Sunday, 11 November 2018

PENGERTIAN EJAAN, MAKSUD DAN TUJUANYA

1. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggambungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin, 2008: 164). Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau gambargambar bunyi. Menurut Suyanto (2011: 90) Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang di-lisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambanglambang atau gambar-gambar bunyi. Ejaan adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan bunyi-bunyi ujaran, menempatkan tanda-tanda baca, memotong suku kata, dan menghubungkan kata-kata (Suryaman dalam Rahayu, 1997: 15). Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak 1972 sampai saat ini ialah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau dikenal dengan singkatan EYD. EYD di-resmikan pemakaiannya sejak Agustus tahun 1972 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 57 Tahun 1972. Dilihat dari usianya, implementasi EYD dalam penulisan sudah cukup lama karena lebih dari tiga dasawarsa. Namun, kenyataanya menunjukkan bahwa sampai saat ini masih sering dijumpai tulisan yang tidak taat asas atau menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan.

1.1 Pemakaian Huruf Kapital
Terdapat 15 cara pemakaian huruf kapital. Dalam penulisan karya tulis ilmiah, sering terjadi penyimpangan pemakaian huruf kapital terutama yang berkaitan dengan penulisan nama orang serta galar dan pangkat, hal-hal geografis, harihari besar atau peristiwa bersejarah, nama badan atau lembaga, judul dan singkatan. Dalam buku pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), huruf kapital dipakai dalam hal berikut ini:
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat. Contoh: Kenaikan bahan pokok disebabkan oleh kelangkaan BBM. Bencana tanah longsor (landslide) merupakan bencana yang cukup sering terjadi di Indonesia. Pada contoh di atas, huruf K dan B adalah huruf pertama pada awal kalimat, sehingga huruf K dan B harus menggunakan huruf kapital.

2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh: Naira menasihatkan, “Jangan lewat di tempat itu, Nak?” “Kemarin engkau terlambat,” katanya. Pada contoh di atas, kalimat dalam tanda petik merupakan petikan langsung atau pernyataan langsung dari seseorang, biasanya petikan langsung ditulis dalam cerita rekaan atau berita di media cetak, sehingga huruf pertamanya harus menggunakan hufuf kapital.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. 
Contoh:
  • Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-nya.
  • Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. Pada contoh di atas, kata –Nya, -Mu, Engkau merupakan kata ganti untuk tuhan, sehingga huruf pertamanya harus menggunakan huruf kapital.
  • Setiap mengaji anak TPA selalu membawa Al-Quran. Pada contoh di atas, Al-Quran merupakan nama kitab suci dari agama Islam, sehingga setiap awal unsur katanya harus menggunakan huruf kapital.
4. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Naira menasihatkan, “Jangan lewat di tempat itu, Nak?” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan Contoh: Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-nya

4. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. contoh; Pada contoh di atas, mahaputra merupakan nama gelar kehormatan, dan kata mahaputra diikuti nama orang yaitu Yamin, sehingga huruf pertama harus menggunakan huruf kapital.

5. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Menteri Pendidikan RI M. Nuh mengunjungi sekolah darurat di Jakarta.

6. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

2. Penulisan Kata
Kesalahan penulisan kata yang diatur di dalam EYD dan sering dijumpai dalam penulisan ilmiah, antara lain, penulisan kata berimbuhan, penulisan kata depan, dan penulisan kata gabung. Begitu pula, kesalahan penulisan partikel per dan pun sering dijumpai dalam tulisan ilmiah. Penyimpangan penulisan kata depan seperti bentuk di dan ke yang dikacaukan dengan bentuk di- dan ke- sebagai awalan sehingga penulisannya terbalik.

