyai arah yang jelas untuk ditempuhnya. Arah terebut tercermin pada visi yang dimiliki oleh para manajer dalam organisasi tentang mau kemana organisasi mau dibawa dimasa depan.

Kedua : manajemen yang berhasil menjadikan organisasi berkinerja tinggi selalu berupaya agar dalam organisasi tersedia tenaga-tenaga berpengetahuan dan ketrampilan tinggi disertai oleh semangat kewirausahaan.

Ketiga : pada organisasi berkinerja tinggi, para manajernya membuat komitmen kuat pada suatu rencana aksi stratejik, yaitu rencana aksi yang diharapkan membuahkan keuntungan finansial yang memuaskan dan yang menempatkan organisasi pada posisi bersaing yang dapat diandalkan.

Keempat : orientasi organisasi berkinerja adalah “hasil” dan memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya efektifitas yang meningkat.

Kelima : adanya komitmen yang mendalam pada strategi yang telah ditentukan dan berupaya agar strategi tersebut membuahkan hasil yang diharapkan.

Mengamati pendapat beberapa para ahli diatas, bahwa kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang didalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas dan hasil produksi. Namun yang menjadi masalah pada saat ini yaitu apa yang menjadi alat ukur dari suatu kinerja pegawai itu sendiri. Berikut ini dimensi-dimensi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Faoustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:142), adalah sebagai berikut:
  1. Kuantitas kerja (quantity of work); jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan
  2. Kualitas kerja (quality of work); kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya
  3. Pengetahuan tentang pekerjaan (job knowledge); luasnya pengetahuan mengenai keterampilan dan pekerjaannya
  4. Kreativitas (creativeness); keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesiakan persoalan-persoalan yang timbul
  5. Kerjasama (cooperation); kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama anggota organisasi)
  6. Bisa diandalkan (dependability); kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesian kerja
  7. Inisiatif (initiative); semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya
  8. Kualitas pegawai (personal qualities); menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi
D. Hubungan Sistem Informasi Manajemen dengan Kinerja Pegawai
Penerapan Sistem Informasi Manajemen sebagai upaya mengelola salah satu sumber daya yang dimiliki organisasi yaitu informasi diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam menjalankan tugas organisasi. Nilai tambah ini diharapkan dapat berguna membantu organisasi dengan dicirikan tercapainya tujuan secara efektif.

Dikatakan diatas kinerja merupakan suatu catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu. Untuk mewujudkannya memerlukan dukungan dari berbagai faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.

Keterkaitan sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai menyangkut berbagai aspek, keberadaan tiap level manajemen serta anggota organisasi dengan alat-alat yang telah tersedia menjadi suatu efektivitas pelaksanaan kegiatan yang menyentuh tugas dan fungsi organisasi.

Dasar teoritis kerangka sistem informasi manajemen adalah sekumpulan sistem informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.

Kinerja Pegawai berarti hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan. Kinerja merupakan hasil yang diperoleh Pegawai berdasarkan kualitas atau mutu pekerjaan : sebaik apa yang harus dikerjakan, kriteria ini mengukur baik tidaknya pelaksanaan kegiatan, terutama dalam kaitannya dengan keluaran.

Agus Dahrma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2001:149), memberikan penjelasan mengenai penilaian kinerja, sebagai berikut : 

Untuk dapat menilai kinerja karyawan secara objektif dan akurat adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan. Pengukuran kinerja dapat juga berfungsi sebagai upaya mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas tertentu.

Hubungan sistem informasi manajemen dengan kinerja lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar pendekatan sistem informasi manajemen disajikan pada gambar 2.2.

MODEL SISTEMATIK PENDEKATAN SIM DENGAN KINERJA PEGAWAI
A merupakan teori yang menjadi perekat

Sumber:
- Gordon B. Davis, dalam buku Kerangka Dasar SIM Bag I (1995,57)
- Faustino Cardoso Gomes, dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003,142)
- Hasil modifikasi peneliti

Penjelasan:
INPUT
a. Sumber Daya Manusia
Pengertian Sumber Daya Manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Batasan dari sumber daya manusia adalah aspek kuantitas dalam arti jumlah pegawai yang bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa bekerja yang tersedia diberikan untuk produksi.

b. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja merupakan faktor yang sangat menunjang terhadap kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi tidak dijalankan tanpa ditunjang dengan fasilitas kerja dan peralatan yang mendukung terhadap proses pencapaian tujuan.

c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang sangat penting pula, karena tanpa adanya biaya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai.

d. Metode
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam metode ini mencakup cara kerja yang dilakukan.

e. Pembinaan Teknis SIM
Pembinaan ini diorientasikan kepada pegawai dimana mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan perawai tersebut.

PROSES
Dalam proses ini semua sumber-sumber dalam input diupayakan untuk dimanfaatkan dalam melaksanakan SIM berdasarkan pada konsep-konsep SIM, sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai.

OUTPUT
Apabila indicator-indikator kinerja telah dilaksanakan dengan memanfaatkan input yang ada maka kinerja pegawai akan menyangkut. Hal ini sangat ditentukan untuk pemanfaatkan input tersebut dalam pelaksanaan SIM.

FEED BACK
Sistem Informasi Manajemen meningkat, kinerja meningkat, Sumber daya meningkat diperhatikan, sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan akan dapat memberikan umpan balik, sehingga proses dari kegiatan organisasi tersebut berlangsung secara berkesinambungan.

