Friday 28 April 2017

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bunga Matahari

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bunga Matahari
ABSTRACT
An experiment was done to study the response of the growth and yield of sunflower to some soils and organic matter. The research was arranged in split plot design with three replications. Organic matter treatments as the main plot and the types of soil as sub plot. The organic matter treatments were no organic matter application and organic matter application. Types of topsoil, consisted four types ie: Andosol, Hidromorfik, Aluvial, and Yellow Red Podzolic, which in Soil Taxonomy is belong to group of Hapludant, Tropaquept, Tropofluvent, dan Paleudult, respectively. There are significant interactions between organic matter treatments and type of soils on growth and yield variables. There are significant diferences of various variables at differ type of soils, on no organic matter treatments. The highest growth was obtained at Aluvial and Hidromorfic. The highest yield was gotten at Andosol. The lowest growth and yield at Yellow Red Podsolic. On organic matter treatment, no significant differences among different type of soils.
Key words: sun flower, topsoil, types of soil, organic matter, growth, yield

1. PENDAHULUAN
Berbagai jenis tanah mempunyai sifat dan ciri berbeda dan ciri tanah ini akan direspon oleh tanaman yang dibudidayakan. Penamaan jenis tanah bertalian dengan sifat-sifatnya, termasuk tingkat kesuburannya. Berbagai sifat tanah dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan produktivitas tanah. Berbagai sifat yang dimiliki tanah juga menentukan respon tanaman terhadap berbagai masukan (pengelolaan) yang dilakukan seperti pemupukan dan pengapuran (Sanchez, 1976; Foth, 1984; Sitorus, 1990)). Jenis tanah dengan tekstur sedang memberi kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan akar, ketersediaan air dan udara. Tanah yang mempunyai koloid (liat dan organik) dengan KTK yang tinggi akan menyediakan unsur hara yang cukup dan dapat menerima pupuk yang cukup banyak untuk suplai kebutuhan unsur hara tanaman. Tanah yang sudah cukup berkembang dan telah tua, umumnya pH-nya rendah dan mempunyai koloid liat yang KTK-nya rendah dan mempunyai retensi yang tinggi terhadap unsur P. Demikian juga pada tanah yang mempunyai liat bermuatan positif (seperti alofan pada tanah Andisol) tingkat retensi P sangat tinggi. Ketersediaan unsur hara pada tanah-tanah demikian umumnya rendah dan tanaman sering mengalami defisiensi hara. Pada tanah demikian efisiensi pupuk umumnya rendah. Pada tanah ini kehadiran bahan organik sangat dibutuhkan (Soepardi, 1983).

Penambahan bahan organik, pada kebanyakan jenis tanah, khususnya pada tanah dengan kandungan bahan organik rendah, akan merubah sifat-sifat tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman ke arah yang lebih baik. Kehadiran bahan organik pada tanah bertekstur halus meningkatkan agregasi tanah, sehingga porositas dan aerasinya semakin baik. Pada tanah bertekstur pasir penambahan bahan organik meningkatkan daya pegang tanah terhadap air, sehingga terdapat cukup air pada musim kering dan meningkatkan daya pegang unsur hara terutama hara dari pupuk sehingga tidak mudah tercuci (Sanchez, 1982). Pada tanah masam, bahan organik meningkatkan aktivitas mikroorganisma, sehingga bahan-bahan bermuatan positif, terutama logam berat akan membentuk kelat, sehingga pupuk P yang diberikan dan P terfiksasi akan lebih tersedia. Pada tanah ini bahan organik juga meningkatkan pH tanah, KTK tanah, kapasitas tanah menahan air, dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Uehara dan Gilmann, 1981; Stevenson, 1982).

Tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L.) merupakan salah satu tanaman penting penghasil minyak nabati. Minyak biji bunga matahari digunakan untuk pembuatan minyak goreng dan margarine. Minyak bijinya mengandung berbagai komponen bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetika. Oleh karenanya komoditi ini berpotensi bagi agrobisnis dan agroindustri (Winarno, 1999). Untuk pengembangan penanaman bunga matahari diperlukan berbagai penelitian mengenai tindak agronomis baik untuk mendapatkan produksi biji, maupun minyak bijinya yang tinggi. Sementara menurut Weiss (1983) serta Kaul dan Das (1986) diameter bunga matahari dipengaruhi tipe tanah, dan variasi ukuran dan bobot bijinya dipengaruhi oleh berbagai tindak budidaya. Oleh karenanya respon pertumbuhan dan produksi bunga matahari terhadap sifat dan ciri yang dimiliki jenis tanah yang berbeda dan penambahan bahan organik pada tanah-tanah tersebut perlu diteliti.

