Monday 30 January 2017

Pengertian Pembangunan ekonomi Industri dan Ketenagakerjaan

a. Peranan sektor Industri Dalam Pembangunan ekonomi
Konsep pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi, oleh karena seringkali pengertiannya dianggap “sama”. Negara maju yang pertama kali adalah Inggris. Revolusi industri, seringkali inovasi yang menghemat biaya mesin uap, memungkinkan inggris untuk meningkatkan produksi industrialisasinya sebesar 400% selama paruh pertama abad ke 19. Sejak saat itu sampai dengan sekarang kriteria utama dari pembangunan adalah kenaikan pendapatan per kapita yang sebagian besar disebabkan oleh adanya industrialisasi.

Pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia.

Kita telah sering medengar pendapat bahwa industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (leading sector). Leading sector ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdiri lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasarn, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nantinya akan mendukung lajunya pertumbuhan industri (Lincolin Arsyd, 1999 : 354).

Ada beberapa hal yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan industri yang lebih cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional (sadono Sukirno, 1985 : 79), yaitu :
Pertama, sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan adalah rendah untuk konsumsi bahan makanan, sedangkan permintaan terhadap bahan-bahan pakaian, perumahan dan barang-barang konsumsi hasil industri keadaannya adalah sebaliknya. Kondisi ini dikenal juga dengan hukum Engels (engles law) yang pada hakikatnya mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian. Akan tetapi sebaliknya, proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar.

Kedua, perubahan teknologi yang terus-menerus berlangsung. Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi dan hal ini selanjutnya akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan.

Namun demikian, meskipun sektor industri dianggap sebagai leadng sector atau ada pula yang menganggapnya sebagai “obat mujarab” (panacea) untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang, tetap saja tidak bisa mengabaikan sektor-sektor lainnya di luar sektor industri. Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau sektor, atau penekanan yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri perubahan-prubahan dalam pembangunan. Masing-masing mebutuhkan yang lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang serta terlalu jauh. Pertanian dan inustri saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya masing-masing.

Jika suatu negara meginginkan untuk memproduksi sendiri barang-barang kebutuhan pokoknya, maka negara tersebut harus membangun suatu struktur industri yang terpadu dan sektor pertanian yang produktif (Lincolin arsyad, 1999 : 365). Dengan kata lain, kelancaran program industrialisasi sebetulnya tergantung pula pada perbaiakn-perbaiakn di sektor lain, dan seberapa jauh perbaikan-perbaiakn yang dilakukan mampu mengerahkan dan bertindak sebagai pendorong bagi kemunculan industri-industri baru. Dengan cara demikian kebijaksanaan yang ditempuh akan dapat menunjukan mekanisme saling mendukung antarsektor.

b. Klasifikasi Industri
Perusahaan industri manufaktur dikalisfikasikan berdasarkan beberapa tinjauan. Perusahaan industri pengolahan diklasifikasikan juga menurut produksi utama yang dihasilkan dalam satu tahun berdasarkan kepada Internasional Standard Industrial Classification of All Activities (ISIC), yang selanjutnya disesuaikan dengan keadaan di Indonesia dengan nama Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Berikut ini adalah tabel pengklasifikasian berdasarkan ISIC 

Industri makanan, minuman, dan tembakau
Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
Industri kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga
Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan, dan penerbitan
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet, dan plastik
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batu bara
Industri logam dasar
Industri barang dari logam, mesin, dan peralatannya
Industri pengolahan lainnya 

c. Analisis Keterkaitan Antarsektor
Ada berbagai teori dan studi empiris yang menjelaskan bagaiana keterkaitan antarsektor mempengaruhi perekonomian suatu negara. Pola perkembangan industri, dimana diikuti oleh barang-barang yang diproduksi untuk industri-industri menunjukan bahwa keterkaitan (lingkages) di dalam industri sendiri maupun dengan sektor lainnya, perlu untuk dikembangkan.

Bacward lingkages (kaitan ke belakang) dan forwarad lingkages (kaitan ke depan) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian.

Mudrajad kuncoro ( 1997 : 337) mengungkapkan bahwa kaitan ke belakang merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya. Kaitan ke depan merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain.

Keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan, sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan, baik di pusat maupun di daerah. Pengaruh peningkatan suatu sektor akan terlihat pada sektor-sektor yang menyediakan bahan baku sebagai inputnya. Seberapa besar dampaknya terhadap sektor-sektor yang menyediakan tadi disebut sebagai keterkaitan ke belakang. Misalnya, industri pemintalan benang yang dikembangkan di suatu daerah akan mendorong meningkatnya produksi kapas, sehingga pertanian kapas perlu pula menjadi perhatian pemerintah. Hal tersebut karena produksi kapas akan mensupply industri pemintalan benang yang akan digunakan sebagai bahan baku atas input. Sebaliknya keterkaitan ke depan, merupakan dorongan oleh suatu sektor terhadap penggunaan outputnya oleh sektor lain. Industri pemintalan benang yang diprioritaskan di atas, akan mendorong pertumbuhan sektor industri tekstil, karena benang akan digunakan/diminta (demand) oleh industri tekstil. Bertambahnya permintaan benang oleh industri tekstil tersebut ditunjukan dalam bentuk rasio. 

d. Ketenagakerjaan
Krisis multi dimensi yang diawali dengan terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 telah merambah ke seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Di bidang ketenagakerjaan, penduduk usia kerja semakin sulit memperoleh kesempatan kerja karena terjadinya resesi ekonomi sehingga lapangan pekerjaan yang teredia sangat terbatas. Akibatnya cukup serius, tingkat pengangguran diperkirakan akan terus meningkat, yang pada gilirannya dikhawatirkan berdampak pada meningkatnya kerawanan sosial di masyarakat, seperti meningkatnya tingkat kemiskinan, kriminalitas, dan yang lebih mengerikan lagi berdampak pada hilangnya generasi baru yang berkualitas (lost generation) akibat rendahnya kualitas gizi penduduk karena tak mampu memenuhi standar hidup layak.

Daya serap setiap kegiatan terhadap tenaga kerja berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu mengikat pada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor atau subsektor yang dibangun dengan cara padat modal, menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit tetapi dengan tenaga yang memiliki keterampilan tinggi. Perkiraan daya serap tenaga kerja tiap sektor dan subsektor ekonomi, serta persyaratan kualifikasi yang diperlukan sangat penting dalam memperkirakan kesempatan kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 128).

Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun, tanpa batas umur maksimum. Jadi, setiap orang atau semua penduduk yang sudah berusia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. India menggunakan rentang usia 14 sampai 60 tahun sebagai batas usia kerja. Di Amerika batas minimum usia kerja adalah 16 tahun, juga tanpa batas maksimum. Batas usia versi Bank Dunia adalah antara 15 hingga 64 tahun (Dumairy, 1997 : 74).

f. Konsep dan Definisi Ketenagakerjaan
Tenaga kerja (manpower) dikelompokan menjadi angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja (bukan termasuk angkatan kerja) ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen).

Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekrjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Yang terakhir ini misalnya petani yang sedang menanti panen atau wanita karir yang tengah menjalani cuti melahirkan. Biro Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memproleh upah atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu yang lalu (seminggu sebelum pencacahan). Termasuk dalam batasan ini pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Adapun yang dimaksud dengan penganggur ialah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.

Tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi tiga subkelompok yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga (tanpa mendapatkan upah), serta penerima pendapatan lain. Batasan BPS mengenai bersekolah ialah bersekolah formal dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, termasuk pelajar dan mahasiswa yang sedang libur.

g. Hasil penelitian yang Relevan

  1. Badan Perencana Daerah Propinsi Jawa Barat. Studi Analisis Struktur Industri dan Perdagangan Jawa Barat. 2002.Bandung. Hasil : dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu struktur sektor indusri (dengan alat analisis yang digunakan adalah indeks keterkaitan ke belakang, indeks keterkaitan ke depan dan konsentrasi industri), analisis perilaku (alat analisis yang digunakan yaitu berupa efek multiflier output dan efek multiflier pendapatan), kinerja sektor industri (dengan alat analisis yang digunakan adlah derajat ketergantungan ekspor, kontribusi terhadap nilai tambah, dan penggunaan bahan baku impor), diperoleh gambaran tentang peta potensi industri dan perdagangan di Jawa Barat yang didominasi oleh industri makanan dan minuman, industri barang-barang dari plastik, serta indutri tekstil dan pakaian jadi.
  2. Mudrajad Kuncoro. Analisis Struktur, perilaku dan kinerja Agroindustri Indonesia. 1995. Yogyakarta. Hasil : dilihat dari keterkaitan ke belakangnya untuk tahun 1980, 1985, dan 1990, ternyata ada empat industri pengolahan yang selalu menempati sepuluh besar dalam subsektor yang kaitan ke belakangnya cukup tinggi, yaitu : industri tekstil, industri barang karet dan plastik, industri tepung, dan industri kertas. Sementara itu, hanya ada satu industri penyedia input pertanian yang selalu memesuki jajaran sepuluh besar, yaitu barang dari logam.
SUMBER ARTIKEL;

1 comment:

  1. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE

    ReplyDelete