Pengertian Siklus Manajemen

SIKLUS MANAJEMEN
Siklus manajemen merupakan suatu istilah yang digunakan pada proses perencanaan dan pengelolaan proyek atau program dari suatu lembaga atau perusahaan. Siklus manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses rangkaian dari semua fungsi manajemen yang saling berkesinambungan satu sama lain. Meskipun tiap fungsi manajemen dapat diidentifikasi dari segi aktivitas dan tujuan secara terpisah, akan tetapi dalam pelaksanaannya tiap fungsi manajemen tersebut tidak dapat dipisahkan. Setiap tahap dari siklus tersebut menuntun ke tahap berikutnya. Di bawah ini merupakan bentuk siklus manajemen :

Adapun tahap yang berkesinambungan dalam siklus manajemen adalah sebagai berikut :
1. Planning
Tahap awal yang harus dilakukan adalah merencanakan suatu program yang ingin dicapai oleh suatu lembaga atau perusahaan. Planning dilakukan untuk mencapai tujuan atau misi yang diinginkan. Membuat sebuah planning sangat dubutuhkan agar
Menurut Tripathi and Reddy, Principle of Management (2006) Definisi planning adalah :

“Planning means that managers think of their actions in advance. Their actions are usually based on some method, plan, or logic, rather than on a hunch.” 

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa, seorang manajer dalam merencanakan suatu program didasarkan pada beberapa metode, rencana, atau logika, bukan pada dugaan. Jadi, dalam melakukan Planning tidak dilakukan dengan asal-asalan namun, ada landasan yang mendasari planning tersebut. Sebelum melakukan Planning perlu adanya riset lebih lanjut dan mempertimbangkan risiko yang akan ditimbulkan dari Planning tersebut.

2. Organizing
Tahap kedua merupakan pengorganisasian. Pada tahap ini seorang manajer lebih banyak berperan karena pada tahap ini dibutuhkan sosok manajer sebagai seorang leader yang mengorganisir anak buahnya. 

Menurut Tripathi and Reddy, Principle of Management (2006) Definisi organizing adalah :
“Organizing means that managers coordinate the human and material resources of the organisation.” 
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa, seorang manager bertugas untuk mengkoordinasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan menyesuaikanya dengan material yang tersedia. Jadi, dalam melakukan organizing perlu adanya pembagian tugas kepada SDM yang ada dan menyesuaikannya dengan material yang tersedia. Hal tersebut perlu dilakukan agar ketercapaian planning dapat efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan.

3. Actuating
Tahap ketiga merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari berbagai planning yang sudah di organizing. Pada tahap ini tiap individu melaksanakan tugas sesuai dengan posisinya. Tanggung jawab dari setiap individu diperlukan dalam tahap ini.

Menurut Tripathi and Reddy, Principle of Management (2006) Definisi actuating adalah :
“Actuating means that managers motivate and direct subordinates.” 
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa, seorang manajer perlu memotivasi anak buah (staff) yang sedang bekerja sesuai dengan posisinya. Hal tersebut perlu dilakukan agar anak buah merasa diperhatikan sehingga setiap anak buah dapat bekerja maksimal. Jika pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan maksimal maka, planning yang dibuat dapat mendekati keberhasilan.

4. Controlling
Menurut Tripathi and Reddy, Principle of Management (2006) Definisi controlling adalah :

“Controlling means that managers attempt to ensure that there is no deviation from the norm and plan.” 

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa, Control disini dimaksudkan untuk membandingkan rencana (plan) dengan hasil (result). Hal tersebut dimaksudkan agar hasil yang diperoleh tidak jauh menyimpang dari apa yang telah direncanakan. Jika rencana yang diperoleh sudah sesuai atau tidak terdapat penyimpangan maka, siklus dapat dilanjutkan dengan membentuk planning yang baru.

Apabila rencana (plan) tidak sesuai dengan hasil atau dapat dikatakan terjadi penyimpangan maka, pada tahap inilah dilakukan sebuah control untuk mengevaluasi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Control disini diharapkan pula dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan Planning-planning berikutnya. Agar kesalahan atau penyimpangn yang sama tidak sampai terjadi dua kali.

Dilihat dari gambar dan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa siklus manajemen senantiasa berputar secara berulang. Pada tiap tahap siklus saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Setelah tahap controlling tahap selanjutnya kembali ke tahap planning, begitu pun seterusnya. Dan apabila terdapat hambatan maka tugas seorang manajerlah yang harus mengevaluasi segera. Agar misi dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

PENGERTIAN TINGKAT DAN KOMPETENSI MANAJERIAL

TINGKAT DAN KOMPETENSI MANAJERIAL
1 Tingkat Manajerial
Manajer adalah anggota organisasi yang bertanggung jawab atas anggota organisasi lainnya dan memiliki kewenangan formal untuk menggunakan sumber daya organisasi serta membuat keputusan. Dalam sebuah organisasi, manajer dibedakan menjadi beberapa tingkatan berdasarkan peran, fungsi dan tugas manajer.

Menurut George R. Terry, dalam bukunya yang berjudul Priciple of Management 1972, tingkatan manajer ini ada 4, yakni Top, Upper middle, Lower middle, lower.

Menurut Mintzberg, dalam bukunya yang berjudul The Manager’s Job, tingkatan manajer adalah sebagai berikut:
“Although there may actually be a number of levels, the most common view is that there are three basic levels: top, middle, and first-line managers.”

