Friday 31 March 2017

Pendidikan Karakter/Budi Pekerti Dan Domain Pendidikan

Pendidikan Karakter/Budi Pekerti Dan Domain Pendidikan
A. Urgensi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur tidak mengenal kata angkuh, sombong, mementingkan diri sendiri, berat tangan, tidak menghargai, pemalas, tidak bercerai berai, ketergantungan, tidak percaya diri, tidak santun, tidak sopan dll.

Malahan sebaliknya, leluhur bangsa indonesia adalah bangsa yang ramah, sopan dan santun, suka menolong, ringan tangan, rajin bekerja, pekerja keras, toleran, solidaritas, familier, kekerabatan, dan kekeluargaan yang tinggi, jujur dan tulus ikhlas.

Memudarnya penghayatan dan pengalaman nilai-nilai budaya mengakibatkan bangsa negeri ini terpuruk dalam segala bidang kehidupan, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan ketahanan dan keamanan. Kondisi ini melanda pada setiap tataran mulai dari tataran kepemimpinan tingkat bawah sampai kepemimpinn tingkat Nasional. Membangun karakter/budi pekerti bangsa tidak mudah, perlu proses yang panjang, waktu lama, biaya yang besar, dan pemikiran yang cerdas. 

Wakil Presiden RI, Boediono menegaskan bahwa :
Urgensi dari pembangunan karakter bangsa “Didalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembngunan karakter Bangsa Tahun 2010-2025, di dalam RAN harus terlihat tema yang menegaskan mata rantai yang berkaitan satu sama lainnya sehingga bersinergi dalam mencapai sasaran dengan sumberdaya yang optimal”. (Dalam Majalah formula Vol.IV- Juni 2010).

Urgensi pembangunan karakter Bangsa ditegaskan pula oleh menteri Pertahanan, yang melihatnya dari segi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Imdonesia (NKRI) karena pengaruh globalisasi, maka BELA NEGARA sangat penting. Menurut Purnomo : “Ancaman perang, juga bisa terwujud kekuatan non fisik (soft power) dengan memberikan pngaruh kepada hati dan pemikiran manusia yang merupakan benteng pertahanan terakhir bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman. Karena itu, dengan mengacu pada realitas tersebut, aspek sumberdaya manusia sebagai pertahan nirmiliter (non military defence) memiliki peranan sangat penting. Sumberdaya manusia yang hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa memiliki kesadaran moral bela negara akan membahayakan keberlangsungan hidup bangsa dan negara.

B. Domain Pendidikan Untuk Membangun Karakter/Budi Pekerti
Pernyataan Menteri pendidikan Nasional Prof. Muhammad Nuh bahwa:
“Dunia pendidikan adalah dunia yang amat kompleks, menantang, dan mulia sifatnya. Kompleks karena spektrumnya sangat luas, menantang karena menentukan masa depan bangsa, serta mulia karena pendidikan merupakan proses memanusiakan manusi. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, saya menharapkan partiipasi dan bantuan saudara semunya untuk secara serius mengembangkan dan menindaklanjuti program Penyelarasan dengan Dunia Kerja dalam bentuk Rencana Aksi yang dapat diterapkan di masyarakat”. (Dalam Majalah Kampus hal.5).

Domain pendidikan merupakan bagian penting dari kepribadian yang berhubungan dengan kecerdasan. Domain pendidikan ada tiga proses yaitu:
  1. Domain Kognitif : Melalui proses pendidikan (Proses pembelajaran) dihasilkan domain kognitif yaitu domain yang berkaitan dengan peingkatan pemahaman dan pengetahuan terhadap disiplin ilmu, pengertian istilah-istilah dari ilmu yang dipelajari, bisa juga memahami dan mengetahui teori, hukum, dan dalil ilmu.
  2. Domain affektif yaitu domain yang menekankan pada perubahan sikap, nilai-nilai yang baik, yang etis, yang mulia, yang sopan santun, yang berakhlak mulia dari peserta didik.
  3. Domain psikomotor lazim disebut domain keterampilan yang dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Domain ini tampak pada karaketer kerja jeras, tangguh, tanggap, kemampuan bersaing dan profesional.

Pengembangan domain/ranah/kemampuan ini bersumber dari kecerdasan dasar yang diberkahi oleh Allah SWT.
a. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotient)
Kecerdasan ini dibangun melalui proses pendidikan, oleh karena itu kecerdasan ini selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang. 

b. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient/EQ).
Kecerdasan ini adalah kecedasan yang melengkapi kecerdasan intelektual (IQ).

c. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient/SQ).
Kecerdasan ini (SQ) juga merupakan kecerdasan hati yang berhubungan dengan penempatan perilaku atau jalan hidup seseorang dinilai lebih baik dibandingkan yang lain. Kecerdasan ini adalah ‘Kecerdasan semangat” yang mendorong kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih berfungsi dengan baik.

d. Kecerdasan Sosial (Social Quotient)
Kecerdasan sosial menekankan pada kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan orang lain.Individu yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi sangat peduli dengan tetangga atau lingkungan yang perlu bantuan, gotong royong dipenuhi, dan penyuluh kepada masyarakat tanpa pamrih.

e. Kecerdasan Skill (Skill Quotient)
Kecerdasan ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ, SQ, yaitu kecerdasan mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan intelektual dan kecerdasan hati.

Domain Pendidikan Dan Dimensi Kerja
Perolehan domain atau ranah kognitif, affektif, dan psikomotorik sangat mendukung seseorang sukses dalam bekerja. Kesuksesan ini karena seseorang telah menguasai konsep-konsep dasar, teori, hukum, dan dalil ilmu pengetahuan. Bersikap dan berperilaku yng berkhlak, bermoral, beretika, merupakan pendorong seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang lain. Keterampilan yang menghasilkan karya menjadikan seseorang tidak bergantung pada orang lain. 

