Sunday 2 April 2017

Defenisi Manajemen, Fungsi Manajemen dan Manajemen Organisasi Olahraga

Defenisi Manajemen, Fungsi Manajemen dan Manajemen Organisasi Olahraga
Abstrak
Latar Belakang
Fungsi organisasi dalam membina dan mengembangkan kegiatan olahraga nasional mulai dari lingkup klub sebagai lapisan terbawah sampai ke tingkat Pengurus Besar sebagai lapisan teratas merupakan suatu “Conditio sine qua none” atau suatu keharusan yang mutlak keberadaannya. Lebih dari itu telah disadari semua pihak bahwa organisasi itu sebagai struktur dan proses yang tidak mungkin lagi ditangani secara amatiran, namun harus dikelola oleh orang-orang yang profesional.

Jika dilihat dari berbagai teori manajemen terinventarisasi fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut : Planning, Organizing, Coordinating, Motivating, Controlling, Directing, Staffing, Innovation, Representation, Supervising, Communicating, Actuating, Appraising, Commanding, Reporting, Executing, dan Budgeting. Dari sekian banyak fungsi, ada yang memasukkan coordinating sebagai bagian essensial dari organizing, sedangkan communicating ada yang memasukkannya ke dalam motivating, dan reporting hanya sebagai alat kontrol semata bukan merupakan fungsi yang terpisah.

Keberhasilan suatu organisasi olahraga prestasi selalu dikaitkan dengan seberapa jauh prestasi olahragawan yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa organisasi olahraga prestasi yang dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dapat diharapkan akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Tolok ukur utama prestasi olahraga di Yogyakarta dapat dilihat pada ranking prestasi yang dicapai dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak dari PON I Tahun 1948 di Surakarta sampai dengan PON XV Tahun 2000 di Surabaya ranking kedudukan cenderung menurun prestasinya, namun jika dilihat dari jumlah medali yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Ranking ke-2 adalah ranking tertinggi yang pernah dicapai kontingen DIY, yaitu pada PON I Tahun 1948 di Surakarta. Setelah itu kontingen DIY tidak pernah mencapai urutan ke-6 besar. Ranking terendah terjadi pada PON XII Tahun 1989 di Jakarta, DIY menempati urutan ke-18 dari 27 propinsi se-Indonesia. Prestasi di PON yang terakhir adalah pada PON XV Tahun 2000 di Surabaya dimana DIY menduduki urutan ke-16 dengan 6 medali emas, 12 medali perak, dan 25 medali perunggu. Prestasi seperti ini belum dapat membanggakan masyarakat DIY.

Oleh karena itu KONI DIY bertekad untuk memperbaiki ranking prestasinya pada PON yang akan datang secara bertahap. Diharapkan pada PON XVI Tahun 2004 yang akan datang di Palembang, DIY dapat menduduki 10 besar dan pada PON XVII Tahun 2008 di Kalimantan Timur diharapkan bisa ditingkatkan lagi menjadi 8 besar.

Untuk mewujudkan cita-cita itu, suatu kajian yang mendasar perlu dilakukan melalui pendekatan penelitian. Dari hasil suatu penelitian yang ilmiah kebijakan yang diambil dalam proses pembinaan ke depan lebih bisa dipertanggungjawabkan.

Bertolak dari latar belakang diatas maka disini akan diteliti : “Manajemen Organisasi Olahraga Prestasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, yang akan dilihat kaitannya dengan prestasi olahraga yang dihasilkan.

a. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di depan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ;
  1. Bagaimana kondisi manajemen organisasi olahraga prestasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ?
  2. Seberapa jauh hubungan kondisi manajemen organisasi dengan tingkat prestasi olahraga yang dapat dicapai para atletnya ?
  3. Fungsi-fungsi manajemen mana yang merupakan kunci keberhasilan dalam membangun prestasi atlet ?
b. Tujuan Penelitian
  1. Meng-explore (menjelajahi) kondisi manajemen organisasi olahraga prestasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
  2. Untuk mengetahui seberapa jauh hubungan masing-masing fungsi dengan tingkat prestasi yang dapat dicapai organisasi tersebut.
  3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen mana yang merupakan kunci keberhasilan dalam menunjang pencapaian prestasi dalam cabang olahraga.
  4. Memberi rekomendasi tentang kebijakan terhadap pembinaan dan peningkatan kesehatan organisasi.
c. Manfaat Penelitian
1. Hasil-hasil yang positif dari penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan pembinaan prestasi atlet di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam membina organisasi olahraga maupun organisasi publik lainnya.