Pada saat ini, dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan tingkatan manajer ini hanya ada tiga, yakni :
1. Manajer Puncak (Top Manager)
Manajemen ini merupakan puncak atau tingkatan tertinggi dari sebuah organisasi. Biasanya terdiri dari kelompok yang relatif sedikit. Manajer puncak bertanggung jawab untuk manajemen keseluruhan dari sebuah organisasi yang berwenang untuk menetapkan kebijakan operasional dan pedoman interaksi organisasi dengan lingkungan, serta menetapkan tujuan organisasinya. Manajer puncak juga bertanggung jawab membentuk budaya perusahaan, dan menjaga semangat kewirausahaan yang dapat membantu perusahaan menyeimbangi perubahan yang cepat.

Manajer puncak ini memegang jabatan seperti : Chief Executive Officer, Chief Operating Officer, Chairman of the board, ,dan senior vice president.

2. Manajer Menengah (Middle Manager)
Manajer menengah adalah mereka yang berada di tingkat bawah manajer puncak. Jabatan manajer tengah meliputi: Manajer Umum, Manajer Pabrik, Manajer Regional, dan Manajer Divisi. Manajer menengah bertanggung jawab dalam mengimplementasikan tujuan yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Mereka melakukannya dengan menetapkan tujuan untuk departemen dan unit bisnis lainnya. 

Manajer menengah dapat memotivasi dan membantu manajer lini pertama untuk mencapai tujuan bisnis. Manajer menengah juga dapat berkomunikasi keatas, dengan menawarkan saran dan umpan balik kepada manajer puncak. Karena manajer menengah lebih terlibat dalam operasional kerja harian perusahaan , mereka dapat memberikan informasi berharga untuk manajer puncak untuk membantu meningkatkan bottom line organisasi.

Manajer menengah diharapkan dapat membina hubungan baik dengan sesama manajer dalam organisasi, mendorong kerja tim dan menyelesaikan konflik.

3. Manajer Lini Pertama (First Line Manager)
Manajer lini pertama merupakan tingkatan manajer paling rendah, dimana manajer lini peratma ini bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain yang menghasilkan produk. Manajer lini pertama ini adalah mereka yang menduduki jabatan seperti : Kantor Manajer, Supervisor Shift, Departemen Manajer, Foreperson, Pemimpin Crew, manajer toko.

Dalam sebuah organisasi selalu ada manajer lini pertama. Meskipun manajer lini pertama tidak membuat suatu keputusan, mereka memiliki pengaruh yang sangat kuat pada perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer lini pertama setiap harinya berinteraksi dengan karyawan. Jika para manajer lini pertama berkinerja buruk, karyawan juga dapat berkinerja buruk.

2 Kompetensi Manajerial
Henri Fayol mengidentifikasi tiga macam kompetensi atau keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yaitu keterampilan konseptual (conseptual skill), hubungan interpersonal (human relations skill) dan teknis (technical skill). Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Konseptual Skill (Conseptual Skill)
Keterampilan konseptual adalah kemampuan seorang manajer untuk melihat organisasi secara keseluruhan, sebagai entitas lengkap. Termasuk dalam unit organisasi bekerja sama dan bagaimana organisasi cocok dengan lingkungan kompetitif. Keterampilan konseptual sangat penting untuk manajer puncak, yang memiliki kemampuan untuk melihat "gambaran besar" yang akan berdampak besar terhadap keberhasilan bisnis. Namun, keterampilan konseptual masih diperlukan untuk manajer menengah dan manajer lini pertama. Mereka harus menggunakan keterampilan ini untuk membayangkan, misalnya, bagaimana pekerjaan unit dan tim yang terbaik terorganisir.

2. Kemampuan Hubungan Interpersonal (Human Relations Skill)
Keterampilan interpersonal melibatkan hubungan manusia, atau kemampuan manajer untuk berinteraksi secara efektif dengan anggota organisasi. Keterampilan ini termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk bekerja sama, memahami dan memotivasi orang lain sebagai individu atau dalam kelompok.

3. Kemampuan Tekhnik (Technical Skill)
Keterampilan teknis adalah kemampuan manusia untuk menggunakan prosedur, teknik, dan pengetahuan mengenai bidang khusus.Keterampilan teknis yang digunakan akan berbeda dalam setiap tingkat manajemen. Manajer lini pertama terlibat dalam operasi aktual organisasi, mereka perlu memiliki pemahaman tentang bagaimana produksi dan jasa terjadi dalam organisasi untuk mengarahkan dan mengevaluasi karyawan. Selain itu, manajer lini pertama perlu keterampilan dalam penjadwalan kerja dan menyiapkan dana. Manajer menengah menggunakan keterampilan yang lebih teknis terkait dengan perencanaan dan pengorganisasian, dan manajer puncak harus memiliki keterampilan untuk memahami cara kerja keuangan organisasi yang kompleks.

Fayol dan Katz mengemukakan bahwa walaupun ketiga keterampilan ini penting bagi seorang manajer, kepentingan relatifnya terutama tergantung pada peringkat manajer tersebut dalam sebuah organisasi.

TUGAS, PERAN, DAN KOMPETENSI MANAJER

TUGAS, PERAN, DAN KOMPETENSI MANAJER
Ada beberapa cara untuk kita agar mengetahui bagaimana kerja manajemen. Salah satunya adalah membagi tugas manajer ke beberapa kategori. Cara yang kedua adalah dengan melihat tipe peran manajer yang berbeda-beda dalam suatu perusahaan. Peran adalah ranggkaian khusus yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Cara yang ketiga adalah melihat keahlian para manajer terhadap pekerjaannya. Masing-masing cara ini akan membantu kita agar paham tentang proses manajemen.

1. Tugas Manajer
Manajer di semua organisasi, mulai dari bisnis kecil sampai besar terlibat dalam beberapa aktivitas dasar. Aktivitas ini dibagi jadi beberapa kategori.
1. Planing
Inti dari perencanaan ini untuk memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dilakukan untuk masa depan dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan itu.