1. Acuan, Tujuan, Dan Fungsi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
A. Acuan Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Acuan pendidikan karakter/budi pekerti dibahas dalam bab ini adalah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pidato atau sambutan pejabat tinggi negara yang menekankan pada pentingnya pendidikan karakter/budi pekerti.
  1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 (3).
  2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
  4. Bingkai Rencana Aksi Nasional (RAN) 2010-2014.
  5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
  6. Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter/budi Pekerti (2010).
  7. Sambutan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara Jakarta 11 Mei 2010, yang bertema : “Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa”.
Presiden RI, Susilo Bambang Yuhoyono Mengemukakan :
Lima isu penting dalam dunia pendidikan. Pertama, adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak atau dikenal dengan character building. Isi kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan setelh seseorang selesai mengikuti pendidikan. Ketiga, kaitan pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan lima tahun mendatang. Isu yang keempat adalah bagaimana membangun masyarakat yang berpngetahuan atau knowledge society yang dimulai dari meningkatkan basis pengetahuan masyarakat dan yang kelima bagaimana membangun budaya inovasi. “The culture of inovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar menjadi negara maju di abad 21 ini”.

B. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Adapun tujuan pendidikan Karakter/Budi Pekerti sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3) : “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam Undang-Undang”. Sedangkan Fungsi pendidikan nasional dirumuskan : ‘mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

C. Ada Apa Dengan Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa
Penomena nasional merupakan tanda-tanda perilaku yang kurang mendukung kearah stabilitas nasional yang dicita-citakan. Cita-cita nasional yang telah dirumuskan terdapat pada alenia ke-2 UUD 1945 yaitu “ Mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur”. Sedangkan tujuan nasional terdapat pada alenia ke-3 UUD 1945, yaitu: “melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

D. Membangun Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa Menjadi Kreatif
Cara Untuk membangun kreativitas/budi pekerti adalah melalui :
  1. Pendidikan dan latihan (seperti soft skill, enterprenership), jalur pendidikan formal dan non formal merupakan mediun yang paling efektif untuk membangun kreativitas.
  2. Menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan dari orang-orang yang sukses (seperti pengusaha sukses).
  3. Bergaul dalam lingkungan orang-orang yang unggul, orang-orang yang pintar.
2. Pendidikan Karakter/Budi Pekerti Melalui Pendidikan Informal, Formal Dan Non-Formal
A. Pendidikan Informal (Informal Education)
“Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan” (UU No. 20/2003, Pasal 1 (13))

Sebelum anak masuk sekolah (pendidikan formal) pendidikan yang pertama sekali yang diberikan kepada anak adalah pendidikan dalam keluarga. Setelah anak berumur 6 tahun atau 7 tahun barulah masukkan ke Sekolah Dasar. Walaupun sebelum itu anak dimasukkan ke dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), namun peran pendidikan dalam keluarga sangat menentukan karakter/budi pekerti anak.

Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa depan anak. Demikian pula karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari dalam keluarga. Dalam hal ini ibu merupakan peran utama, karena ibu yang melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling saying dengan anak. Sangat tinggi derajat ibu, predikat ibu disebut juga Ibu Pertiwi, Ibu Negara.

Tantangan lain ibu selain membentuk karakter/budi pekerti anak yaitu tantangan bagaimana Ibu berperan mengurus rumah tangga, tetapi juga aktif dalam kegiatan di masyarakat, karena Ibu diharapkan menjadi contoh dalam keluarga dan menjadi contoh di masyarakat. Kekuatan spiritual orang tua terutama dalam membentuk karakter/budi pekerti, akhlak mulia si anak sangat menentukan masa depan anak agar menjadi harapan bangsa dalam rangka membangun bangsa yang unggul dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Karakter/budi pekerti, akhlak mulia terbentuk dari perilaku yang baik yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang baik, kebiasaan-kebiasaan ini seperti mencium tangan orang tua bila mau berangkat sekolah, ke tempat teman, mengucapkan salam, menundukkan badan bila melintas di hadapan orang-orang yang lebih tua termasuk guru, ringan tangan, berdoa, dll diajarkan dalam keluarga akan menjadi kebiasaan.

Kebiasaan-kebiasaan yang sejatinya diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya dirumah dalam rangka pendidikan karakter/budi pekerti adalah:
  1. Kebiasaan mengenal Tuhan dalam sebutan sederhana dalam keseharian seperti Allah, Allahu Akbar.
  2. Kebiasaan Sholat berjamaa dengan orang tua, selesai sholat bersalaman mencium tangan orang tua.
  3. Kebiasaan sopan santun kepada orang tua, guru, anggota keluarga yang lebih tua, kepada saudara dalam rumah, kepada tetangga.
  4. Kebiasaan meminta izin bila hendak keluar rumah.
  5. Kebiasaan mencium tangan orang tua bila hendak bepergian.
  6. Kebiasaan menyayangi orang tua dan orang tua menyayangi anak, itulah sifat Allah.
  7. Kebiasaan berjalan menunduk di hadapan orang yang lebih tua.
  8. Kebiasaan menyapa orang yang lebih tua dengan sapaan yang menunjukkan rasa hormat.
  9. Kebiasaan mendidik anak supaya jujur.
  10. Kebiasaan mendidik anak supaya amanah.
  11. Kebiasaan membantu pekerjaan orang tua di rumah terutama anak perempuan.
  12. Kebiasaan mengajarkan anak supaya tidak iri hati kepada saudara sendiri.
Keluarga adalah organisasi kemasyarakatan yang terkecil, yang paling tua dan paling dekat dalam kerangka pendidikan dan pembentukan karakter/budi pekerti anak. Keluargalah yang lebih memberi corak/warna paling pertama dan yang paling besar peranannya dalam pembentukan karakter/budi pekerti anak.

B. Pendidikan Formal (Formal Education)
Pendidikan Karakter ataupun budi pekerti sangat efektif diterapkan pada jalur pendidikan formal. “Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi” (UU No.20/2003 pasal 1(11)).

Guru adalah kunci penting untuk mewujudkan pendidikan karakter/budi pekerti dalam rangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa. Profesi guru adalah amat mulia, yang mengajarkan anak dari tidak tahu menjadi tahu, tidak pandai berhitung dan membaca serta menulis menjadi pandai menghitung dan membaca serta menulis. Memberikan nasihat kepada anak didik sudah di catat pahalnya oleh Allah SWT.

Guru/dosen yang baik, yang professional, yang bertanggung jawab, yang diteladani adalah guru/dosen yang mampu menghayati dan mengamalkan 4 (empat) kompetensi secara umum yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik
Memahami psikologi pendidikan dan psikologi pelajar, memahami peserta didik menurut tingkat perkembangannya, dan memahami profil teman-teman sejawat guru. 