Definisi Operasional
Agar tidak terjadi berbagai penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional beberapa variabel dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :

Manajemen adalah pengelolaan fungsi-fungsi dalam suatu organisasi, dalam hal ini adalah dalam organisasi olahraga prestasi.

Organisasi olahraga prestasi adalah semua organisasi olahraga yang bertujuan melakukan pembinaan olahraga prestasi yang bernaung di bawah KONI DIY, mulai dari Klub, Pengcab, Pengda, KONI Kecamatan, dan KONI Kabupaten dan Kota.

KAJIAN PUSTAKA
Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri atas tindakan-tindakan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (Terry G.R., 1986 : 4). Dasar manajemen agar sempurna menurut Terry harus memperhatikan People, Ideas, Resources, and Objectives (PIRO). Sedang menurut Komaludin (1989 : 3) manajemen bisa dikatakan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengorganisasian pemakaian sumber-sumber manusia dan material.

Manullang (1981 : 17) juga menyatakan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun Robbins yang dikutip Chelladurai P. (1985 : 4) menyatakan bahwa there are numerous definitions of management, but all of them suggest that management is the coordination of the efforts of different people toward a command end. Robins juga mendefinisikan bahwa keseluruhan proses dari efisiensi untuk memperoleh aktivitas-aktivitas yang menyeluruh dengan manusia lain.

Dari beberapa pendapat Moekijat (2000 : 6) memberi pengertian bahwa manajemen dapat mempunyai arti : (1) kegiatan-kegiatan/aktivitas-aktivitas, (2) proses, yakni kegiatan-kegiatan dalam rentetan urut-urutan, (3) institut/orang-orang yang melakukan kegiatan-kegiatan/proses kegiatan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pada organisasi olahraga adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pimpinan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengontrolan, dan penganggaran untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Fungsi-fungsi Manajemen
Banyak pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen sebagai tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa ahli manajemen mengemukakan berbagai pendapat yang hampir sama tentang fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut :
  • Louis A. Allen (1958 : 24-25), menyebutkan ada 5 fungsi manajemen yaitu : Planning, Organizing, Coordinating, Motivating, dan Controlling.
  • Henry Fayol (dalam Malayu S.P.H., 1996 : 17) juga menyebutkan 5 fungsi manajemen yang sedikit berbeda yaitu : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling.
  • Sondang P.S., (1992 : 17) juga mengatakan ada 5 fungsi manajemen yaitu : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian.
  • Terry G.R., (1996 : 4-5) hanya menyebut ada 4 fungsi manajemen yaitu : Planning, Organizing, Actuating, and Controlling.
  • Harold Koontz and Cyril O’Donnell, (1976 : 1-2) juga menyebutkan 5 fungsi manajemen dengan istilah yang sedikit berbeda yaitu : Planning, Organizing, Coordinating, Staffing, Directing and Leading, and Controlling.
  • Dari berbagai pendapat tersebut, pada penelitian ini variabel-variabel fungsi manajemen yang akan digunakan adalah : POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Adapun pengertian masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
Planning (Perencanaan)
Planning (perencanaan) termasuk budgeting, yaitu kegiatan perencanaan yang sangat sederhana sampai perumusan yang lebih rumit. Perencanaan yang sederhana misalnya penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