2. Organizing 
Pengorganisasian ini untuk mengelompokkan aktivitas, menetapkan aktivitas, dan menyediakan otoritas yang diperlukan untuk melakukan aktivitas.

3. Staffing 
Menentukan sumberdaya manusia yang dibutuhkan dan merekrut, memilih, melatih, dan mengembangkan sumberdaya manusia.
4. Leading 
Mengarahkan, menghubungkan perilaku manusia ke arah pencapaian tujuan.

5. Controlling
Mengukur kinerja terhadap tujuan, menentukan penyebab penyimpangan, dan mengambil tindakan perbaikan ketika dibutuhkan.

2. Peran Manajer
Peran dan keterampilan manager biasanya diperlukan oleh semua manajer, tanpa terkecuali. Manajer punya otoritas, atau kekuatan, dalam organisasi dan menggunakannya dengan banyak cara. Untuk menggunakan otoritas terbaiknya, manajer mengambil peranan yang berbeda.

Menurut Mintzberg, dalam bukunya yang berjudul The Manager’s Job, peran manajer adalah sebagai berikut:
“Henry Mintzberg offers us an interesting analysis of the nature of managerial roles. In the mid-1970s he closely observed the day-to-day activities of a group of CEOs. From his observations, Mitzberg suggested that the formal authority granted to managers by the organization is accompanied by a certain degree of status. This status facilitates interpersonal relathionships with supriors, peers, and subordinates. Thesa individuals, in turn, povide managers with the information they need to make decisions. From this analysis, he concluced that managers play several different roles and that these roles fall into three basic categories : interpersonal, informational, and decsional.”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa Henry Mintzberg menawarkan analisis menarik tentang peran manajer. Pada pertengahan 1970an, Henry melakukan pengamatan pada perkumpulan CEO (chief executive officer). Dari pengamatannya, henry menyarankan bahwa kewenangan formal yang diberikan kepada manajer oleh organisasi disertai dengan tingkat status tertentu. Status tersebt menyebabkan manajer melakukan hubungan interpesonal dengan atasan, rekan sejawat, dan bawahan yang pada gilirannya memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan untuk mengambil keputusan. 

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa manajer memainkan peran yang berbeda dan Peranan manajer menurut Henry Mintzbergini dibagi menjadi tiga kategori :
  1. Peranan interpersonal
  2. Peranan hubungan informasional
  3. Peranan membuat keputusan. 
1. Interpersonal roles (peranan interpersonal)
Peran manajer antari ndividu ini yaitu tentang hubungan manajer dengan orang lain. Seorang manajer memainkan sebuah peran interpersonal dengan memberikan kepemimpinan dalam perusahan atau interaksi dengan orang lain di luar organisasi. Peran interpersonal sendiri terdiri dari tiga bagian :
a. Figurehead (bukan pemimpin sesungguhnya)
Manajer berfungsi sebagai perwakilan resmi dari unit atau organisasi tertentu. Manajer sering diminta untuk melayani sebagai figurehead ini,tugasnya hanya ceremonial (upacara) dan simbolik. seperti : menyambut dan menyalamitamu, menghadiri upacara pembukaan dengan pemotongan pita,menandatangani dokumen resmi, dan sejenisnya.

b. Leader (pemimpin)
Manajer berfungsi memandu dan memotivasi staffnya dan bertindak yang memberi efek positif di tempat kerja. Misalnya mempekerjakan, melatih, dan memotivasi pegawai. Seorang manajer baik formal maupun non formal menunjukkan kepada bawahannya bagaimana mengerjakan sesuatu, bagaimana jika harus melakukan sesuatu di bawah tekanan, dan kapan seseorang harus terlibat dalam kepemimpinan di suatu perusahaan.

c. Liaison (penghubung)
Sebagai penghubung (liaison), yaitu berhubungan dengan orang yang bukan bawahan atau atasannya (misalnya dengan rekannya dalam organisasi atau dengan pelanggan, kreditur, investor, pemasok, dan para pihak luar organisasi lainnya). Dalam peran ini, manajer berhubungan dengan orang di luar organisasi secara berkelanjutan .Manajer melakukan peran ini dengan mempertahankan jaringan informasi atau kontak baik di dalam maupun di luar organisasi menggunakan e-mail, telepon, maupun rapat. Misalnya, manajer melakukan hubungan kerja dengan pemasok, dan ketika tenggat waktu atau deadline dan dia kekurangan pasokan bisa langsung memanggil “kontak” di pemasok untuk mendapakan kekurangan pasokan, dengan hal ini dia telah menjalankan peran seorang manajer sebagai penghubung.

2. Informational roles (peran manajer sebagai sumber informasi)
Peran ini meminta seorang manajer untuk menyediakan pengetahuan, berita, atau saran kepada pekerja. Dalam peran ini, manajer sebagai titik strategis untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Seorang manajer mengisi peran ini misalnya dengan memegang rapat, atau menemukan cara lain dengan membiarkan pekerja mengetahui tentang pentingnya aktivitas bisnis. Ada tiga kategori yang masuk dalam peran informasional:

a. Monitor (pemantau)
Dalam peran ini, manajer secara kontinu harus mencari dan menerima informasi, mempertahankan kontak personal dan informasinya bermanfaat dan efisien. Intinya manajer secara aktif mencar informasi,menerima dan mengumpulkan informasi. 

b. Disseminator (penyebar)
Disini manajer mendistribusikan informasi dalam organisasi. Misalnya manajer menyebarkan informasi kepada bawahannya, menyebarkan informasi ke organisasi lain, mengirim memo dan laporan, membuat panggilan telepon. Disini manajer muncul sebagai link penting dalam rantai organisasi komunikasi. 

c. Spokesperson (juru bicara)
Manajer menyampaikan informasi dan mendistribusikan informasi di luar unitnya atau di luar organisasi. Sebagai contoh seorang manajer pabrik dapat mengirimkan informasi untuk manajer tingkat atas sehigga pengetahuan mereka akan kegiatan pabrik lebih baik lagi. Mengirimkan informasi ke luar bisa melalui melalui pidato, laporan, memo.