Penelitian ini bertujuan mempelajari (1) pertumbuhan dan produksi tanaman bunga matahari pada beberapa jenis tanah, (2) pengaruh pemberian bahan organik terhadap tanaman bunga matahari pada beberapa jenis tanah

2. BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Katolik St Thomas SU, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Tuntungan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Nopember tahun 2002.

Penelitian menggunakan rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan. Perlakuan bahan organik sebagai petak utama, terdiri atas dua taraf yaitu tanpa pemberian bahan organik (B0) dan pemberian bahan organik (150 g pupuk kandang ayam per 10 kg tanah kering oven = B1). Top soil jenis tanah sebagai media tanam merupakan anak petak, terdiri atas empat taraf, yaitu : tanah Andosol (T1), tanah Hidromorfik (T2), tanah Aluvial (T3), tanah Podsolik Merah Kuning (T4), yang dalam klasifikasi Soil Taxonomy masing-masing termasuk grup Hapludand, Tropaquept, Tropofluvent, dan Paleudult. Setiap plot percobaan terdiri atas satu polibeg dengan satu tanaman.

Untuk mendapatkan jenis tanah sesuai perlakuan digunakan peta tanah Medan (Darul dkk,1989). Kemudian dilakukan pemeriksaan morfologi yang diperlukan untuk memastikan jenis tanah.

Tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah bagian topsoil pada kedalaman 0-20 cm. Media tanam dimasukkan ke dalam polibeg sebanyak setara 10 kg kering oven. Untuk perlakuan penambahan bahan organik (B1), ditambahkan 150 g pupuk kandang ayam per 10 kg tanah kering oven. Kemudian tanah dan bahan organik dicampur merata dan dibiarkan selama dua minggu. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam dengan dosis sebagai berikut 4 g Urea/10 kg tanah kering oven, 6 g TSP/10 kg tanah kering oven, 4 g KCl/10 kg tanah kering oven. Pemupukan kedua, dilakukan pada saat 4 minggu setelah tanam, sebanyak 4 g Urea/10 kg tanah kering oven.

Data variabel respon pertumbuhan dan produksi tanaman bunga matahari yang diamati sebagai berikut: tinggi tanaman, jumlah daun, lilit batang, bobot kering akar, jumlah cabang, jumlah cabang berbunga, umur berbunga, umur panen, diameter bunga, bobot kering cakram, jumlah biji total, jumlah biji bernas, bobot biji total, bobot biji bernas, bobot per biji. Data peubah dianalisa dengan sidik ragam pada taraf uji 5%. Untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan, data variabel respon dianalisa dengan uji beda nyata terkecil pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengaruh Bahan Organik
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan organik berpengaruh nyata pada berbagai peubah respon (Tabel 1). Pada peubah respon tertentu pengaruh bahan organik berinteraksi dengan jenis tanah, dan pada peubah lainya pengaruh bahan organik tidak berinteraksi dengan jenis tanah. Baik pada peubah respon yang tidak dipengaruhi interaksinya dengan jenis tanah maupun yang dipengaruhi interaksinya dengan jenis tanah, pemberian bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bunga matahari, serta mempercepat umur berbunga dan umur panen. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat jenis tanah yang digunakan membutuhkan bahan-bahan organik. Penambahan bahan organik pada keempat jenis tanah dapat direspon tanaman baik pada pertumbuhan vegetatifnya maupun generatifnya. Bahan organik yang ditambah ke dalam tanah dapat memberi pengaruh positif terhadap tanaman melalui berbagai pengaruhnya terhadap perubahan sifat-sifat tanah secara keseluruhan.

Penambahan bahan organik akan menyumbangkan berbagai unsur hara terutama unsur hara N, P, dan S, hormon pertumbuhan tanaman, meningkatkan kapasitas menahan air, dan meningkatkan aktivitas organisme tanah pada semua jenis tanah (Soepardi, 1983).