2) Kompetensi Sosial
Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sekolah, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat luas, mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan di masyarakat, dan mampu mewujudkan perilaku social dalam masyarakat.

3) Kompetensi Kepribadian
Mengembangkan kepribadian sebagai pendidik yang baik, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, membimbing anak didik, dan memberi teladan yang baik bagi peserta didik dan teman sejawat guru.

4) Kompetensi Professional
Menguasai landasan-landasan kependidikan termasuk psikologi belajar, menguasai materi pelajaran, menyusun persiapan mengajar dan melaksanakannya, mengevaluasi hasil belajar anak didik dan proses pembelajaran, menguasai metode dan media pembelajaran, dan kemampuan menguasai dan mengatur kelas.

i. Peran Guru Agama
Guru agama mempunyai tugas yang amat berat dalam rangka mendidik, membina kepribadian seseorang. Pada hakekatnya peran guru agama tidak hanya mengajarkan apa itu agama, tetapi lebih dalam dari itu adalah pendidikan agama yang lebih penting.

ii. Latih Kebiasaan Berperilaku Positif
Telah dijelaskan bahwa anak didik dalam masa pertumbuhan sangat peka sekali dengan pengaruh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Pengaruh lingkungan yang di maksud adalah melatih kebiasaan kepada anak didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang positif. 

iii. Refungsionalisasi Tata Tertib Sekolah Untuk Merubah Sikap Siswa
Sikap adalah keadaan dalam diri manusia atau individu yang berhubungan dengan pengamatan, perasaan dan tindakan untuk merespon objek di luar dirinya. Sikap yang ada pada diri manusia atau individu memberi corak tertentu terhadap perilaku yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian di atas, ada 3 komponen sikap yaitu:

a. Komponen Pengamatan
Pengamatan terhadap suatu objek melahirkan perasaannya terhadap objek itu dan merespon objek tersebut. Komponen pengamatan tidak terlepas dari pengetahuan (knowledge) tentang suatu objek, kemudian menilai objek tersebut. 

b. Komponen Perasaan 
Komponen perasaan ini dapat bersifat positif dan dapat bersifat negative terhadap objek. Perasaan positif menimbulkan perasaan senang atau suka dan sebaliknya perasaan negative akan menimbulkan perasaan tidak senang atau tidak suka.

c. Komponen Kecenderungan Bertindak
Komponen kecenderungan bertindak yaitu melakukan aksi terhadap objek yang di amati di tentukan oleh perasaan dan pengamatan individu terhadap suatu objek yang baik menimbulkan perasaan senang atau suka, sehingga melahirkan sikap positif seperti peduli, menolong, ringan tangan, dll.

iv. Tata Tertib Sekolah Merupakan Norma Kelompok
Sekolah merupakan kelompok masyarakat kecil yang terdiri dari sebagian besar siswa-siswa, guru-guru, dan anggota lainnya saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Setiap anggota yang berintegrasi itu mempunyai sikap yang berbeda-beda karena adanya kepentingan yang berbeda-beda terhadap sesuatu objek. Tata tertib sekolah adalah suatu kondisi yang dirancang untuk dapat mengatur dan mengendalikan sikap ataupun tingkah laku individu atau siswa-siswa di sekolah supaya tercipta suasana aman dan tentram disekolah tanpa adanya gangguan baik dari dalam maupun luar. Tata tertib sekolah pada prinsipnya menciptakan kondisi untuk mencegah tingkah laku atau sikap siswa-siswa yang negative.

C. Pendidikan Non-Formal (Non-Formal Education)
“Pendidikan Non-Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. (UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistempendidikan nasional, pasal 1(12)).

Pendidikan non-formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik yang menekankan pada penguasaan dan pengetahuan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan berkepribadian yang professional. 

Pendidikan non-formal mencakup pendidikan life skill, PAUD, pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Satuan pendidikannya dapat dalam bentuk kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar, majelis taklim, sanggar-sanggar, dll. Dalam lingkungan pendidikan non-formal yang sejatinya bermuatan kurikulum pendidikan keterampilan diisi dengan kegiatan atau praktek yang member bekal karakter/ budi pekerti peserta didik. Leraning by doing dalam lembaga pendidikan, balai latihan kerja, misalnya pendidikan olahraga di sasana olahraga, pendidikan kesenian di sanggar-sanggar seni, teater seni, taman seni dan budaya, dll merupakan media penumbuhan karakter/budi pekerti dibentuk secara efektif. Dalam wadah lain seperti Pramuka, Mapala, PMR merupakan wadah-wadah yang sudah terbukti untuk membangun karakter anak bangsa. 

Pendidikan non-formal adalah suatu aktivitas pendidikan yang dating di luar sistem pendidikan formal yang ditujukan untuk melayani anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jalur pendidikan yang efektif untuk membangun karakter/budi pekerti anak bangsa. Pendidikan non-formal baik yang diprogramkan oleh pemerintah maupun masyarakat dapat berlangsung di berbagai tempat seperti: Pusat Kegiatan Belajar (PKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Program Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan untuk Orang Dewasa (Androgogi), dan Pendidikan Keterampilan.

3. Membangun Karakter/Budi Pekerti Anak Bangsa Melalui Beberapa Pendekatan
A. Pendidikan Nilai-Nilai Luhur Agama(Religius Values Approach)
Pendidikatan karakter/budi pekerti mengajarkan perilaku yang terpuji, melarang berbuat keji. Dalam surat An-Nahl ayat 97 telah dituliskan

“Barang siapa yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, baik laki-laki atau perempuan, dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (thayyibah) dan Kami berikan kepadanya balasan (pahala) setimpal dengan kebaikan yang ia kerjakan”.

Pendidikan karakter/budi pekerti mengajarkan agar anak didik untuk menjadi orang-orang yang memiliki hati untuk memahami ayat-ayat Allah, memiliki mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan memiliki telinga untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang di dalamnya, ada kebenaran sebagai pedoman hidup yang paling tinggi untuk berbuat kebajikan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Pendidikan karakter/budi pekerti adalah pendidikan yang berorientasi pada kesucian jiwa dan badan, seimbang antara membangun mental spiritual (jiwa) dengan membangun kecerdasan badan atau raga (kinestetik).

B. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Budaya (Culture values approach)
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan termasuk membiasakan budi pekerti yang baik. Budaya adalah keseluruhan cara hidup, warisan social, cara berpikir, kepercayaan, cara kelompok bertingkah laku, gudang pelajaran yang dikumpulkan, tindakan baku untuk mengatasi masalah, peraturan bertingkah laku dalam acara tertentu. 

Susbtansi dari budaya dalam kehidupan sehari-hari tampak pada kebiasaan, adat istiadat, pola pergaulan, upacara ritual (kepercayaan), sikap dan perilaku yang berulang-ulang yang khas dalam kehidupan masyarakat tertentu. Nilai-nilai budaya yang positif yang diwariskan oleh nenek moyang negeri ini tampaknya perlu dihidupkan, dibangun kembali dalam kerangka membangun karakter/budi pekerti anak bangsa ini. 

Nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai suatu pendekatan membangun karakter/budi pekerti bangsa:

1. Pemahaman budaya leluhur
Sejarah telah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia senang hidup bersama, berkelompok, bergotong royong mengerjakan sawah, membangun rumah, saling tolong menolong terhadap kerabat yang terkena musibah. Sungguh mahal harganya untuk membangun kembali karakter/budi pekerti yang hidup dalam nilai-nilai budaya leluhur bangsa ini tempo dulu.

2. Mempertahankan Nilai-Nilai Dasar Budaya Yang Merupakan Jati Diri Bangsa
Diakui sejujurnya bahwa bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa yang dihormati, disegani, harimaunya ASEAN. Bangsa ini terkenal keramah-tamahannya dan kesantunannya penampilan duta-duta Indonesia dalam bidang kesenian, olahraga misalnya membuktikan negeri ini adalah negeri yang berbudaya tinggi yang mencerminkan pula karakter/budi pekerti bangsa ini adalah berkarakter mulia. 

3. Memahami Bahwa Pluralistis(multi etnis, multi agama, multi kepercayaan, multi budaya, dll), tetapi tetap satu (NKRI)
NKRI dalam pluralistis dibuktikan oleh sejarah Indonesia merdeka. Pendiri Negari ini telah menetapkan komitmen nasional yaitu BHINNEKA TUNGGAL IKA, WALAUPUN BERBEDA-BEDA TETAPI TETAP SATU. Memahami pluralistis dalam beraneka ragam multi mengandung pengertian bahwa multi-multi tersebut adalah kekuatan bangsa untuk menjaga ketahanan nasional dalam rangka mewujudkan stabilitas nasional.

Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisikan keuletan dan ketangguhan untuk mencegah segala macam hambatan, ancaman, rintangan, dan gangguan yang datangnya dari dalam maupun luar negeri. 

4. Mengedepankan Nilai-Nilai Patriotisme
Nilai-nilai yang di kedepankan dalam karakter patriotic, cinta tanah air misalnya pantang dihina dan pantang menghina. Bila dihina maka muncul perilaku kolektif untuk membela tanah air, dan bila menghina juga akan muncul perilaku kolektif untuk mencegah jangan sampai melakukan penghinaan.

5. Memahami Makna Perilaku Berbudaya (Perilaku Berkarakter/Berbudi Pekerti Berbasis Budaya)
Perilaku budaya adalah perilaku yang berorientasi atau merujuk pada aktivitas-aktivitas norma-norma positif yang dikerjakan bersama dalam masyarakat tertentu dinilai membawa kebaikan. Bila individu atau kelompok tertentu tidak ikut di dalamnya cenderung kurang disukai masyarakat. Contohnya, gotong royong, tolong menolong, sadar hukum, toleransi, dan saling menyayangi.

6. Pemahaman Terhadap Nilai-Nilai Budaya Etnis/Suku Untuk Memperkaya Khasanah Budaya Sendiri Sebagai Penangkal Konflik Sosial
Dalam keanekaragaman dan perbedaan budaya itu dapat digali pengetahuan yang baru, individu dan kelompok tahu banyak hal dari budaya etnis/suku. Dengan mempelajari budaya orang lain akan tumbuh karakter/budi pekerti yang mampu menyesuaikan diri sehingga terhindar dari kesalahpahaman apalagi pertikaian dan perkelahian yang mengantarkan pada konflik social.

Dalam rangka menginternalisasikan nilai-nilai budaya seperti yang dikemukakan di atas kepada seluruh masyarakat perlu diprogramkan oleh pemerintah (pusat dan daerah), wakil rakyat, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh agama dalam bentuk kegiatan terprogram secara rutin. Kegiatan terprogram itu dapat dalam bentuk PENDIDIKAN MENCERDASKAN MASYARAKAT terhadap pentingnya memahami nilai-nilai luhur budaya yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa ini.

C. Pendekatan Nilai-Nilai Luhur Pancasila (Five Principles Values Approach)
I. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Pancasila adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai falsafah bangsa Indonesia pancasila merupakan sumber kehidupan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia berisikan ajaran yang mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam sila-silanya.

Pancasila sejatinya dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, karena mengandung nila-nilai luhur yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama. Nilai-nilai luhur pancasila yang terpatri dalam sila-sila pancasila sejatinya dihayati dan diamalkan, bukan sekedar semboyan semata yang dibaca pada setiap upacara apapun, baik di sekolah maupun dalam upacara memperingati hari-hari besar nasional. 

II. Nilai-nilai Luhur Pancasila
Manusia dilahirkan sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri, artinya manusia senantiasa memerlukan bantuan orang lain. Bantuan orang lain itu akan dirasakannya diperlukan ketika akan memenuhi kebutuhan, baik itu kebutuhan biologis, kebutuhan hiburan, kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Nilai-nilai pancasila dijabarkan dari:
a. Keyakinan dan Kerukunan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu: kepercayaan terhadap eksistensi Allah SWT Yang Maha Kuasa, toleransi antar pemeluk agama, kerukunan antar pemeluk agama, saling menghormati antar pemeluk agama, kebebasan menjalankan ibadah menurut agama yang diyakini.

b. Keadilan yang Beradab
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yaitu: bahwa manusia memiliki martabat, harkat, derajat yang tinggi sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia di bumi, manusia memiliki agama, manusia memiliki budaya, manusia memiliki daya piker, daya cipta, dan daya karsa untuk berbuat demi kemaslahatn umat, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran.