3. Decisional roles (peran manajer sebagai pengambil keputusan)
Di dalam peran ini, seorang manajer memainkannya ketika membuat perubahan di kebijakan, menyelesaikan masalah, dan memutuskan apa yang terbaik yang digunakan untuk sumberdaya. Peran ini terdiri dari :
a. Enterpreneur (wirausaha)
Manajer sebagai inisiat perubahan. Memulai proyek perbaikan, mengidentifikasi ide, mendelegasikan tanggung jawab kepada yang lainnya. Contohnya : manajer dibolehkan mengenali masalah atau kesempatan untuk dieksploitasi. dan manajer bisa menginisiatif perubahan untuk suatu keadaan atau situasi. Sebagai langkah berikutnya, bukan dimulai oleh manajer tetapi oleh beberapa individu atau kelompok lain.

b. Disturbance handler (pengendalian gangguan)
Manajer sebagai perannya yaitu pengendalian gangguan. Gangguan bisa mencakup msalah pemogokan, pelanggaran hak cipta. manajer memutuskan bagaimana jika ada konflik terjadi antara bawahan yang harus diputuskan dan langkah-langkah ketika seorang karyawan atau bawahan tiba-tiba mengundurkan diri atau kehilangan seorang pelanggan penting. Semua ini termasuk dalam peran pengendalian ini. 

c. Resource allocator (pengalokasi sumberdaya)
Disini manajer memutuskan bagaimana suatu organisasi akan menggunakan sumber dayanya, jadwal, pendanaan, maupun prioritas. Manajer memutuskan siapa sumberdaya yang akan di unit tertentu dan siapa yang akan memiiki akses untuk wajtu manajer. Sebagai contoh manajer mengalokasikan dana dalam anggaran operasional unit antara anggota unit dan proyek.

d. Negotiator (perunding)
Disini manajer berperan melakukan negosiasi kontrak utama dengan organisasi atau individu lain. Misal seorang manajer melakukan perundingan sebagai wakil perusahaan dengan manajer di lain perusahaan, Para manajer menggunakan banyak waktunya sebagai perunding karena hanya merekalah yang memiliki informasi dan otoritas yang dibutuhkan seorang perunding. Sebagai contoh manajer dapat menegosiasikan serikat kontrak, perjanjian dengan konsultan, atau hubungan jangka panjang dengan pemasok.

3.Kompetensi Manajer
Kompetensi manajer diperlukan dalam tujuan untuk menyatu padukan semua unsur-unsur yang ada dalam suatu prusahaan atau instansi tersebut ke dalam tendensi praktek perusahaan. Jadi, dengan kata lain bahwa perusahaan-perusahaan di dunia menggunakan kompetensi untuk menemukan dan mengatur perusahaan dalam performa yang tinggi. Kompetensi seorang manajer terdiri dari gabungan antara keterampilan, kemampuan, pengetahuan dan sikap manajemen.
1. Pengetahuan Manajer
Seorang manajer perusahaan atau instansi harus memiliki wawasan yang luas tentang segala hal yang menunjang kegiatan perusahaan atau instansinya, misalnya industri perusahaan dan managemen fungsional sumber daya. Selain itu manajer juga harus mengerti Informasi (Information literacy) yaitu meliputi pengertian bagaimana menggunakan informasi pada tiap-tiap tahap dari prosedur pemecahan masalah, dimana informasi dapat diperoleh, dan bagaimana membagikan informasi dengan orang lain. Serta harus memahami persaingan tuntutan dari kelompok stakeholder yang berbeda, memahami bagaimana kegiatan bisnis inti menciptakan peluang bagiaktor-aktor lain

dalam masyarakat dan bagaimana perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat, memahami risiko sosial dan lingkungan dan peluang yang dimiliki perusahaan dan perusahaan sektor industri, dan memahami perdebatan kelembagaan pada perandan legitimasi perusahaan.

2. Kemampuan Manajer
Seorang manajer dituntut memiliki kemampuan yang tinggi agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Kemampuan manajerial merupakan kemampuan pengelolaan organisasi, diantaranya manajemen SDM, manajemen keuangan, manajemen operasi, manajemen pemasaran, manajemen strategik, dsb. Tuntutan kemampuan berdasarkan tingkatan bisa dilihat dalam gambar berikut.

Dalam mengukur kemampuan seseorang tenaga kerja, misalnya guru, dosen, dan lain lain biasanya digunakan cara sertifikasi, yaitu dengan melakukan serangkaian tes dengan tujuan untuk melakukan standarisasi kemampuan bagi para tenaga kerja yang siap bekerja dilapangan. Dengan kata lain, seorang tenaga kerja yang memiliki kemampuan yang memenui standar akan mendapatkan sertifikat yang menunjukan bahwa orang tersebut telah memenuhi standar kemampuan dan layak untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.