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, terutama unsur hara N, P, dan S. Bahan organik menyediakan sebagian besar nitrogen dan belerang dan setengah dari fosfor yang diserap tanaman (terutama jika tidak ditambahkan pupuk buatan) (Barber, 1984). Pada kebanyakan tanah tropis, terutama pada 4 jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini, unsur hara N dan P merupakan unsur hara yang paling sering membatasi pertumbuhan tanaman (Sanhez, 1992). Kebutuhan N tanaman adalah tinggi selama masa pertumbuhan, baik dalam fase vegetatif maupun pada fase pertumbuhan bunga. Kelarutan fosfor pada tanah PMK (Oxisol dan Ultisol), Andisol (Andosol), dan Vertisol adalah sangat rendah (Fox, 1974 dalam Sanchez, 1992). Pada tanah ini kehadiran bahan organik dengan unsur hara P yang dikandungnya sangat direspon tanaman. Dengan demikian dapat diduga bahwa pada keempat jenis tanah yang dicobakan, penambahan unsur hara sebagai pengaruh bahan organik sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.

Pada tanah Podsolik Merah Kuning dan Hidromorfik yang kandungan liatnya tinggi dan bahan organiknya rendah, kehadiran bahan organik sangat membantu dalam meningkatkan kapasitas air tersedia dan menggemburkan tanah. Sedangkan pada tanah Aluvial dengan tekstur yang relatif kasar, kehadiran bahan organik sangat bermanfaat untuk meningkatkan air tersedia bagi tanaman dan mengadsorpsi unsur hara dari pupuk. Unsur hara yang diadsorpsi oleh koloid organik akan terhindar dari proses pencucian oleh air dan tersedia bagi tanaman secara bertahap (Soepardi, 1983).

3.2. Pengaruh Jenis Tanah
Pada sebagian peubah yang diamati, pengaruh jenis tanah tergantung pada ada tidaknya penambahan bahan organik, tetapi pada sebagian peubah yang diamati nyata merespon pengaruh jenis tanah tanpa interaksi nyata dengan perlakuan bahan organik

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tanah Hidromorfik (T2) dan Aluvial (T3) untuk bunga matahari memiliki kesuburan yang cukup baik dibandingkan dua jenis tanah lainnya (T1 dan T4). Salah satu sifat yang mencolok dari tanah Aluvial (T3) dibandingkan tanah Andosol dan PMK adalah ketersediaan hara P yang lebih tinggi dan porositas yang lebih baik. Pada tanah Andosol dan PMK pertumbuhan tanaman sering dibatasi oleh retensi P (fiksasi P) dan pH rendah. Pada kedua jenis tanah ini ketersediaan P rendah, karena terfiksasi oleh kation Aluminium dan mineral oksida. Pada percobaan ini pupuk P diberikan dengan dosis yang sama pada setiap pot, dan diperhitungkan berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman (6 g TSP/10 kg tanah kering oven). Pupuk fosfor (TSP) yang ditambahkan ke dalam tanah akan larut dalam air dan suatu reaksi kimia yang kompleks akan berlangsung di dalam tanah. Larutan asam jenuh yang keluar dari pupuk buatan tersebut akan mempengaruhi tanah sekitarnya dan larutan yang keluar pH-nya mencapai 0,6-1,5. Larutan (H3PO4) sangat asam ini meningkatkan aktivitas ion Al, Fe dan Mn yang kemudian dapat mengendapkan P yang larut dalam pupuk, dan larutan P dalam pupuk juga dapat bereaksi dengan berbagai bahan penyusun tanah. Jumlah P yang diendapkan dari pupuk dan jumlah P yang tersedia bagi tanaman berbeda akibat perbedaan sifat tanah. Pada tanah masam dan kaya Al, Fe, dan Mn (seperti Andosol dan PMK) P yang larut dari pupuk nyata diendapkan lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan jenis tanah lainnya, sehingga jumlah pupuk P yang tersedia bagi tanaman hanya sebagian kecil dari jumlah pupuk yang diberikan (Tisdale, et, al; 1985; Sanchez, 1992). Upaya meningkatkan ketersediaan P dan meningkatkan pH dan ketersediaan unsur hara lainya pada tanah Andosol dan PMK (Paleudult) adalah dengan menambah bahan organik dalam jumlah yang besar (Uehara dan Gilmann, 1981; Stevenson, 1982). Pada tanah Podsolik Merah Kuning, selain faktor pembatas yang diuraikan di atas, juga masih terdapat faktor pembatas pertumbuhan lainnya, yaitu kandungan hara rendah (Ca, Mg, dan K rendah), KTK rendah dan kapasitas menahan air tersedia rendah. Untuk memperbaiki tanah ini disamping penambahan bahan organik juga dibutuhkan pemberian kapur dan pengolahan tanah yang baik (Sanchez, 1992).