c. Kebanggaan dan Kecintaan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia yaitu: kecintaan dan bangga terhadap tanah air, Negara yang berdaulat, bahasa, dan bendera merah putih, mencintai NKRI, mencintai kemerderkaan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang mensejahterakan dan memakmurkan rakyat, mencintai pejuang yang rela berkorban.

d. Ketaatan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan adalah: taat melaksanakan keputusan dari hasil musyawarah mufakat, taat pada norma-norma ajaran agama, norma-norma kehidupan dalam masyarakat seperti taat pada hukum adat, menerima hasil keputusan bersama.

e. Keadilan Sosial
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi Selurih Rakyat Indonesia adalah: adil dalam arti tidak bertindak sewenang-wenang terhadap individu atau kelompok lain, adil dalam memberlakukan keputusan hukum, adil dalam member lapangan kerja, adil dalam memperjuangkan HAM, tidak merugikan orang lain, membela keadilan dan kebenaran, dan menghormati hak orang lain.

III. Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa rumusan pancasila digali dari pola kehidupan, budaya dan adat istiadat masyarakat bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur yang merupakan suatu rangkaian sistem nilai dasar yang memperkuat satu sama lainnya. Kekuatan spiritual dan sistem nilai dasar inilah yang dihayati, diamalkan, diaktualisasikan oleh para pendiri republic ini.

Penerapan pancasila sebagai pandangan hidup di Indonesia tidak mudah. Negara ini adalah Negara yang pluralistic, jumlah etnisnya ± ada 300 kelompok yang sudah pasti memiliki adat istiadat, budaya dan pola hidup serta nilai-nilai kehidupan yang dianut pun berbeda. Belum lagi macam-macam agamanya dengan tata cara beribadah yang berbeda, bahasa, dialeg, watak etnisnya yang dipahami oleh pendatang lain. Kondisi pluralistic inilah kadang-kadang sebagai penyebab terjadinya benturan nilai-nilai yang saling berbeda yang dapat menimbulkan konflik social.

IV. Internalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Pancasila sebagai falsafah bangsa yang identik dengan pandangan hidup bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Pancaran wawasan yang bersumber dari kekuatan dan kesaktian pancasila ibarat pancaran sumber air yang member kehidupan. Apabila sumber-sumber air tersebut menyatu akan menjadi sumber kekuatan yang mampu menahan apa saja. Ibarat air laut yang merupakan kesatuan dari pancaran sumber air yang mampu menahan apa saja yang ada di permukaannya dan mampu pula menghantam dan menghancurkan apa saja yang menghalanginya. 

Pancasila adalah sumber kehidupan dalam arti pandangan hidup bangsa Indonesia, apabila diganggu dan dirongrong, berarti menggangu dan mengrongrong setiap aspek kehidupan bangsa. Sumber kehidupan berarti napas yang harus dijaga dari gangguan, hambatan, dan ancaman, bila tidak maka napas pasti berhenti dan konsekuensinya adalah mati. 

a) Internalisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi
Internalisasi yang dimaksud adalah menanamkan nilai-nilai luhur pancasila agar kokoh dan tidak mudah digoyahkan oleh siapapun, dan pendidikan nilai-nilai luhur pancasilla agar setiap perilaku intelektual insan perguruan tinggi mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila.

b) Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Perguruan Tinggi
Aktualisasi yang dimaksud adalah budayakan perilaku yang mencerminkan jati diri pancasialis dan membangun citra kampus pancasila.

D. Memahami Hakekat Manusia
1) Manusia sebagai makhluk beragama
Sesungguhnyaperilaku manusia yang berkarakter baik/ berakhlak mulia dan yang berkarakter tidak baik tergantung dari segumpal darah yang ada dalam tubuh manusia yaitu hati (Qalbu). Oleh karena itu, memelihara hati, menumbuh suburkan hati sangat penting melalui siraman hati. Siraman hati yang paling berharga adalah bersumber dari ajaran agama.

Manusia beragama hakekatnya ingin hidup damai, tentram, aman, dan tertib. Agama apapun mengajarkan kedamaian, ketentraman, keamanan, dan ketertiban baik lahir maupun batin. Intinya adalah menghayati, memahami, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam keseharian perilaku sopan santun, atau adat istiadat, tata krama, menghormati orang tua dan guru, patuh dan taat adalah pembinaan karakter/ budi pekerti sejak dini.

2) Manusia adalah Makhluk yang Berbahaya
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT adalah makhluk yang berbudaya. Manusia berbudaya, unsur inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia dibekali dengan akal untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akal manusia dapat mewujudkan bermacam karya sebagai hasil budaya. Manusia dibekali pula dengan perasaan. Perasaan untuk tidak menyinggung dan mengganggu orang lain adalah perasaan yang berkarakter/ berbudi pekerti. Perasaan kecintaan, kekeluargaan, kekerabatan, kepedulian, keakraban, dll bersumber dari hati yang bersih dan jernih. Sebagai makhluk berbudaya padda hakekatnya adalah manusia ingin maju, manusia ingin bersaing, manusia ingin menciptakan sesuatu yang baru, manusia ingin beradat istiadat, bersopan santun, manusia ingin menciptakan karya dan seni, manusia ingin menciptakan ilmu pengetahuan, manusia ingin menciptakan pembaharuan pendidikan, manusia ingin mememlihara tradisi.

4. Pendidikan Karakter Dalam Gurindam Dua Belas
A. Raja Ali Haji Penulis Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas yang dikenal sangat luas merupakan karya dari seorang Bapak Bahasa Indonesia, Pahlawan Nasional dibidang Bahasa yaitu Raja Ali Haji. Nama lengkapnya adalah Teungku Haji Ali al-Haji bin Tengku Haji Ahmad. Dilahirkan di Pulau Penyengat Indra Sakti di waktu itu menjadi pusat pemerintahan Kerajaaan Riau Lingga, Johor dan Pahang. Raja Ali Haji sebagai penulis Gurindam Dua Belas adalah seorang Pahlawan Nasional dibidang Bahasa Melayu sebagai asal Bahasa Indonesia.

