Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi didalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Definisi sistem informasi manajemen menurut pendapat Robert W. Holmes dalam Onong Uchjana Effendy dengan buku Sistem Informasi Manajemen (1989:112), bahwa:
Sistem informasi Manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh manajemen guna merencanakan, mengawasi, dan menilai aktivitas organisasi. Dirancangnya itu didalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan, dan pengawasan pada semua tahap.
Peneliti mengemukakan pendapat Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:68), yang mengemukakan pengertian Sistem Informasi Manajemen, yaitu :
Sistem Informasi Manajemen merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan saat melaksanakan fungsinya.
Pendapat lain tentang Sistem Informasi Manajemen yang ditulis oleh Jogianto Hartono dalam bukunya Pengenalan Komputer (2000:700), sebagai berikut :
Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkat manajemen didalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Sesuai dengan makna istilahnya, Sistem Informasi Manajemen harus ditinjau dengan pendekatan sistem. Ini berarti bahwa manajemen itu sendiri dimana proses informasi berlangsung harus dilihatnya sebagai sistem, dalam hal ini sebagai total system. Dengan mengatakan manajemen sebagai total system, maka Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu sub sistem dari sekian banyak sub sistem yang tercakup oleh total system tersebut.
Pada dasarnya sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: menerima data sebagai masukan, kemudian memprosesnya dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur-unsur data dan akhirnya dapat diperoleh informasi yang diperlukan sebagai keluaran. Prinsip tersebut berlaku baik bagi sistem informasi manual maupun sistem informasi modern dengan penggunaan perangkat komputer. Sebuah sistem sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.1 :
DATA INFORMASI
Jadi pada dasarnya sebuah Sistem Informasi Manajemen adalah menerima dan memproses data untuk kemudian mengubahnya menjadi informasi yang berguna bagi para pengguna informasi dalam tingkatan manajemen.
Sistem informasi manajemen yang efektif menurut Raymond Coleman dalam Moekijat dengan buku Pengantar Sistem Informasi Manajemen (1991:40), yaitu sebagai berikut:
Sistem informasi manajemen yang efektif adalah bahwa sistem tersebut dapat memberikan data yang cermat, tepat waktu, dan yang penting artinya bagi perencanaan, analisis, dan pengendalian manajemen untuk mengoptimalkan pertumbuhan organisasi.
George M. Scott yang diterjemahkan oleh Achmad Nashir Budiman dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen (2001:100), mengemukakan sebagai berikut:
Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Masih dalam bukunya yang sama George M. Scoot (2001:69) memberikan pendapat yang lain mengenai sistem informasi manajemen sebagai berikut:
Sistem Informasi Manajemen adalah sekumpulan sistem informasi yang saling berinteraksi, yang memberikan informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.
Definisi lain mengenai Sistem Informasi Manajemen dikemukakan oleh Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:19), yaitu :
Sistem Informasi Manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan sub sistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasioanal, manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.
Memperjelas pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen peneliti akan mengemukakan indikator-indikator yaitu sifat-sifat sistem informasi manajemen menurut George M. Scott yang dikutip oleh Achmad Nashir Budiman dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen (2001:100), maka sifat Sistem Informasi Manajemen dapat digarisbawahi sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Menyeluruh
Kata “manajemen” dalam SIM adalah serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemroses transaksi dan sistem-sistem yang utama dirancang bagi para manajer dibeberapa tingkatan. Sebuah SIM melingkupi sistem informasi formal maupun informal, baik yang manual maupun yang berkomputer; termasuk juga Sistem Informasi Proyek, Sistem Informasi Perkantoran, Sistem Informasi Intelejen, Sistem Informasi Peramalan, Sistem Penopang Keputusan, dan berbagai model komputer yang memproses data bisnis, serta berbagai Sistem Informasi Khusus atau yang terstruktur. Sebagai penyeimbang, mungkin komponen yang terpenting dalam Sistem Informasi Manajemen adalah manajer, yang pikirannya akan memproses dan menyebarluaskan informasi serta berinteraksi dengan elemen-elemen lain dari Sistem Informasi Manajemen
2. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Terkoordinasi
Komponen sebuah SIM biasanya tidak dikelola dari satu titik pusat organisasi; ada berbagai departemen pengguna, departemen pemroses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah, bahkan yang lain-lainnya mungkin memiliki hak atas bagian tertentu dari sistem informasi manajemen. Bagaimanapun juga, sebuah sistem informasi manajemen dikoordinasi secara terpusat untuk menjamin bahwa data yang diproses, otomatisasi perkantoran, maupun data intelejen, dan juga komponen-komponen yang lainnya, dikembangkan dan dioperasikan dengan cara terencana dan terkoordinasi; semuanya untuk menjamin bahwa informasi melewati dan menuju sub sistem yang diperlukan; serta menjamin bahwa sistem informasi bekerja secara efisien. Fungsi koordinasi ini biasanya dilakukan oleh komisi pengarah yang terpisah atau oleh bagian pengolah data atau oleh manajer pengelola data.
3. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki Sub-sistem Informasi
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem, atau sistem komponen setengah terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan sistem yang terpadu. Masing-masing dari sub-sistem menyumbang tercapainya sasaran sistem informasi manajemen dan organisasi. Sebagian dari sistem berperan hanya dalam satu kegiatan atau satu lapis organisasi saja, sementara yang lainnya berperan serba-lapis (mulit-level) atau melaksanakan kegiatan berganda (multiple activities). Struktur keseluruhan dari sistem berganda harus disusun secara cermat dan ditetapkan sebagai bagian dari rencana sistem jangka panjang.
4. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Terintegrasi Secara Rasional
Sub-sistem (kumpulan dari sistem yang semi-terpisah) adalah terpadu sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lainnya; integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data diantara sistem-sistem tersebut. Program komputer dan file dapat dirancang untuk menangani arus data diantara sistem, dan prosedur manual dapat digunakan untuk melaksanakan integrasi tersebut.
Sementara integrasi membuat pemrosesan informasi menjadi efisien dengan cara mengurangi pemrosesan antara (intermediate processing) dan peristiwa pemrosesan data yang sama oleh berbagai departemen, dan keuntungan yang menonjol adalah memberikan informasi lebih singkat, lengkap, dan relevan. Manajer senior, khususnya, akan dapat mengambil manfaat dari sistem integrasi karena mereka memerlukan informasi saling-fungsional. Walau integrasi total dari sub-sistem tidak akan tercapai namun demikian sampai derajat tertentu integrasi diperlukan untuk suatu sistem informasi manajemen yang efektif.
5. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data kedalam Informasi dengan Berbagai Cara
Apabila data diolah dan berguna bagi manajer tertentu untuk tujuan tertentu, maka ia menjadi informasi. Ada berbagai cara dimana data harus ditransformasikan kedalam sebuah sistem informasi. Misalnya, data biaya untuk organisasi tertentu mungkin dapat diringkaskan dalam biaya keseluruhan, biaya variable, dan biaya standar untuk masing-masing organisasi, baik untuk masing-masing jenis biaya, jenis konsumen, dan jalur produk (product-line).
Berbagai cara dimana sistem informasi manajemen harus mentransformasikan data kedalam sistem informasi ditentukan oleh sifat personil organisasi, sifat tugas kemana informasi ditujukan, dan pengharapan dari penerima eksternal atas informasi.
6. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas. SIM mampu melaksanakan tugas rutin seperti penyimpanan dokumen dengan efisien, ia mampu memberikan layanan terbaik bagi organisasi eksternal dan individu, dan ia juga mampu memberikan peringatan dini tentang masalah internal dan ancaman eksternal. Disamping juga mampu mengingatkan adanya berbagai kesempatan, membantu proses manajemen yang normal, serta mampu meningkatkan kemampuan manajer untuk mengatasi masalah-masalah tak terduga.
7. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer
Suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan menggunakannya, termasuk juga sumbangan yang diberikan oleh para manajer. Pada tingkat senior dalam organisasi, secara cermat sistem informasi manajemen dijalin dengan cita rasa pribadi para manajer, dan akan dijalin-kembali (retailored) dengan cita rasa masing-masing manajer baru apabila yang lama berhenti. Pada lapis organisasi terendah, sistem informasi manajemen dijalin dengan cita rasa biasa dimana para tenaga administratif dan personil operasi akan menggunakan informasi dan berinteraksi dengan sistem informasi.
Untuk manajer madya, sistem informasi dijalin untuk sifat umum manajer seperti yang dibahas pada bab sebelumnya. Untuk profesional dan personil teknis, sistem informasi dijain agar sesuai dengan sifat tugas khusus, tetapi juga dengan tetap memperimbangkan cara pikir para spesialis memproses informasi.