Tanah Hidromorfik (Tropaquept) memiliki beberapa sifat yang relatif lebih baik dibandingkan dengan tanah Andosol dan PMK diantaranya pHnya netral, KTK-nya tinggi dan kejenuhan basanya juga tinggi (Soil Survey Staff, 1982).

3.3. Pengaruh Interaksi Bahan Organik dan Jenis Tanah
Hasil penelitian (Tabel 1 dan 2) menunjukkan, terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara bahan organik dengan jenis tanah terhadap berbagai peubah respon.

Pada media tanah tanpa ditambah bahan organik, ada perbedaan respon berbagai peubah terhadap media jenis tanah yang berbeda. Pertumbuhan dan produksi bunga matahari pada tanah PMK terendah dibanding pada tiga tanah lainnya, kecuali bobot per biji 

Pada perlakuan tidak ditambahkan bahan organik (B0), tanaman bunga matahari pada tanah Andosol (T1) lebih pendek pada umur pengamatan 7 mst hingga 13 mst, mempunyai jumlah daun lebih sedikit pada 5 dan 6 mst, dan jumlah cabang berbunga lebih sedikit pada umur 15,16, dan 17 mst , dengan umur berbunga dan umur panen lebih lambat dibandingkan dengan tanah Hidromorfik (T2), dan Aluvial (T3). 

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanah Podsolik (T4) yang tidak diberi pupuk organik (B0), terdapat faktor penghambat pertumbuhan yang lebih besar, diikuti oleh tanah Andosol (T1) dan kemudian tanah Aluvial (T3).

Penambahan bahan organik pada keempat jenis tanah yang digunakan berpengaruh dengan nyata menurunkan nilai faktor pembatas pertumbuhan bunga matahari terutama pada tanah Podsolik (T4) dan juga pada tanah Andosol. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa dengan penambahan bahan organik (B1) mengakibatkan perbedaan respon peubah yang diamati semakin kecil pada keempat jenis tanah 

Penambahan bahan organik lebih direspon tanaman bunga matahari pada tanah Podsolik dan Andosol, dibandingkan pada tanah Hidromorfik dan Aluvial. Adanya perbedaan respon yang diberikan tanaman bunga matahari pada tanah Podsolik Merah Kuning dan Andosol dibandingkan pada dua jenis tanah lainnya diduga akibat adanya perbedaan masalah kesuburan tanah terutama masalah pH, ketersediaan fosfor, dan masalah unsur hara mikro. Pada tanah PMK dan Andosol pH lebih rendah, ketersediaan unsur hara P lebih rendah dan lebih sering mengalami keracunan Al dan unsur hara mikro (Uehara dan Gilmann, 1981) dibandingkan pada tanah Aluvial dan tanah Hidromorfik.

Kehadiran bahan organik pada tanah PMK dan Andosol dapat meningkatkan ketersediaan P, menaikkan pH tanah dan meniadakan masalah keracunan Al dan logam berat lainnya .