B. Rumusan Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas adalah karya puisi yang diciptakan oleh Raja Ali Haji dengan memperlihatkan kepoloporan dalam meningkatkan kulitas Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia modern. Gurindam Dua Belas mengandung banyak nasehat, pesan, dan petuah bagi anak bangsa terutama sekali dalam membangun Karakter/ budi pekerti. Disebut Gurindam Dua Belas karena isi puisi terdiri dari dua belas pasal. Secara rinci dikutip berikut ini :

Ini Gurindam Pasal Yang Pertama
Barang siapa tiada memegang agama

Segala-gala tiada boleh dibilang nama 
Barang siapa mengenal yang empat 

Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah

Suruh dan tegahnya tiada ia menyala
Barang siapa mengenal diri

Maka telah mengenal akan tuhan yang bahri
Barang siapa yang mengenal dunia

Tahulah ia dunia mudharat

Ini Gurindam Pasal Yang Kedua
Barang siapa mengenal yang tersebut

Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang

Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa

Tidaklah dapat dua temasa

Barang siapa meninggalkan zakat 

Tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji

Tiadalah ia menyempurnakan janji 

Inilah Gurindam Pasal Ketiga 
Apabila terpelihara mata 

Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping

Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah 

Niscaya dapat daripadanya faedah 
Bersunggguh-sungguh engkau memelihara tangan

Dari pada segala berat dan ringan 
Apabilaa perut terlalu penoh

Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat

Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki

Daripada berjalan yang membawa rugi

Ini Gurindam Pasal Yang Keempat
Hati itu kerajaan di dalam tubuh

Jikalau zalim segala anggota pun rubuh 
Apabila dengki sudah bertanah 

Datanglah daripadanya beberapa anak panah 
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir

Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangaan dibela

Nanti hilang akal dikepala
Jika sedikitpun berbuat bohong 

Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong
Tanda orang yang amat celaka

Aib dirinya tiada dia sangka
Bakhil jangan diberi singgah 

Itulah perompak yang amat gagah
Barang siapa perkataan kotor 

Mulutnya umpama ketor
Di mana taau salah diri

Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaaan takabur jangan direpih

Sebelum mati didapat juga sepih

Ini Gurindam Pasal Yang Kelima
Jika hendak mengenal orang yang berbangsa 

Lihat kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbagia

Sangat mmeliharakan yang sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu 

Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang mulia

Lihatlah pada kelakauan dia
Jika hendak mengenal orang yang berakal 

Di dalaam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baikperangai

Lihat pada ketika bercampur deengan orang yang ramai
Ini Gurindam Pasal Yang Keenam
Cahari olehmu akan sahabat

Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akaan guru

Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan isteri

Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan 

Plih segala orang yang setiawan 
Cahari olehmu akan abdi

Yang ada baik sedikit budi

Ini Gurindam Pasal Yang Ketujuh
Apabila banyak berkata-kata

Disitulah banyak jalan masuk dosa
Apabila banyak berlebih-lebihan ssuka

Itulah tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat 

Itualah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tiada dilatih

Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencak orang

Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur 

Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan ada khabar

Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan

Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut

Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar

Lekaslah sekalian orang gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar

Tidak boleh orang yang berbuat onar

Ini Gurindam Pasal Yang Kedelapan 
Barang siapa khianat akan dirinya 

Apalagi kepada yang lainnya
Kapada dirinya ia aniaya

Orang itu jangan engakau percaya 
Lidah suka membenarkan dirinya

Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar

Biar daripada orang datangnya khaabar
Orang yang suka menampakkan jasa

Setengah dari syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri sembunyikan

Kebajikan diri diamkan
Ke’aiban orang jangan dibuka

Ke’aiban diri hendaklah sangka

Ini Gurindam Pasal Yang Kesembilan
Tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan 

Bukannya manusia yaitulah syaitan
Kejahatan seorang perempuan tua

Itulah iblis punya penggawa
Kepada segala hamba-hamba raja

Di situlah syaitan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda

Di situlah syaitan tempat penggoda
Perkumpulan laki-laki daan perempuan 

Di situlah syaitan punya jamuan
Adapun orang tua yang hemat

Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru

Dengan syaitan jadi berseteru

Ini Gurindam Yanng Kesepuluh
Dengan bapa jangan durhaka

Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat

Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai

Supaya boleh naik ke tengak balai
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa

Supaya kemaluan jangan menerpa
Dengan kawan hendaklah adil

Supaya tangannya jadi kapil

Ini Gurindam Pasal Yang Kesebelas
Hendak berjasa 

Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala

Buang perangai yang tercela
Hendak memegang amanat

Buanglah khianat
Hendak marah

Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai

Murahkan perangai

Ini Gurindam Pasal Yang Keduabelas
Raja mufakat dengan menteri

Seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja

Tanda jadi sebarang kerja
Hukum ‘adil atas rakyat

Tanda raja beroleh ‘inayat
Kasihkan orang yang berilmu

Tanda rahmat atas dirimu
Hormat orang yang pandai

Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati

Itulah asal berbuat bakti

Akhirat terlalu nyata

Kepada hati yang tidak buta

5. Karakter/Budi Pekerti Kepemimpinan Nasional
Manusia sudah ditakdirkan hidup berkelompok berdasarkan kepentingan bersama. Untuk mencapai kepentingan kelompok diperlukan seorang pemimpin untuk mengarahkan dan mengerahkan semua unsur dalam organisasi seperti manusia dengan pola tingkah laku dan pemikiran yang berbeda, sarana dan prasarana, serta dana agar menjadi satu potensi satu dalam rangka mencapai tujuan bersama. 

Kualitas seorang pemimpin tampak pada kemampuannya menggerakkan, memberi bimbingan , perintah dan motivasi sehingga bawahan termotivasi untuk berbuat demi kepentingan bersama mencapai tujuan yang disepakati bersama. Sehubungan dengan itu, arti kepemimpinan adalah suatu kiat ilmu dan seni memimpin yang tampak pada usaha mempengaruhi orang lain terutama bawahan yang dipimpinnya untuk mentaati perintah dan petunjuk secara suka rela guna mencapai tujuan organisasi.

Berpegang pada pengertian umum kepemimpinan tersebut maka yang dimaksud dengan Kepemimpinan Nasional adalah “kelompok elite bangsa pada segenap strata kehidupan nasional pada bidang sektor/profesi pada supra dan infra struktur, serta pemimpin non formal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/mengerahkan bangsa dan negara dalam pencapaian nasional.

