Tuesday 4 April 2017

Pengertian Suluk Menurut Agama Islam

Suluk
Suluk mempunyai keterkaitan yang erat dengan tarekat. Orang yang melaksanakan tarekat disebut salik dan perbuatannya di sebut suluk yang berarti perjalanan seseorang menuju Allah. Simuh, dengan bahasa yang sedikit panjang menjelaskan bahwa kaum sufi yang sedang merasakan kerinduan kepada Tuhan kemudian berusaha mencari dan mendekatiNya menyebut dirinya sebagai pengembara (salik). Mereka melangkah maju dari satu tingkat (maqam) ke tingkat yang lebih tinggi. Jalan yang mereka tempuh ini dinamakan tarekat sedangkan tujuan akhir perjalanannya adalah mencapai penghayatan fana fi Allah yakni kesadaran leburnya diri dalam samudera kemahabesaran Ilahi. Jalan tasawuf ini sering dinamakan suluk. 

Suluk atau khalwat (dalam bahasa Parsi disebut cilla yang berarti empat puluh) merupakan kegiatan mengasingkan diri ke sebuah tempat tertentu (rumah suluk) dari kesibukan duniawi untuk sementara waktu di bawah pimpinan seorang mursyid agar dapat beribadah lebih khusyu’ dan sempurna. Dalam prakteknya, suluk dapat dilakukan selama 3, 7, 10, 20 dan 40 hari. Jumlah yang terakhir ini adalah masa yang terbaik dalam pelaksanaan suluk. Meskipun demikian, suluk ini tidak diwajibkan, namun dalam tarekat Naqsyabandiyah khususnya di daerah Sumatera dan sebagian Jawa, hal ini sangat dianjurkan.

Mengerjakan suluk janganlah jemu
Dari kecil sampai besarmu
Pengajaran ini daripada hamba
Kepada adik dan kakak bersama-sama

Sebelum membangun Babussalam, Syekh Abdul Wahab lebih dahulu membangun rumah suluk di daerah Batubara (Kabupaten Asahan Sumatera Utara). Disinilah ia mengajar murid-muridnya selama beberapa waktu sampai datangnya permintaan untuk ‘mengaji’ dari Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat di Tanjung Pura.

Mendirikan suluk di Batubara
Karena berhajat sanak saudara
Datanglah faqir dengannya segera
Dari negeri Langkat si Tanjung Pura

Suluk, pada hakikatnya adalah mengosongkan diri dari sifat-sifat buruk (as-shifat al-madzmumat) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji (as-shifat al-mahmudah).] Ia merupakan perjalanan hati menuju kelurusan akhlak dan keimanan serta pen-tahqiq-an peringkat keyakinan kepada-Nya. Perjalanan hati ini harus mendaki dari satu maqam ke maqam yang lain yang lebih tinggi secara terus menerus tanpa henti. Inilah perjalanan batin di atas perjalanan batin. Jadi, suluk merupakan usaha seorang hamba untuk dapat menemukan hakikat iman yang tidak dapat dicapai kecuali dengan membersihkan hati, yang merupakan tempat iman dan tempat penilaian Tuhan terhadap amal hambaNya. FirmanNya dalam QS an-Nahl 69:

“Maka berjalanlah diatas jalan-jalan Tuhanmu dengan patuh”.

Pelaksanaan suluk akan mendatangkan banyak manfaat bagi salik antara lain mendapatkan nikmat dunia dan akhirat serta memperoleh limpahan kurnia dan cahaya Nur Ilahi. Suluk akan mengangkat derajat seseorang kepada tingkatan yang lebih tinggi apabila memenuhi berbagai persyaratan yang telah telah ditentukan antara lain niat yang ikhlas hanya karena Allah dan taubat dari segala maksiat lahir dan batin. Disamping itu, suluk harus di bawah bimbingan seorang guru yang mursyid yang ahli ma’rifah, “thabib yang pandai obat” agar tidak menyimpang dari jalan menuju Tuhan sehingga mendatangkan mudharat / kerusakan atau kehancuran.

Maka bersuluk karena derajat
Karena jalan mengampuni taubat
Dicarilah thabib yang pandai obat
Supaya jangan menjadi mudharat

Dalam menjalankan suluk, diperlukan sikap aktif seorang salik serta penolakan terhadap apa saja yang dapat menghambat aktifitas suluk. Sikap-sikap ini akan menumbuhkan semangat yang kuat sekaligus menghilangkan kemalasan dan keengganan dalam bersuluk agar tasbih yang dipegang, tidak dilepaskan.