Menurut Sondang P. Siagian (1992 : 50), perencanaan merupakan usaha sadar pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan menurut Manullang M. (1981 : 21) adalah dengan menjawab keenam pertanyaan berikut ini :
  • Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
  • Apa sebab tindakan itu harus dikerjakan ?
  • Kapan tindakan itu harus dikerjakan ?
  • Siapakah yang akan mengerjakan ?
  • Bagaimana caranya melaksanakan tindakan itu ?
Selain tindakan-tindakan tersebut diatas fungsi perencanaan sudah termasuk penetapan budget. Oleh karenanya lebih tepat bila perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan organisasi, peraturan-peraturan, pedoman-pedoman pelaksanaan tugas, ikhtisar biaya yang diperlukan, dan pemasukan uang yang diharapkan dari suatu organisasi.

Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah pembentukan hubungan tingkah laku yang efektif diantara orang-orang sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran tertentu (Terry G.R., 1977 : 264).

Dengan demikian pengorgaisasian yaitu pengelompokan kegiatan yang dilakukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antar masing-masing unit tersebut. Oleh karena itu pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai aktivitas manajemen dalam pengelompokan orang-orang untuk menetapkan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-masing yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini pengorganisasian termasuk Staffing yaitu penyusunan personalia, perekrutan pelatih atau atlet berbakat serta penetapan orang-orang yang memangku masing-masing jabatan dalam organisasi tersebut.

Actuating (Penggerakan)
Penggerak adalah keseluruhan usaha, cara teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis (Sondang P. Siagian, 1992 : 128). Pada penggerakan menurut Sondang termasuk fungsi-fungsi Commanding, Directing, Actuating, dan Motivating.

Istilah commanding adalah cara menggerakkan bawahan dengan perintah komando, sedangkan directing mempunyai makna pemberian petunjuk atau pengarahan yang harus ditempuh oleh pelaksana operasional. Adapun motivating, yaitu dorongan berupa pemberian inspirasi dan semangat agar semuanya dilakukan dengan suka rela dan sadar.

Controlling (Pengawasan)
Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menetapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana (Terry G.R., 1986 : 395). Prinsip pengawasan efektif adalah membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana. Sependapat dengan Sondang P. Siagian (1992 : 169) bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya.

Apabila fungsi-fungsi fundamental manajemen lainnya (planning, organizing, dan actuating) dilaksanakan secara sempurna, maka tidak banyak diperlukan pengawasan. Namun pada kenyataannya hal tersebut jarang sekali terjadi.

Hakekat Olahraga Prestasi
Dengan melihat nilai strategis olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara maka pengembangan olahraga prestasi di Indonesia secara sistematik, tersistem, dan terstruktur harus segera dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai kondisi aktual, situasi, dan kendala yang ada (KONI Pusat, 2003 : 21). 

Prinsip-prinsip universal untuk menciptakan seorang juara harus dilakukan dimana saja khususnya pada program latihan atlet berdasarkan informasi ilmu pengetahuan dan olahraga yang melibatkan keahlian multidisiplin. Menurut Dasar Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007 (2003 : 22), strategi dasar tersebut meliputi :
  • Intensifikasi koordinasi antar instansi dalam pembinaan olahraga prestasi, khususnya antara Depdiknas, Depdagri, dan KONI dilakukan Outsourcing (tidak sendiri).
  • Tidak mempertentangkan antara latihan/kompetisi dengan kegiatan akademi atau pekerjaan.
  • Menerapkan prinsip-prinsip pembinaan olahraga prestasi yang berlandaskan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi secara konsisten dan konsekuen secara bertahap dan berkesinambungan.
  • Melakukan desentralisasi yang sinkron dengan sistem pengawasan terpadu. 
  • Menerapkan azas pembinaan olahraga prioritas dengan konsep PPLP, Kelas Olahraga, Klub Olahraga, SLTP/SMU Unggulan seperti Ragunan yang telah dikembangkan Depdiknas.
Kelima strategi dasar tersebut merupakan inti dari Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007, dengan kata kunci dalam olahraga prestasi adalah :
Pembinaan dilakukan sejak usia dini;
  • Faktor sekolah;
  • Sistem latihan yang bertahap dan berkelanjutan;
  • Sistem kompetisi yang cukup;
  • Pelatih handal;
  • Iptek keolahragaan;
  • Dana;
  • Jaminan masa depan
Organisasi pembinaan olahraga prestasi yang profesional.
Dari sembilan kata kunci dalam pembinaan prestasi olahraga tersebut salah satu faktor keberhasilan dalam pencapaian prestasi atlet adalah organisasi pembinaan olahraga prestasi di Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI, 2003 : 50) bahwa salah satu bentuk komitmen terhadap pembangunan olahraga di Indonesia adalah Penguatan Kelembagaan dan Kapabilitas Manajemen.