Tanah PMK (Oxisol dan Ultisol) dan Andosol digolongkan pada tanah bermuatan variabel yaitu tanah yang mineral liatnya didominasi oleh mineral liat sistem oksida dari Al dan Fe (tanah Oxsisol, dan Ultisol), dan tanah yang mineral liatnya berasal dari gelas vulkanis (alofan dan imogolit) pada Andosol (Uehara dan Gillman, 1981). Liat oksida dan liat gelas vulkanis (alofan dan imogolit) pada pH rendah sering bermuatan positif dan mengandung aluminium aktif (Ion Al) yang tinggi. Muatan positif liat oksida dan alofan dan ion Al dapat memfiksasi ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Penambahan bahan organik pada tanah ini akan menimbulkan terjadinya reaksi antara molekul-molekul organik dengan permukaan muatan variabel. Reaksi bahan organik dengan permukaan oksida dapat menyebabkan pergeseran muatan, dimana koloid liat mengadsorpsi bahan organik. Kemampuan liat oksida (gibsit dan goethit) pada PMK dan gelas vulkanis (alofan dan imogolit) pada Andosol, mengadsorpsi bahan organik tergantung pada sifat tanah lainnya. Makin rendah pH tanah maka makin sedikit bahan orgnik yang dapat diadsorpsi. Kemampuan adsorpsi bahan organik gibsit (Al(OH)3) lebih besar dari pada goethit (Fe(OH)3) pada luas permukaan yang sama. Adsorpsi bahan organik pada Allofon dan Imogolit lebih besar sepuluh kali lipat dari adsorpsi organik pada gibsit. Adsorpsi bahan organik oleh koloit liat menghasilkan muatan negatif bersih, dan akan meningkatkan KTK tanah tanpa mengubah pH tanah. Terciptanya muatan negatif baru ini berarti akan dapat menurunkan muatan positif, dengan berkurangnya muatan positif, maka adsorpsi koloid liat terhadap ion P (H2PO4- dan HPO2-2) akan menurun (P yang teradsopsi dapat tersedia bagi tanaman atau P yang larut lebih sedikit yang diadsopsi). Fox (1974 dalam Sanchez, 1992) melaporkan bahwa apabila kadar fosfor tersedia dalam tanah lebih tinggi akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Penambahan bahan organik bukan saja meningkatkan ketersediaan P, tetapi juga meningkatkan ketersediaan unsur hara bentuk kation dengan meningkatnya KTK tanah. Bahan organik bersama-sama dengan logam berat seperti Al, Fe, dan Mn dapat membentuk kelat sehingga tanaman dapat terhindar dari efek keracunan Al, Fe, dan Mn pada tanah PMK dan Andosol (Ueahara dan Gilman, 1981).

4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Pemberian bahan organik sebanyak 150 g/10 kg media meningkatkan pertumbuhan dan produksi, serta mempercepat umur berbunga dan umur panen.

Jenis tanah berpengaruh pada pertumbuhan, produksi, umur berbunga, dan umur panen. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan jumlah cabang berbunga terbesar diperoleh pada tanah Aluvial, disusul pada tanah Hidromorfik. Lilit batang dan bobot kering akar terbesar diperoleh pada tanah Andosol. Produksi dan komponen produksi terbesar diperoleh pada tanah Andosol. Seluruh peubah pertumbuhan dan produksi terendah diperoleh pada tanah Podsolik Merah Kuning. Umur berbunga pada tanah Podsolik Merah Kuning dan Andosol lebih lama dibanding pada tanah Aluvial dan Hidromorfik. Umur panen pada tanah Andosol nyata lebih lama dibanding pada tiga tanah lainnya.

Interaksi antara bahan organik dan jenis tanah berpengaruh pada berbagai peubah pertumbuhan dan produksi. Hal ini ditunjukkan oleh berkurangnya pengaruh jenis tanah terhadap peubah respon tanaman yang diamati dengan penambahan bahan organik dibandingkan dengan pengaruh jenis tanah tanpa diberikan bahan organik. Pada perlakuan tanpa bahan organik ada perbedaan peubah yang nyata antara jenis tanah berbeda. Pertumbuhan vegetatif terbaik diperoleh pada tanah Aluvial dan tanah Hidromorfik. Peubah produksi terbaik diperoleh pada tanah Andosol. Sebaliknya peubah pertumbuhan dan produksi paling rendah pada tanah Podsolik Merah Kuning. Pada perlakuan diberi bahan organik, peubah antara keempat jenis tanah berbeda tidak nyata, kecuali pada lilit batang dan bobot kering akar paling rendah pada tanah Podsolik Merah Kuning yang berbeda nyata dengan tanah Andosol dan tanah Hidromorfik. Umur berbunga dan umur panen nyata lebih lama pada tanah Andosol dibanding pada tanah Aluvial, namun berbeda tidak nyata dengan pada tanah Hidromorfik dan tanah Podsolik Merah Kuning. 