Kemampuan manajer ini dapat diuji dengan adanya sertifikasi manajer. Sertifikasi ini dapat menjadi bukti bahwa seseorang memiliki kemampuan manajerial dan memiliki kemampuan memanajemen sesuatu. Sertifikasi ini penting bagi seorang manajer guna menjamin kredibilitas kinerjanya.

3. Keterampilan Manajer
Robert L.ktz pada tahun 1970 mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
a. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

b. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.

c. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
a. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Karena waktu yang mereka miliki merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

b. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager).

4. Sikap Manajer
Seorang manajer memiliki fungsi yang penting di dalam perusahaan, sehingga harus memiliki sikap yang profesional dalam berorganisasi. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari perusahaan bisa tercapai dengan cara yang efektif dan efisien. Sikap manajemen tersebut meliputi kejujuran dan integritas, perspektif jangka panjang, buka pikiran, menghargai dan merangkul keanekaragaman, keyakinandan keberanian, dorongan untuk ketahanan persaingan, kapasitas untuk berpikir di luar kotak.

Dapat disimpulkan bahwa manjadi seorang manajer itu tidak gampang, banyak hal yang harus dikuasai, semua peran harus dilaksanakan dengan baik serta semua kompetensi mutlak dimiliki seorang menajer. Karena memang posisi menjadi seorang manajer itu sangat penting, sangat berpengaruh pada berjalannya suatu perusahaan. Sehingga apabila ada kekurangan pada manajernya, pasti akan berdampak luas bagi perusahaan.

SIFAT SEORANG MANAJER YANG BAIK

SIFAT MENJADI SEORANG MANAJER YANG BAIK
Menjadi manajer merupakan pekerjaan yang memuaskan, tetapi juga dapat menjadi pekerjaan yang menyulitkan. Anda harus menemukan keseimbangan yang tepat dari keramahan dan otoritas. Anda perlu menciptakan suasana tim yang baik menuju tercapainya tujuan akhir perusahaan tersebut. Menurut Jen Smith, langkah untuk mencapai keseimbangan antara lain :
1. Memiliki Kesadaran Diri
Anda seharusnya menyadari bahwa anda sebagai seorang manajer mempunyai dampak besar terhadap tim anda , harusnnya anda sadar terhadap potensi yang anda miliki sangat berpengaruh dalam tim anda . banyak manajer yang tidak paham terhadap kemampuan yang mereka miliki , sehingga tim nya tidak mengalami kemajuan yang berarti.

2. Pekerjaan seorang manajer
Pertama dan terutama adalah melakukan pekerjaan sendiri. Mengelola orang bukan alasan untuk membiarkan mereka melakukan pekerjaannya sendiri , sementara Anda hanya melihatnya, mungkin pekerjaan anda lebih strategis dari pada pekerjaan staf anda , tetapi staf anda akan menghargai anda, jika anda ikut membantu pekerjaan staf anda kalau memang anda rasa perlu turun tangan. Biasanya kita memiliki manajer yang menggunakan kekuasaan mereka sebagai alasan untuk mengatur frekuensi pertemuan (rapat) dengan kita . Jika anda menyeimbangkan urusan anda maka anda akan di hormati oleh staf anda.

3. Mengakui kelebihan orang lain (staf kita)
Lihat sisi positif dari apa yang di kerjakan staf kita. Jangan menjadi bos yang hanya melihat kekurangan dari pencapaian staf kita. Jika kita selalu menyalahkan staf kita , maka dapat melemahkan semangat staf dalam berproduktivitas. Hal positif akan melahirkan hal positif pula. Pujian tulus tidak bermakna apa apa jika anda terlalu sering melihat kesalahan staf anda beri apresiasi bagi staf anda yang bekerja dengan baik sehingga mereka tau bahwa anda memperhatikan mereka.

Jangan Takut untuk Mengelola
mengelola adalah Hal yang tidak selalu berjalan lancar di tempat kerja manapun. Anda seorang manajer, sehingga anda harus bersedia untuk mengelola. Beberapa orang merasa sulit untuk menetapkan batasan atau memberikan umpan balik kepada stafnya, penting untuk mengatasi rintangan itu. Jika anda perlu bantuan jangan takut untuk meminta bos anda sendiri untuk membantu menyelesaikan tugas anda, kemampuan pengelolaan bos tidak bisa ada secara alami.perlu belajar dan kebiasaan untuk memupuk hal itu. Orang-orang menghargai kepemimpinan yang sejati. Praktek mengelola dan membuat keputusan Hal-itu merupakan hal yang sulit. Dan orang akan menghargai praktek apa yang kita lakukan, karena bisa merubah diri mereka.

4. Jadilah orang yang mau mengakui kesalahan
Jika anda membuat kesalahan, lalu kesalahan itu terus saja terulang dan meminta maaf. Walaupun mungkin hal ini sulit bagi anda dan seakan membuat diri anda rendah di mata staf anda, tetapi staf anda akan menghargai kejujuran anda. Tidak ada yang mengharapkan seorang manajer untuk menjadi manusia super. Semua orang suka seseorang yang bertanggung jawab untuk tindakan anda. Menjadi jujur ​​akan membantu anda menciptakan budaya kejujuran.

5. Jadilah orang yang terbuka dengan orang lain
Pekerjaan yang anda geluti pasti ada banyak perubahan perubahan yang tidak bisa anda prediksi. Anda tidak perlu menjadi manusia super dan luar biasa. Biarkan orang di tempat kerja tahu tentang kehidupan anda. Jika anda membiarkan orang tahu sebenarnya diri anda apa adanya, jauh lebih enak daripada memiliki kepribadian yang berbeda di pekerjaan dan kehidupan rumah anda.