Penguatan kelembagaan dan kapabilitas manajemen bertujuan untuk meningkatkan daya saing yang semakin merosot berdasarkan parameter relatif (distribusi medali dalam Sea Games dan Asian Games), maka diperlukan peningkatan upaya dan kekuatan komponen-komponen strategis seperti pemanduan bakat dan sistem promosi atlet muda; pengadaan dan peningkatan standar kompetensi pelatih; peningkatan sarana dan prasarana olahraga baik dalam kualitas maupun kuantitas; dan sekaligus memperbaiki mutu pusat-pusat pelatih; menata sistem pelatihan dan kompetensi; meluncurkan program pendukung berupa penguatan sistem intensif dan rasa aman (perawatan rumah sakit, asuransi, dll.).

Kekuatan dan Kelemahan Organisasi
Kesehatan suatu organisasi merujuk pada kondisi umum yang tampak dari kemampuan organisasi untuk berjalan sepenuhnya sesuai dengan visi dan misinya.

Salusu (2000 : 291) mengatakan bahwa kapabilitas organisasi adalah konsep yang dipakai untuk menunjuk pada kondisi internal yang terdiri atas dia faktor stratejik, yaitu kekuatan dan kelemahan organisasi.

Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi memiliki kemampuan stratejik dalam mencapai sasarannya.

Kelemahan adalah kondisi ketidakmampuan internal yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Apabila faktor kelemahan sangat dominan, ada kemungkinan kekuatan yang dimiliki organisasi berubah menjadi kelemahan. Sebaliknya kekuatan yang ada dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kelemahan (Higgin yang dikutip Salusu, 2000 : 291).

Kekuatan Organisasi
Beberapa elemen penting yang dipandang sebagai kekuatan dari sudut pandang organisasi antara lain : struktur organisasi yang rapi dengan penjabaran tugas dan tanggungjawab yang jelas dengan jarak kendali yang memadai sehingga semua staf pengurus memahami tugas-tugasnya dengan baik, serta memahami makna pelayanan yang bermutu.

Faktor lain yang menjadi kekuatan organisasi adalah lokasi yang strategis dengan kemudahan transportasi dan komunikasi dengan berbagai unsur terkait.

Pimpinan yang kuat dengan visi yang jelas serta ide-ide yang berbobot juga merupakan modal yang ampuh bagi organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas (Salusu, 2000 : 292).

Dalam organisasi olahraga prestasi dari sudut pandang sumber daya manusia, yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian prestasi adalah atlet yang potensial dan pelatih yang profesional. Kedua faktor dominan ini merupakan kunci utama keberhasilan proses pembinaan prestasi yang ditunjang oleh faktor-faktor pendukung lainnya seperti fasilitas dan dana yang memadai.

Kelemahan Organisasi
Kelemahan suatu organisasi tidak boleh diabaikan sepanjang ada peluang untuk melakukan perbaikan, misalnya kurangnya tenaga pelatih yang profesional tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu diambil keputusan stratejik untuk menanggulanginya. Keputusan dapat berupa pengiriman sejumlah pelatih untuk mengikuti pendidikan lanjut atau penataran pelatih ke tingkat yang lebih tinggi untuk meningkatkan profesionalisme, atau dapat juga menyelenggarakan pelatihan dengan mengundang kalangan perguruan tinggi, tenaga ahli dari Pengurus Besar atau dari Federasi Olahraga Internasional.