Para perancang apabila akan mengembangkan sistem informasi manajemen hendaknya mampu mempertimbangkan faktor manusiawi dengan cermat. Apabila tidak demikian, maka sistem yang dihasilkan tidak efektif atau akan disisihkan oleh penggunanya.
8. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan
Sebuah sistem informasi manajemen harus dirancang agar sesuai dengan toleransi terhadap kecepatan, relevansi, dan ketepatan informasi. Toleransi ini bervariasi dari satu tugas ketugas lainnya, dan dari satu lapis kelapis lainnya didalam organisasi. Terhadap kecepatan, untuk beberapa tugas tertentu data yang diperlukan harus dicari selama waktu yang panjang dan kemudian ditransformasikan sehingga menjadi informasi yang diperlukan manajer baik secara periodis ataupun pada selang waktu tak-teratur, sedangkan untuk tugas lain mungkin diperlukan dengan selang waktu teratur, tetapi karena panjangnya periode tunda (grace periode) memungkinkan untuk dilaporkan setelah selesainya akhir suatu periode. Untuk tugas yang lain lagi, mungkin informasi diperlukan secepat mungkin segera selesai berakhirnya periode, dan untuk kebanyakan tugas informasi harus diperoleh selama periode berlangsungnya transaksi.
Pada dasarnya sebuah sistem informasi manajemen menerima dan memproses data untuk kemudian mengubahnya menjadi informasi yang berguna bagi para pengguna informasi dalam tingkatan manajemen.
Untuk memperjelas pelaksanaan dari sistem informasi manajemen diperlukan beberapa indikator dari sistem informasi manajemen. Adapun indikator-indikator dari sistem informasi manajemen yang dikemukakan oleh Gordon B. Davis dalam buku yang berjudul Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I (1995:57), yaitu:
1. Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak memberikan arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut.
2. Manusia sebagai pengolah informasi
Peranan manusia disini sangat besar yaitu untuk menciptakan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, dan lengkap. Baik buruknya informasi yang dihasilkan tergantung dari profesionalitas dari manusia itu sendiri.
3. Konsep sistem
Sistem adalah suatu bentuk kerjasama yang harmonis antara bagian/komponen/sub sistem yang saling berhubungan satu dengan bagian/komponen/sub sistem lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu sistem tidaklah berdiri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan intern maupun lingkungan ekstern.
4. Konsep organisasi dan manajemen
Organisasi tidak bisa lepas dari kegiatan manajemen dan begitu pula sebaliknya karena keduanya mempunyai hubungan yang begitu erat dan kuat.
5. Konsep pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.
6. Nilai informasi
Informasi dapat mengubah sebuah keputusan. Perubahan dalam nilai hasil akan menentukan informasi. Bahwa suatu informasi itu harus dapat menjadi ukuran yang tepat, yang nantinya dapat memberikan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.
Pengertian Kinerja Pegawai
Usaha untuk mendapatkan kinerja pegawai yang optimal, seorang pimpinan tidak cukup hanya dengan meyakinkan bahwa pegawai bersangkutan mempunyai pengetahuan dan keterampilan, tetapi disamping itu seorang pimpinan juga harus dapat memahami motivasi kerja pegawai, mendorong dan mengarahkan potensi-potensi yang ada serta memahami hal-hal yang dapat melahirkan kepuasan kerja. Untuk itu diperlukan pendekatan yang relevan dan pembinaan-pembinaan secara lebih manusiawi.
Temuan dari beberapa literatur selain istilah job performance, ada pula istilah yang mempunyai arti yang sama, seperti performance, penampilan kerja, kinerja, pencapaian kerja, prestasi kerja. Karena adanya beberapa istilah yang digunakan, maka definisi kinerjapun beragam, tetapi secara garis besarnya pengertian kinerja dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan proses, dan pendekatan hasil. Pendekatan proses beranggapan bahwa kinerja dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan proses dan pendekatan hasil.
Berkaitan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai maka peneliti akan mengemukakan terlebih dahulu tentang pengertian kinerja menurut Roger Dawson yang dikutip oleh Haris Munandar dalam buku 13 Rahasia Kinerja Kekuatan (1997:69), adalah sebagai berukut: Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan tentang kemampuan kerja pegawai sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
Menurut pendapat August W. Smith yang dikutip oleh Sedarmayanti dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (2001:50), menyatakan : “output drive from processes, human or otherwise” (kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses).