Komunikasi
Biarkan staf anda tahu apa yang terjadi di balik kehidupan sang manajer, yang memang patut untuk di ketahui staf anda . Ini tidak berarti anda harus membiarkan staf anda tahu segalanya. Kuncinya adalah koomunikasi ke staf, tujuan staf harus tau tentang diri kita supaya staf dapat meniru kebiasaan baik dari manajer, agar terciptanya asas keterbukaan terhadap pekerjaan. Tentuya mengkomunikasikan dengan baik-baik dan di waktu yang pas sehingga staf tidak panik.

6. Dapat menjadi contoh
Jika anda ingin staf anda untuk berperilaku dengan baik (profesional, disiplin), haruslah anda memberi contoh. Tidak adil jika anda mengharapkan staf anda untuk melakukan sesuatu tetapi anda tidak melakukannya sendiri.

7. Dapat menciptakan suasana yang menyenangkan
Bersenang-senang di tempat kerja dapat membantu membuat pekerjaan lebih mudah untuk semua orang, menjalin hubungan yang positif dan memperkuat tim anda. Biasanya ada waktu untuk lebih menyenangkan dalam lingkungan pekerjaan, tetapi jika pekerjaan anda membuat kita sulit bersenang senang, pastikan untuk menjadwalkan kegiatan yang menyenangkan ketika anda bisa. Pertemuan untuk bisa berupa makan siang atau minuman setelah bekerja yang dapat membantu membangun hubungan dan membantu tim anda melihat anda dan satu sama lain dengan jiwa yang lebih bersemangat. Jika anda menciptakan suasana kerja yang positif juga menjadi lebih mudah untuk menghadapi tantangan yang muncul.

8. Percaya Diri
Pada akhir hari, tidak ada cara yang tepat untuk menjadi manajer selain Percaya diri sendiri dan belajar melalui kesalahan anda. Mengelola orang lain adalah cara yang bagus untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan kepemimpinan anda dan menciptakan pengalaman kerja yang positif untuk diri sendiri dan orang lain.

PENGERTIAN BIDANG KAJIAN MANAJEMEN

BIDANG KAJIAN MANAJEMEN
1. Manajemen Proses
Manajemen proses adalah rangkaian aktivitas perencanaan dan pengawasan kinerja suatu proses, terutama proses bisnis. Manajemen proses mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, peralatan, teknik, serta sistem untuk mendefinisikan, memvisualisasikan, mengukur, mengontrol, melaporkan, dan memperbaiki proses dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan atau laba

2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia bukan mesin dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll. Unsur MSDM adalah manusia Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.

3. Manajemen Strategis
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapai sasarannya. Sesuai definisinya, manajemen strategis berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga tahapan dalam manajemen strategis, yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi.

Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi. Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.

Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.

4. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah proses manajemen yang bertanggung jawab terhadap prencanaan (aktifitas) produksi, distribusi atau manajemen proyek yang dijalankan oleh sebuah organisasi. 
Kegiatan manajemen produksi meliputi :
  1. Perencanaan (desain) produksi
  2. Pengendalian (berkaitan dengan persediaan) produksi
  3. Pengawasan Produksi (berkaitan dengan mutu/quality control)
5. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah suatu rencana kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan analisa situasi dan tujuan yang telah ditetapkan.

Kegiatan pemasaran antara lain menetapkan product yang disukai pasar, harga, promosi dan penempatan jalur distribusi.

6. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah suatu bagian dari manajemen yang fokusnya adalah pengelolaan dana perusahaan yang efektif dan efesien guna mencapat tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Manajemen keuangan mempunyai tugas antara lain :
  1. Memanfaatkan peluang dalam memperoleh dana intern maupun ekstern
  2. Pengalokasian dana untuk menunjang kegiatan perusahaan.
  3. Penggunaan dana yang dilakukan secara efisien dan efektif.
7. Manajemen Logistik atau Persediaan (unsur material)
Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori, pergudangan, reverse logistics dan pemaketan. 

Berdasarkan pengertian di atas, maka misi logistik adalah "mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi keuntungan bagi penyedia jasa logistik" Karenanya, logistik selalu berkutat dalam menemukan keseimbangan untuk dua hal yang amatlah sulit untuk disinergikan, yaitu menekan biaya serendah-rendahnya tetapi tetap menjaga tingkat kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Dalam dunia bisnis yang selalu berubah, manajemen logistik yang baik merupakan sebuah keharusan.

8. Manajemen Konflik
Pengelolaan konflik melibatkan strategi implementasi untuk membatasi aspek-aspek negatif dari konflik dan untuk meningkatkan aspek positif dari konflik pada tingkat yang sama atau lebih tinggi dari di mana konflik berlangsung. Selanjutnya, tujuan dari manajemen konflik adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kelompok (efektivitas atau kinerja dalam kerangka organisasi). Hal ini tidak peduli dengan menghilangkan semua konflik atau menghindari konflik. Konflik dapat berharga untuk kelompok dan organisasi. Telah terbukti meningkatkan hasil kelompok bila dikelola dengan baik untuk suatu pembelajaran.

9. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah pendekatan terstruktur untuk pergeseran / transisi individu, tim, dan organisasi dari keadaan saat ini ke negara masa depan yang diinginkan. Ini adalah proses organisasi bertujuan membantu karyawan untuk menerima dan merangkul perubahan lingkungan bisnis mereka saat ini. Dalam manajemen proyek, manajemen perubahan mengacu pada proses manajemen proyek di mana perubahan proyek secara resmi diperkenalkan dan menyetujui.
Kotter mendefinisikan manajemen perubahan sebagai pemanfaatan struktur dasar dan alat untuk mengontrol setiap upaya perubahan organisasi. Mengubah tujuan pengelolaan adalah untuk meminimalkan dampak perubahan pada pekerja dan menghindari gangguan.