Jikalau tiada kuat bertanya
Mana yang dapat segera hilangnya
Datanglah segan mengerjakannya
Tasbih dipegang dilepaskannya

Rasa malas, segan dan lelah dapat mendera seorang salik dalam perjalanan spiritualnya menuju kedekatan kepada Allah (taqarrub). Karena itu Syekh Abdul Wahab memberikan tiga resep kunci yakni, memperbanyak zikir kepada Allah, sabar atas cobaan yang diberikan-Nya serta men-dawam-kan istighfar, memohon ampunan kepada-Nya.

Jikalau datang segan dan lelah
Dibanyakkan ingatan kepada Allah
Datang cobaan disabarkanlah
Meminta ampun barang yang salah

Dalam pelaksanaan suluk, seorang murid berada di bawah bimbingan guru yang mursyid secara penuh untuk sampai kepada Allah. Mursyid akan memberikan petunjuk dan aturan yang harus dijalankan. Murid tidak boleh menyembunyikan dari mursyid sesuatu yang dirasakannya, seperti getaran kalbu, lintasan hati, peristiwa-peristiwa ajaib, maupun tersingkapnya hijab. Apabila seorang murid memperoleh keajaiban dalam amalannya, hendaklah diberitahukan kepada mursyid dengan sebenarnya. Seluruh perjalanan yang dilihat dan dirasakan harus disampaikannya kepada mursyid secara utuh. Murid dalam hal ini, tidak boleh menyembunyikan sedikitpun atau sebaliknya, menambahi penglihatan atau perasaannya .

Jikalau guru datang bertanya
Hendaklah dikhabarkan dengan sebenarnya
Jangan dikurangi jangan dilebihinya
Sebanyak yang dilihat dikhabarkannya 

Bagi seorang murid, mursyid merupakan wasilah untuk sampai kepada Tuhan. Ia tidak hanya sekedar memerlukan bimbingan mursyid-nya tapi lebih dari itu membutuhkan campur tangan aktifnya sebagai pembimbing spiritual dan para pendahulu sang pembimbing termasuk yang paling utama, Rasulullah Saw. Silsilah ini menunjukkan rantai bersambung yang menghubungkan seseorang dengan Nabi dan melalui ia sampai kepada Tuhan. Pemahaman terhadap silsilah ini dalam tarekat Naqsyabandiyah, membawa pada teknik rabithah mursyid yang berarti mengadakan hubungan batin dengan sang pembimbing sebagai pendahuluan zikir dalam suluk. Rabithah ini dilakukan melalui penghadiran mursyid, membayangkan hubungan yang sedang dijalin yang seringkali dalam bentuk seberkas cahaya yang memancar dari sang mursyid.

Barangsiapa banyak was-wasnya
Dihadirkan rabithah rupa gurunya
Jikalau tidak sempurna hadirnya
Tiadalah faedah menolaknya

Me-rabithah yakni menghadirkan wajah (rupa/gambar) mursyid bagi seorang murid sangat dianjurkan terutama bagi mereka yang selalu dihinggapi was-was (keragu-raguan yang selalu muncul di dalam hati) dalam perjalanan suluknya. Dalam imajinasi murid, hatinya dan hati mursyid saling berhadapan. Murid harus membayangkan bahwa hati sang mursyid bagaikan samudera karunia spiritual yang akan melimpah ke hatinya sehingga membawa pada pencerahan. Apabila murid membiasakan fana pada mursyid yang menjadi rabithah-nya, maka ia akan sampai pada tingkatan muqobalah yaitu taraf ruhani dimana seorang salik berhadap-hadapan dengan Sang Khaliq yang wajib al-wujud.

Menghadirkan rabithah itu banyak faedah
Ialah membawa kepada limpah
Melazimkan fana kepada rabithah
Itulah membawa kepada muqobalah

Orang yang senantiasa menjalankan suluk akan memperoleh manfaat. Pertama, mempunyai pengalaman yang banyak dan pandangan yang jauh. Kedua, mempunyai pemahaman yang mendasar dan akhlak yang baik. Ketiga, mempunyai jiwa yang rela dan akal yang bersih.
Akhir perjalanan suluk adalah penyaksian akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang Maha Agung dan Sempurna yang merupakan pemberian (mauhibah) dari DIA sendiri. Hati yang putih bersih dan dipenuhi dengan cahaya Ilahy akan merasakan musyahadah yakni melihat dan menyaksikan Allah dengan mata hari (sir) tanpa terhalang dengan apapun. Musyahadah ini dapat terjadi dalam waktu yang sebentar namun dapat pula berkepanjangan secara terus menerus sepanjang hayat. Inilah yang menjadi idaman dari seorang salik.

No comments:

Post a Comment