Menurut Moch. As’ad dalam buku Psikologi Industri (1989:48), menyatakan bahwa: Kinerja adalah kesuksesan seseorang (pegawai) didalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Hasil kerja yang hendak dicapai oleh suatu organisasi tidak terlepas dari seberapa ukuran hasil kerja (kinerja) itu sendiri dapat dilaksanakan secara optimal. Didalam hal ini ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan kriteria kinerja atau faktor-faktor yang dijadikan ukuran suatu kinerja.
Peneliti selanjutnya akan mengemukakan definisi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangku Negara dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (2002:67), adalah :
Kinerja Pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Henry Simamorang dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1995:325), menyatakan bahwa Kinerja adalah tingkat dimana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Kinerja pegawai menurut Sjahrudin Rasul dalam buku Pengukuran Kinerja Suatu Tinjauan Pada Instansi Pemerintah (2000:9), adalah :
Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis.
Menurut Bernandin & Russell yang dikutip oleh Faustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1997:135), sebagai berikut:
Performansi sebagai “…the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode” (catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode tertentu).
Berikut pendapat Whittaker dan Simons yang dikutip LAN RI dalam buku Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah (2000:5), menjelaskan bahwa definisi kinerja pegawai mengandung pengertian:
Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme untuk memberikan penghargaan/hukum (reward/punisment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.
Terlepas dari jenis sektor atau spesialisasinya, setiap organisasi biasanya cenderung untuk tertarik pada aspek-aspek pengukuran kinerja, seperti yang dikemukakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam buku Pengukuran Kinerja Pegawai Pemerintah (2000:7), sebagai berikut :
- Aspek finansial
- Kepuasan pelanggan
- Operasi bisnis internal
- Kepuasan pegawai
- Kepuasan komunitas dan stakeholders
- Waktu.
Menurut pendapat pendapat Husein Umar dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (2003:266), mengemukakan ukuran kinerja pegawai, sebagai berikut :
- Mutu kerja
- Kejujuran pegawai
- Inisiatif
- Kehadiran
- Sikap
- Keandalan
- Kerjasama
- Pengetahuan tentang pekerjaan
- Tanggung jawab
- Ketepatan waktu
Alat ukur tersebut diatas, dapat peneliti jelaskan, sebagai berikut :
1. Mutu kerja
Mutu yang harus dihasilkan baik atau tidaknya melibatkan perhitungan dari keluaran dan proses atau pelaksanaan kegiatan dari pegawai terutama dalam kaitannya dengan keluaran (output).
2. Kejujuran pegawai
Merupakan ketulusan hati dari seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan mampu untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan.
3. Inisiatif
Kemampuan untuk bertindak tidak bergantung kepada orang lain dan mampu mengembangkan serangkaian kegiatan serta dapat menemukan cara-cara yang baru atau mampu berinovasi.
4. Kehadiran
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pegawai dalam setiap pekerjaan dimana kehadiran merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai.
5. Sikap
Suatu kesediaan untuk bereaksi didalam menghadapi suatu situasi atau keadaan tertentu secara normal.
6. Keandalan
Total dari semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.
7. Kerjasama
Kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kesediaan pegawai dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan pegawai lain secara vertikal dan horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan meningkat.
8. Pengetahuan tentang pekerjaan
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap pegawai dalam melaksanakan suatu pekerjaan sehingga dapat berjalan secara efiktif dan efisien.
9. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan dari seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
10. Ketepatan waktu
Pengukuran ketepatan waktu ialah jenis khusus dari pengukuran kuantitatif untuk menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Istilah lain untuk penilaian kinerja yaitu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran.
Ciri-ciri utama organisasi berkinerja tinggi menurut pendapat Sondang P. Siagian dalam buku Manajemen Stratejik (2002:27), antara lain :
Pertama : organisasi berkinerja tinggi mempunyai arah yang jelas untuk ditempuhnya. Arah terebut tercermin pada visi yang dimiliki oleh para manajer dalam organisasi tentang mau kemana organisasi mau dibawa dimasa depan.
Kedua : manajemen yang berhasil menjadikan organisasi berkinerja tinggi selalu berupaya agar dalam organisasi tersedia tenaga-tenaga berpengetahuan dan ketrampilan tinggi disertai oleh semangat kewirausahaan.