Kelemahan-kelemahan pada umumnya dirasakan oleh suatu organisasi antara lain lokasi yang jauh dari jangkauan fasilitas umum, seperti jalan raya, telepon, listrik, dan air minum. Disamping itu dari segi sumberdaya kurangnya dana untuk mendukung berbagai program yang direncanakan atau kondisi keuangan organisasi yang tidak stabil. Selain itu kelemahan dapat bersumber dari terbatasnya tenaga terampil, kekurangmampuan memanfaatkan sumber daya yang ada, rendahnya komitmen pengurus, dan lemahnya kepemimpinan karena kurang mampu berpikir stratejik (Salusu, 2000 : 294).

Kepemimpinan yang lemah dengan sendirinya tidak dapat memberikan perhatian kepada atlet, pelatih, pengurus, dan stake holder lainnya yang berkepentingan dalam pencapaian prestasi yang tinggi.

Budaya organisasi yang positif dapat membangkitkan daya dorong sekaligus menjadi kekuatan organisasi yang dapat menggerakkan komitmen atlet, pelatih, dan pengurus untuk berprestasi.

Salah satu akar kelemahan organisasi adalah tidak memiliki visi dan misi yang jelas dan kemudian terlihat jelas pada penjabaran ke dalam tujuan dan sasaran. Kalau visi dan misi organisasi kabur, tidak ada pegangan yang kokoh dalam mencapai tujuan organisasi secara sehat.

Banyak kenyataan di organisasi olahraga prestasi dalam mencapai tujuan prestasi hanya dengan membeli pemain tanpa memikirkan dampak negarif dan mengabaikan proses pembinaan yang berkesinambungan secara teratur. Lebih menyedihkan lagi pencapaian prestasi dengan cara-cara yang bertentangan dengan filosofi dasar olahraga, yaitu dengan menyuap pemain, wasit, dan pengurus lawan tanding.

Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Wachidin S. (2001), dengan judul Hubungan Manajemen Terhadap Prestasi SSB di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap prestasi olahraga SSB di Kabupaten Sleman tidak signifikan. Uji harga F hitung = 0,161 < F tabel 19,247. Adapun sumbangan masing-masing variabel adalah : (1) perencanaan = 17,4%, (2) pengorganisasian = 3,1%, (3) penggerakan = 0,8%, dan pengawasan = 3%. 

Penelitian yang dilakukan oleh Aprizal (1997) dengan judul : Keefektifan Penelitian Manajemen Koperasi Bagi Manajemen KUD di Kabupaten Kerinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) keefektifan pelatih ditinjau dari segi pengetahuan manajer tentang manajemen sebesar 68,2% artinya kurang efektif, (2) keefektifan pelatihan dari segi kinerja manajer sebesar 68,2% artinya kurang efektif, (3) sedangkan pengalaman, pengetahuan, frekuensi, pelatihan, dan sikap mempunyai hubungan dengan kinerja manajer (nilai rho masing-masing : 0.88; 0.91; 0.86; 0.84). Hasil secara kualitatif menunjukkan bahwa :
  1. metode penyampaian materi kurang tepat,
  2. pengurus yang menjalankan fungsi dan tanggungjawab adalah pengurus yang menjalin koordinasi dengan sesama pengelola KUD,
  3. hanya menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya secara aktif terhadap KUD,
  4. manajer yang bekerja mandiri adalah manajer yang sudah berpengalaman dan mengetahui fungsi dan tanggungjawabnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan metode survei dengan teknik angket dan wawancara.