Dalam situasi dan kondisi sekarang ini dunia terus berubah menurut “Kekuatan Perubahan” (Power of Change) dari waktu ke waktu. Situasi dan kondisi yang selalu berubah ini disebabkan oleh sistem kehidupan social yamg selalu berubah yang cenderung kearah yang lebih meningkat/maju. Oleh karena itu strategi kepemipinan pun tidak statis tetapi dinamis sesuai dengan arah gerakan perubahan tersebut.

A. Rasulillahi Uswatun Hasanah Pemimpin Umat
Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab, ayat 21 Allah berfirman dengan : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang amat baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

“Akhlak Rasullah patut dicontoh oleh pemimpin sekarang adalah sejalan dengan reference diatas adalah pemurah, tidak kikir, berani, tidak pernah mundur dalam memutuskan, dan jujur serta terpercaya sepanjang hidupnya”. (KH. Abdullah Zaki Al-Kaaf :79). Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa contoh teladan yang paling unggul dari yang unggul adalah Muhammad Rasulullah.

Seorang pemimpin yang baik memiliki sifat rendah hati, terbuka dan kritik, jujur, berani, mengatakan yang benar itu bener dan salah itu salah, memegang amanah, berlaku adil, memiliki komitmen dalam perjuangan, beritelegensi, dan mengabdi kepada Allah SWT.
  • Jangan tukar Rahmatan li a’lamin Rasulullah dengan kegelapan. 
  • Jangan tukar Syurga yang dirahasiakan Rasulullah dengan neraka.
  • Jangan tukar ke-Sidiq-an yang dicontoh Rasulullah dengan ketidak jujuran.
  • Jangan tukar ke-Taqlib-an yang dicontohkan Rasulullah dengan kesombongan .
  • Jangan tukar ke-Fathanahan yang diajarkan Rasulullah dengan kebodohan.

B. Contoh Kepemimpinan Berkarakter/Berbudi Pekerti
Kepemimpinan Nasional yang dirindukan oleh rakyat sekarang ini adalah “keteladanan”. Dalam era demokrasi sejatinya dalam pertarungan pemilihan kepemimpinan menerima lawan yang menang, sehingga kehidupan Negara tidak terganggunya oleh ulahnya kepemimpinan yang kalah.

Beberapa contoh kepemimpinan yang berkarakter kuat :
  1. Perdana Menteri Wanita Pertama Iggris Margaret Thatcher (Wanita Besi). Pemimpin yang tidak pernah putus asa jika tanda-tanda kemenangannya belum dilihat, ia berjuang sampai sukses, walau Thatcher sering pula mengalami kekalahan dalam dunia politik. Keputusannya penuh ketelitian, perhitungan, mendengar pendapat beberapa pihak.
  2. Le Kuan Yew, membawa Singapura yang semula hanya sebuah pulau kecil yang miskin sumberdaya menjadi Negara yang makmur.
Di sebuah Negara yang tidak memilki new leaders yang cakap atau situasi masyarakat yang cenderung statis seperti negara-negara Asia, akan lebih manjur, jika menggunakan pendekatan yang lebih otoritatif dengan sistem dan prosedur yang terukur. Ada situasi dimana fleksibilitas yang berlebihan malah membawa inefisiensi, minat kerja yang rendah, dan bahkan penyalahgunaan wewenang.

Strategi yang sama juga diterapkan di tempat dimana terdapat kesenjangan skill antara follower and leader sepwrti Indonesia. Bahkan sulit bagi kita untuk mengharapkan mereka yang pendidikannya terbatas untuk mengambil keputusan secara benar. Dengan strategi penerapan yang benar, sebuah negara bahkan akan berjalan dengan efektif, meskipun mungkin tidak semua orang simpati pada kebijakan kita maupun diri kita secara pribadi.

C. Kepemimpinan Nasional Yang Diharapkan
Masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini dalam hal kepemimpinan adalah bagaimana kader kepemimpinan nasional menghadapi krisis bangsa ini. Kerinduan terhadap pemimpin kuat bukan basa-basi. Pemimpin yang kuat bukan berarti otoriter yang kental dengan kekerasan. Tetapi pemimpin memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, kedalam wawasa, yang memiliki komitmen yang kuat untuk mengawal demokrasi, penegakan HAM dan hokum tanpa pandang bulu.

Pemimpin yang demokrasi dikawal oleh penegakan hukum, karena keduanya merupakan dua sisi mata uang yang saling memberi arti. Untuk memilih pemimpin seperti itu, persyaratannya adalah rakyat harus cerdas.

6. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis Dalam Membangun Karakter Anak Bangsa
Dalam era globalisasi dan demokrasi sekarang ini,bangsa indonesia tengah mengsikapi arus global. Era globalisasi merubah situasi dan kondisi dunia menjadi sempit. Di satu sisi, globalisasi ditandai dengan persaingan dan keunggulan, pada sisi lain globalisasi didukung oleh kemajuan teknologi informasi.Sejalan dengan itu, isu demokratisasi semakin menonjol dan juga isu politik lainnya bersamaan demokratisasi adalah transparansi. Namun, disisi lain persoalan yang dihadapi adalah bangsa yang masih dalam kondisi krisis multidemensi yang berkepanjangan.

A. Pengaruh perkembangan Lingkungan Strategis (Lingstra) Global / Internasional dan Regional 
Krisis moneter yang sedang melanda Republik indonesia yang tercinta ini disebabkan salah satu diantaranya adalah bahwa negara berkembang sangat tergantung kepada negara maju. Faktor lain yang mrngakibatkan negara ini terpengaruh yaitu lemahnya karakter/budi pekerti anak bangsa , lemahnya solidaritas nilai-nilai luhur yang sudah dibangun oleh leluhur ditinggalkan begitu saja.

1) Pengaruh dalam Bidang Politik
Dampak perkembangan lingkungan strategis global/ internasional dibidang politik dapat diikuti dari munculnya keyakinan diberbagai negara, khususnya negara berkembang. Perkembangan pada dimensi lain pada bidang politik yaitu munculnya lembanga politik internasional, lembaga keuangan internasional, perusahaan multi nasional, LSM , Badan-Badan Swasta nasional, Dll.