4.2. Saran
Pada budidaya tanaman bunga matahari disarankan penambahan bahan organik. Untuk memperoleh produksi yang tinggi, budidaya tanaman bunga matahari sebaiknya dilakukan pada tanah Andosol dengan resiko umur panen lebih lama. Budidaya tanaman bunga matahari juga cocok dilakukan pada tanah Aluvial dan Hidromorfik, namun perlu tindakan pemangkasan sebagian besar cabang. 

Pemberian bahan organik pada tanah Andosol dapat diterapkan untuk mempersingkat umur berbunga dan umur panen. Pad a tanah Podsolik Merah Kuning yang miskin bahan organik, bunga matahari dapat dibudidayakan jika ada penambahan bahan organik.

DAFTAR PUSTAKA;
  • Barber, S. A. 1984. Soil Nutrient Bioavalability. Jhon Wiley & Son. New York.
  • Darul, H., I. Dai, A. Hidayat, A.H. Yayat, H.Y. Sumulyadi, S. Hendra. 1989. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Medan Sumatera Utara. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. 159 hal.
  • Foth, H. D. 1984. Fundamentals of Soil Science. (diterjemahkan menjadi “Dasar-dasar Ilmu Tanah” oleh E.D. Purbayanti, D.R. Lukiwati, R. Trimulatsih. 1986. Gajah Mada Univ. Press. Yogyakarta. Hal 555-563).
  • Gomez, K. A., A. A. Gomez. 1984. Statistical Procedurs for Agricultural Research (diterjemahlan menjadi “Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian” Oleh E. Sjamsuddin dan J. S. Baharsjah, 1995, Universitas Indonesia, Jakarta, 698 hal).
  • Kaul, A.K., M. L. Das. 1986. Oilseeds in Bangladesh. Ministry of Agriculture. Dhaka. P. 174-182.
  • Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soil in the Tropics (diterjemahkan menjadi “Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika” Oleh J. T. Jayadinata, 1992, ITB Bandung, 397 hal).
  • Sitorus, S. 1990. Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
  • Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, F. Pertanian. IPB. Bogor. 591 hal
  • Soil Survey Staff. 1992. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
  • Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. Jhon Wiley and Sons Inc. New York. Pp. 17- 21.
  • Tisdale, S.L., W. L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizer. Macmillan Pub. Co. Inc. New York. Pp 550- 591, 622- 646.
  • Uehara, G., Gillman, G.,1981. The Minerology, Chemistry, and Physics of Tropical Soils with Variable Charge Clays. Westview Tropical Agriculture Series No. 4 Westview Press, Boulde, Colorado.
  • Weiss, E.A. 1983. Oilseed Crops. Logman. London. P. 402-462.
  • Winarno, F. G. 1999. Pemberdayaan Komoditas Hasil Pertanian dalam Upaya Penyediaan Bahan Baku Industri Pangan dan Kimia Berdaya Saing Tinggi. Makalah Seminar Peranan Teknologi Hasil Pertanian dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Pangan dan Kimia. Hal 1-11.
Sixtus Hutauruk, lahir di Hutaraja pada tanggal 4 Februari 1965, Sarjana Pertanian dari Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara tahun 1989, Magister Pertanian dari Program Studi Ilmu Tanah Program Pascasarjana USU tahun 1998. Saat ini menjadi staf pengajar di Fakultas Pertanian, Program Studi Agronomi, Universitas Katolik St. Thomas SU

Benedicta Lamria Siregar, lahir di Medan 29 Agustus 1967, Sarjana Pertanian dari Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor tahun 1991, Magister Pertanian dari Program Studi Agronomi Program Pascasarjana USU tahun 1999. Pernah menjadi staf pengajar di Fakultas Pertanian, Program Studi Agronomi, Universitas Katolik St. Thomas SU sejak tahun 1992 hingga tahun 2005. Sejak tahun 2005 menjadi dosen Kopertis Wilayah I Sumut-NAD dpk Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen

No comments:

Post a Comment