10. Manajemen Sistem Informasi
Pengetahuan Manajemen terdiri bahasa dari berbagai strategi dan praktek yang digunakan dalam suatu organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, mewakili, mendistribusikan, dan memungkinkan penerapan wawasan dan pengalaman. Wawasan dan pengalaman tersebut terdiri pengetahuan bahasa dari, baik yang diwujudkan dalam individu atau daya pada dalam organisasi sebagai proses pengambilan atau praktik.

Sistem informasi manajemen (management information system) adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena Sistem informasi manajemen digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.

11. Manajemen Mutu
Manajemen mutu memiliki makna tertentu dalam sektor bisnis. Definisi spesifik, yang tidak bertujuan untuk menjamin “kualitas baik” oleh definisi yang lebih umum, melainkan untuk memastikan bahwa suatu organisasi atau produk konsisten, dapat dianggap memiliki empat komponen utama: perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan kualitas dan peningkatan kualitas. Manajemen mutu difokuskan tidak hanya pada produk atau layanan yang berkualitas, tetapi juga sarana untuk mencapainya. Manajemen mutu itu, Perusahaan menggunakan jaminan kualitas dan pengendalian proses serta produk untuk mencapai kualitas yang lebih konsisten.

12. Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko diikuti oleh aplikasi terkoordinasi dan ekonomis sumber daya untuk meminimalkan, memantau, dan mengendalikan probabilitas dan / atau dampak peristiwa buruk atau untuk memaksimalkan realisasi peluang. Risiko dapat berasal dari ketidakpastian dalam pasar keuangan, kegagalan proyek (pada setiap fase dalam desain, pengembangan, produksi, atau memelihara kelestarian hidup siklus), kewajiban hukum, risiko kredit, kecelakaan, penyebab dan bencana alam serta serangan yang disengaja dari musuh, atau peristiwa yang tidak pasti atau tidak terduga-akar penyebab. Strategi untuk mengelola risiko biasanya mencakup mentransfer risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif atau probabilitas risiko, atau bahkan menerima beberapa atau semua konsekuensi potensial atau aktual dari risiko tertentu.

13. Manajemen Operasional
Operasi manajemen merupakan bidang manajemen terkait dengan mengawasi, merancang, mengendalikan proses produksi dan merancang ulang operasi bisnis dalam produksi barang dan / atau jasa. Ini melibatkan tanggung jawab untuk memastikan bahwa operasi bisnis yang efisien dalam hal menggunakan sebagai sumber daya beberapa yang diperlukan, dan efektif dalam hal memenuhi persyaratan pelanggan. Hal ini berkaitan dengan mengelola proses yang mengubah input (dalam bentuk bahan, tenaga kerja, dan energi) menjadi output (dalam bentuk barang dan / atau jasa). Tingkat tertinggi petugas membentuk strategi dan merevisinya dari waktu ke waktu, sementara petugas garis membuat keputusan taktis dalam mendukung pelaksanaan strategi. Dalam bisnis seperti dalam urusan militer, batas-batas antara tingkat tidak selalu berbeda; informasi taktis dinamis menginformasikan strategi, dan orang-orang individu sering berpindah antara peran dari waktu ke waktu.

14. Manajemen Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan manajemen terdiri dari berbagai strategi dan praktek yang digunakan dalam suatu organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, mewakili, mendistribusikan, dan memungkinkan penerapan wawasan dan pengalaman. Wawasan dan pengalaman tersebut terdiri dari pengetahuan, baik yang diwujudkan dalam individu atau tertanam dalam organisasi sebagai proses atau praktik.

CONCLUSION
Management is the act of getting people together to accomplish desired goals and objectives using available resources efficiently and effectively. Management comprises planning, organizing, staffing, leading or directing, and controlling an organization (a group of one or more people or entities) or effort for the purpose of accomplishing a goal. Resourcing encompasses the deployment and manipulation of human resources, financial resources, technological resources and natural resources.

The function of management describe manager’s jobs. The function of management consist of Planning, Organizing, Staffing, Directing, Co-ordinating, Reporting, Budgeting, and Evaluating. These functions are widely considered to be the best mean of describing manager’s jobs. To do their jobs (their function), managers do a series of actions or steps in order to achieve a particular end. This is called process of management or we can say that process is implementation of the function of management.

Differences between functions and processes of management is that if management functions are abstract and are the basic elements that can stand alone, then the management process is concrete and is a combination of these elements that relate to each other. While the similarity is they play an important role in the effort to realize organizational goals effectively and efficiently. But keep in mind that the management functions and management processes can not be separated because they are closely related.

The three-competency of manager, which consist of conceptual, human relations, and technical is very important. The three servings of that competence needed by manager in accordance with the level of manager (top, middle, and first line manager)

To find out peformance management, the manager’s task is devided into seveal categories: planning, organizing, staffing, leading, and controlling. Management activities can not be separated from the role of manager, role of manager is required by all managers without exception. The three-role of managers are known as interpersonal roles, information, and decision makers. That three-role of managers cannot be separated from management activities. One thing that also can not be separated from manager is competency. Competency of managers consist three elemens: skill, knowledge, attitude, and certification.

A good manager is a manager who is able to balance between friendliness and authority. Management field study is an art of management. The point of topic is about where the knowledge of management is applied.