2) Pengaruh dalam Bidang Ekonomi
Pengaruh kekurangmantapan sistem moneter internasional tampak pada nilai tukar uang yang tidak menentu. Perkembangan lingkungan strategis regional lebih dominan dibidang ekonomi ini ditandai pula oleh meningkatnya hubungan dagang dan ekonomi diantara negara-negara Asean .Namun, perkembangan lingkungan strategis regional tampaknya sangat besar sekali yaitu krisis moneter yang hampir terjadi disetiap negara.

3) Pengaruh dalam Bidang Sosial Budaya
Dampak perkembangan lingkungan strategis global/ internasional dan regional dalam bidang sosial-budaya tampak jelas pada perilaku masyarakat seperti cara berpakaian,munculnya jenis-jenis makanan baru dengan segala macam merek, serta gaya hidup mewah ala ke barat-baratan,Dll. Hal ini menunjukkan perilaku yang mencotoh budaya global yang lebih ditontonkan ketimbang perilaku budaya bangsa sendiri. Kecendrungan mewujudkan demokratisasi sehingga tuntutan politik dalam segala mobilitasnya berdampak pula pada bidang sosial budaya.

4) Pengaruh dalam Bidang Pertahanan
Perkembangan lingkungan strategi global di bidang pertahanan juga adalah disentegrasi bangsa. Perkembangan kegiatan terorisme internasional yang ditandai dengan runtuhnya gedung WTC dan Pentagon di AS., dll. Pengaruh perkembangan lingkungan strategis regional dibidang pertahanan ditandai oleh adanya sengketa yang mengakibatkan terganggunya stabilitas nasional.

B. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis Nasional
1) Pengaruh dalam Bidang Politik
Orde reformasi lahir sebagai koreksi total terhadap penyelewengan-penyelewengan dalam bentuk KKN selama orde baru yang dimuati dengan “Kekuasaan”, Monopoli ekonomi, arongasi,Dll. Issue nasional juga adalah otonomi daerah yang mulai diberlakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang masih memerlukan telah strategis.

2) Pengaruh Dibidang Ekonomi
Perkembangan lingkungan strategis nasional dalam bidang ekonomi yang berdampak pada stabilitas pembangunan nasional adalah belum seimbangnya pembangunan ekonomi dipusat dan didaerah, antara kota dan desa merupakan salah satu penghambat pembangunan nasional. Pada sisi lain, dalam sistem perekonomian nasional yang ikut mempengaruhi stabilitas nasional adalah munculnya deregulasi dan debirokratisasi perekonomian nasional untuk menghindari biaya yang tidak proporsional yang ditanggung oleh rakyat. Misalnya melalui tarif pajak telpon, listrik,air, BBm, serta menghindari monopoli dan oligopoli.

3) Pengaruh dalam Bidang Sosial Budaya
Keterbukaan dalam era globalisasi yang didukung oleh kekuatan jaringan ilmu pemgetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama teknologi informasi, teknologi komunikasi, teknologi transportasi telah merubah tantanan nilai norma kehidupan baru. Masalah sosial budaya lainnya yg belum tertuntaskan,seperti penyebaran penduduk menumpuk dikota-kota besar. Dampak perkembangan lingkungan strategis nasional lainnya adalah penegakkan supremasi hukum supaya masyarakat taat kepada hukum,Permasalahan dapatkah mereka meningkatkan ketahanan budaya agar arus budaya “Modernisasi” dan “Westernisasi” yg sulit dibendung termasuk muatan-muatan negatifnya.

4) Pengaruh dalam Bidang Pertahanan 
Berbagai krisis yg bermula direpublik ini bermula dari krisis moneter yg mengantar pada krisis multimensi sangat menganggu stabilitas nasional dan dapat merapuhkan ketahanan nasional. Kewaspadaan harus ditingkatkan karena berbagai peristiwa telah terjadi direpublik ini dari sabang sampai merauke, Misalnya di aceh terkenal dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) , Dipapua (OPM), Dll. Peristiwa tersebut berpengaruh pada semua aspek kehidupan yang mencakup semua bidang.

7. Bersikap Positif Terhadap Globalisasi
A. Mengemas Informasi Berkualitas
Globalisasi merupakan karunia dari Allah yang maha Kuasa, maha Besar, maha tahu, dan maha segala-galanya. Globalisasi menuntut kualitas yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sebagai contoh sikap positif misalnya globalisasi informasi melalui media massa. Seyogyanya disadari bahwa informasi merupakan sesuatu yang mahal, Barang siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai dunia, oleh karna itu, manusia sejatinya mengemas informasi supaya berkualitas. TV sebagai media komunikasi informasi hendaknya mampu menyampaikan informasi yang benar, misalnya:
  1. Informasi yang disampaikan sesuai dengan kenyataan 
  2. Informasi yang disampaikan mampu membendung kesalahan informasi yang lain,
  3. Informasi yang disampaikan mengandung kaedah ajaran yang benar 
  4. Informasi mengandung nilai-nilai luhur untuk kehidupan yang lebih bermutu.
Media masa harus bisa menjernihkan pandangan hidup umat manusia pada umumnya ,punya tanggung jawab terhadap perkembangan moral generasi yang akan datang.

B. Mengemas Pribadi Berkarakter/Berbudi Pekerti 
a) Mengendalikan Hati
Mengendalikan hati bukan pekerjaaan gampang,sebab pada diri manusia sejak lahir sudah ada perasaan dengki dan iri. Oleh karena itu, bebaskan diri dari kedua perasaan itu . Karna tidak akan sukses orang-orang yang memiliki sifat seperti itu.

b) Keterbukaan Berkomunikasi
Hidup ini tak sendiri, manusia hakekatnya adalah makhluk sosial, perlu teman perlu berkomunikas. Oleh karena itu miliki keberanian mendengarkan dan mengakui pendapat orang lain.

c) Manfaatkan Waktu 
Waktu adalah modal, sungguh beruntung yang adil dengan waktu. Ada waktu sholat, istirahat, bermain, olah raga, makan, rekreasi, dsbnya.

d) Hindari Membuat Masalah dan Sederhanakan Masalah
Masalah adalah rahmat Allah, karena dengan adanya masalah maka manusia akan berpikir untuk mengatasinya, untuk mencari jalan keluarnya dan karna itu pulalah manusia maju.

No comments:

Post a Comment