Sasaran dan Subjek Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah semua organisasi olahraga prestasi yang bernaung di bawah lingkup KONI Propinsi DIY, mulai dari Klub, Pengurus Cabang (Pengcab), Pengurus daerah (Pengda) KONI Kabupaten dan Kota se-Propinsi DIY. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah : 10% dari jumlah atlet, 20% dari jumlah pengurus, dan 50% dari pelatih dan wasit se-DIY. Jumlah subjek untuk setiap Kabupaten/Kota ditetapkan 1.000 orang. Karena di DIY terdapat 4 Kabupaten dan 1 Kota maka subjek seluruhnya menjadi 5.000 orang. Cara pengambilan subjek penelitian ditetapkan bersama pengurus organisasi.

Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa angket dan wawancara yang disusun berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi.

Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data dikumpulkan dengan cara memberikan angket kepada pengurus, pelatih, wasit, dan atlet yang sudah ditetapkan sebagai subjek penelitian. Untuk meyakinkan keakuratan data yang dikumpulkan melalui angket dilakukan wawancara terhadap perwakilan dari pengurus, pelatih, wasit, dan atlet yang telah dijadikan subjek.

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dari hasil angket dan wawancara terhadap responden. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran global mengenai kinerja organisasi melalui penilai terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen organisasi di organisasi olahraga prestasi se-DIY.

DAFTAR PUSTAKA ;
  • Anonim. (2003). Gerakan Nasional Garuda Emas. Jakarta: KONI Pusat.
  • Arifin Abdulrachman. (1973). Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru.
  • Bambang Tri Cahyono.(1995). Pengadaan Sumberdaya Manusia. Jakarta: IWAPI.
  • Beveridge D. (1989. Tantangan Berprestasi. Jakarta: Banapura Aksara.
  • Dirjen Olahraga Depdiknas. (2002). Pedoman Mekanisme Koordinasi Pembinaan Olahraga, Kesegaran Jasmani dan Kelembagaan Olahraga. Jakarta:Ditjen Olahraga.
  • Dornan J. dan Maxwell J.C. (1998). Strategi Menuju Sukses. Jakarta: Network Twenty One.
  • Hesselbein F. Goldsmith M. dan Beckhard R. (1997). The Leader of The Future. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
  • Imai M, Gamba Kaizen. (1998). Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah pada Manajemen, Jakarta: Yayasan Toyota.
  • ISORI. (2003). Menata Ulang Bangunan Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: PP. ISORI.
  • James A. Fitzsimmons, Mona J. Fitzsimmons. (1994). Service Management for Competitive Advantage. Singapore: Mc Graw-Hill, Inc.
  • Kantor Menpora. (1997). Visi 2020 Olahraga Indonesia. Jakarta: Menpora.
  • ……………………., (1998), Rencana Strategis Pembangunan Pemuda dan Olahraga Pada Repelita VII. Jakarta: Menpor.
  • Komaludin. (1989). Manajemen. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
  • KONI. (1999). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta: KONI Pusat.
  • ……………………., (2002), Peta Pewilayahan. Jakarta: KONI Pusat.
  • Kotter J.P. (1997). Leading Change. Jakarta: PT. Sun.
  • Kouzes J.M., dan Posner B-2. (1997). Kredibilitas. Jakarta: Profesional Books.
  • Malayu S.P. Hasibuan. (1999). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Morrisey G.L. (2002). Pemikiran Strategis. Jakarta: Prenhallindo.
  • ……………………..(2002). Perencanaan Jangka Panjang. Jakarta: Prenhallindo.
  • …………………….. (2002). Perencanaan Taktis. Jakarta: Prenhallindo.
  • Prajudi Atmosudirdjo. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Seri Pustaka Ilmu.
  • Rusli Luthan. (2003). Olahraga, Kebijakan dan Politik, Jakarta: KONI dan Dirjen Olahraga.
  • Salusu. (2000). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: Grasindo.
  • Sondang P. Siagian. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
  • Stoner J.A. (1986). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
  • Sunarto dan Sahedhy Noor R. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UST. 
  • Terry G.R. (1986). Principle of Management. Illinois Richard : D. Irwin, Inc. Homewood.
  • The Liang Gie. (1978). Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Karya Kencana.

No comments:

Post a Comment