Ketiga : pada organisasi berkinerja tinggi, para manajernya membuat komitmen kuat pada suatu rencana aksi stratejik, yaitu rencana aksi yang diharapkan membuahkan keuntungan finansial yang memuaskan dan yang menempatkan organisasi pada posisi bersaing yang dapat diandalkan.
Keempat : orientasi organisasi berkinerja adalah “hasil” dan memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya efektifitas yang meningkat.
Kelima : adanya komitmen yang mendalam pada strategi yang telah ditentukan dan berupaya agar strategi tersebut membuahkan hasil yang diharapkan.
Mengamati pendapat beberapa para ahli diatas, bahwa kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang didalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas dan hasil produksi. Namun yang menjadi masalah pada saat ini yaitu apa yang menjadi alat ukur dari suatu kinerja pegawai itu sendiri. Berikut ini dimensi-dimensi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Faoustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:142), adalah sebagai berikut:
- Kuantitas kerja (quantity of work); jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan
- Kualitas kerja (quality of work); kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya
- Pengetahuan tentang pekerjaan (job knowledge); luasnya pengetahuan mengenai keterampilan dan pekerjaannya
- Kreativitas (creativeness); keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesiakan persoalan-persoalan yang timbul
- Kerjasama (cooperation); kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama anggota organisasi)
- Bisa diandalkan (dependability); kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesian kerja
- Inisiatif (initiative); semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya
- Kualitas pegawai (personal qualities); menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi
Hubungan Sistem Informasi Manajemen dengan Kinerja Pegawai
Penerapan Sistem Informasi Manajemen sebagai upaya mengelola salah satu sumber daya yang dimiliki organisasi yaitu informasi diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam menjalankan tugas organisasi. Nilai tambah ini diharapkan dapat berguna membantu organisasi dengan dicirikan tercapainya tujuan secara efektif.
Dikatakan diatas kinerja merupakan suatu catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu. Untuk mewujudkannya memerlukan dukungan dari berbagai faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.
Keterkaitan sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai menyangkut berbagai aspek, keberadaan tiap level manajemen serta anggota organisasi dengan alat-alat yang telah tersedia menjadi suatu efektivitas pelaksanaan kegiatan yang menyentuh tugas dan fungsi organisasi.
Dasar teoritis kerangka sistem informasi manajemen adalah sekumpulan sistem informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.
Kinerja Pegawai berarti hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan. Kinerja merupakan hasil yang diperoleh Pegawai berdasarkan kualitas atau mutu pekerjaan : sebaik apa yang harus dikerjakan, kriteria ini mengukur baik tidaknya pelaksanaan kegiatan, terutama dalam kaitannya dengan keluaran.
Agus Dahrma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2001:149), memberikan penjelasan mengenai penilaian kinerja, sebagai berikut :
Untuk dapat menilai kinerja karyawan secara objektif dan akurat adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan. Pengukuran kinerja dapat juga berfungsi sebagai upaya mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas tertentu.
Hubungan sistem informasi manajemen dengan kinerja lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar pendekatan sistem informasi manajemen disajikan pada gambar 2.2.
MODEL SISTEMATIK PENDEKATAN SIM DENGAN KINERJA PEGAWAI
A merupakan teori yang menjadi perekat
Sumber:
- Gordon B. Davis, dalam buku Kerangka Dasar SIM Bag I (1995,57)
- Faustino Cardoso Gomes, dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003,142)
- Hasil modifikasi peneliti
Penjelasan:
INPUT
a. Sumber Daya Manusia
Pengertian Sumber Daya Manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Batasan dari sumber daya manusia adalah aspek kuantitas dalam arti jumlah pegawai yang bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa bekerja yang tersedia diberikan untuk produksi.
b. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja merupakan faktor yang sangat menunjang terhadap kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi tidak dijalankan tanpa ditunjang dengan fasilitas kerja dan peralatan yang mendukung terhadap proses pencapaian tujuan.
c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang sangat penting pula, karena tanpa adanya biaya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai.
d. Metode
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam metode ini mencakup cara kerja yang dilakukan.
e. Pembinaan Teknis SIM
Pembinaan ini diorientasikan kepada pegawai dimana mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan perawai tersebut.