Dalam buku pedoman Ejaan Bahasa yang Disempurnakan (EYD), penulisan kata meliputi; (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (5) kata ganti -ku, -kau, -mu, dan -nya, (6) kata depan di, ke, dan dari, (7) kata si dan sang, (8) partikel, (9) singkatan dan akronim, (10) angka dan lambang bilangan. Dalam skripsi ini, penulis hanya membatasi pada penulisan kata depan di dan ke. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh:
  • Hujan adalah suatu endapan dalam bentuk padat/cair hasil dari proses kondensasi uap air di udara yang jatuh ke permukaan bumi.
  • Pengukuran curah hujan digital dimana curah hujan langsung terkirim ke monitor komputer. Pada contoh di atas, kata ke berfungsi sebagai kata depan,sehingga kata ke harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
  • Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah di Kabupaten Sarolangun, yaitu di SLTP Negeri 2 Sarolangun dan SLTP Negeri
Analisis : Berdasarkan paragraf di atas, pada kalimat pertama, dapat dilihat 2 cara penulisan bentuk di, yaitu disambung dan dipisah. Bentuk di yang penulisannya disambung adalah awalan atau prefiks (dilaksanakan) yang merupakan bentuk pasif dan bisa diaktifkan dngan awalan me- (melaksanakan). Selanjutnya, bentuk di yang penulisannya dipisah adalah kata depan atau preposisi dan biasanya diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, arah, dan tujuan (di dua, di kabupaten Sorolangun, dan di SLTP). Begitu pula, bentuk di pada kalimatkalimat berikutnya. Pada kalimat 2 dan 3 terdapat kata gabung yang penulisannya disambung dan dipisah. Kata gabung sub dan siklus penulisannya disambung (subsiklus) karena bentuk sub hanya dipakai sebagai kombinasi sedangkan kata gabung problem dan posting penulisannya dipisah karena setiap kata pada kedua kata tersebut memiliki arti penuh.

Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca merupakan salah satu hal yang penting dalam bahasa tulis.Oleh karena itu, penggunaannya harus tepat. Ditinjau dari definisi, tanda baca adalah lambang-lambang tulisan yang dipergunakan oleh penulis untuk melambangkan perbagai aspek bahasa lisan, yang bukan bunyi-bunyi bahasa (fonem) (Tampubolon dalam Rahayu, 1997: 25). Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), tanda baca meliputi (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, (15) tanda penyingkat atau apostrof. Dalam skripsi ini, penulis hanya membatasi pada penggunaan tanda baca titik dan koma.

1. Tanda Titik
  • Tanda Titik Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
  • Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daft
  • Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menu jukkan jangka waktu.
  • Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
  • Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
  • Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya
  • Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat.
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serta berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
  • Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun, begitu, dan akan tetapi. 
  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti, o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat
  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat
  • Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
  • Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
  • Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. 
  • Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
  • Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka
  • Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
  • Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
3. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir yang diikuti kesenyapan. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran yang relatif lengkap (Mustakim, 1994: 65). Sejalan dengan pendapat tersebut, Moeliono Darjowidjojo, ed. (2003:35) mengemukakan bahwa kalimat pada umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Chaer (1994:240) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, Ramlan (1995:27) mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang diasertai nada akhir turun atau naik. Menurut Samsuri (1982:54) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Kalimat Indonesia mengemukakan bahwa kalimat ialah untaian berstruktur dari kata-kata.

4. Macam-Macam Kalimat
Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan sudut tinjauannya (1) kalimat menurut bentuknya dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (2) kalimat berdasarkan maknanya dibedakan menjadi empat macam: kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat seru, (3) kalimat berdasarkan peranan subjeknya dibedakan atas kalimat aktif dan kalimat pasif, dan (4) kalimat berdasarkan kelas kata dan predikatnya dibedakan atas kalimat verbal, kalimat nominal, kalimat adjektival, dan kalimat numeral, (5) kalimat ditinjau dari efektif tidaknya suatu kalimat dibedakan menjadi kalimat efektif dan kalimat tidak efektif. Menurut Chaer (1994:241-251) kalimat dibedakan menjadi lima bagian, yaitu (1) kalimat inti dan kalimat non-inti, (2) kalimat tunggal dan kalimat majemuk, (3) kalimat mayor dan kalimat minor, (4) kalimat verbal dan kalimat nonverbal, dan (5) kalimat bebas dan kalimat terikat sedangkan menurut Moeliono dan Dardjowijojo (1997:32) kalimat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi bentuknya dan segi maknanya. (1) kalimat ditinjau dari segi bentuknya, kalimat dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk, dan (2) kalimat ditinjau dari segi maknanya dapat dibedakan menjadi kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat introgatif atau kalimat tanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat ekslamatif atau kalimat seruan, dan kalimat empatik atau kalimat penegas.

Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (1) jumlah klausanya, (2) bentuk sintaksisnya, (3) kelengkapan unsurnya, dan (4) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat introgatif atau kalimat tanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat eksslamatif atau kalimat seruan. Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat lengkap atau kalimat major dan kalimat tak lengkap atau kalimat minor. Kalimat dari segi susunan subjek dan predikatnya dapat dibedakan atas kalimat biasa dan kalimat inversi (Alwi Hasan dkk, 2003:336-337). Dari berbagai macam kalimat di atas penulis hanya memfokuskan penelitian terhadap kalimat berdasarkan efektif tidaknya suatu kalimat.

5. Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin (Arifin, 2008:97). Kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku, hemat kata dan logis. Kalimat dikatakan efektif jika (1) sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, (2) memperhatikan unsur kesejajaran (jika kalimat tersebut mengandung rincian), (3) logis, (4) memperhatiakn unsur kecermatan (tidak mengandung kata berlebihan), (5) cermat dalam penggunaan dan pembentukan kata.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainnya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud dengan penulis atau pembicaranya (Suyanto, 2011:48). Dapat pula diartikan bahwa kalimat efekktif adalah kalimat yang benar dan jelas yang mudah dipahami orang lain secara cepat. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara (Sabarti Akhadiah, dkk, 1998:116). Menurut (Putrayasa, 2009:47) kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna karena memenuhu syarat-syarat pembentuk kalimat efektif tersebut. Kalimat efektif adalah suatu jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kejelasan informasi (Mustakim, 1994:85). Badudu (1984:36) mendefinisikan bahwa kalimat efektif adalah bentuk kalimat yang secara sadar, disengaja, dan disusun untuk mencapai intonasi yang tepat dan baik seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.

2. Ciri-ciri KalimatEfektif
Kalimat dikatakan efektif jika (1) sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, (2) memperhatikan unsur kesejajaran (jika kalimat tersebut mengandung rincian), (3) logis, (4) memperhatikan unsur kehematan (tidak mengandung kata yang berlebihan), (5) cermat dalam penggunaan dan pembentukan kata. Suatu kalimat dapat dikataan efektif apabila dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dippahami secara tepat pula oleh pembaca atau pendengar. Oleh sebab itu, kalimat efektif memiliki ciri-ciri yang khas, yaitu (1) kesepadanan struktur, (2) keparalelan bentuk, (3) ketegasan makna, (4) kehematan kata, (5) kecermatan penalaran, (6) kepaduan gagasan, (7) dan kelogisan bahasa (Arifin, 2008:97). Kalimat efektif menurut (Putrayasa, 2009:54) memiliki empat sifat/ciri, yaitu (1) kesatuan, (2) kehematan, (3) penekanan, (4) kehematan dalam mempergunakan kata, dan (5) kevariasian sedangkan menurut (Mustakim, 1994:90) kalimat efektif memiliki kriteria sebagai berikut, (1) kelengkapan, (2) kesejajaran, (3) penekanan, dan (4) variatif.
  • Kesepadanan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
  • Kepararalelan Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
  • Ketegasan Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
  • Kehematan Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlikan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
  • Kecermatan Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
  • Kepaduan Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah
  • Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2.6 Skripsi
Karangan ilmiah sebetulnya tidak jauh berbeda dengan karangan lain. Seperti karangan jurnalistik atau laporan perjalanan. Hanya penyusunan karangan ilmiah mengikuti metode ilmiah yang terdiri atas langkah-langkah untuk mengorganisasikan dan mengatur gagasan melalui pemikiran yang konseptual dan prosedual yang disepakati oleh para ilmuan. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Brotowidjoyo, 1982: 120) Karangan ilmiah terdiri atas berbagai jenis salah satunya adalah skripsi. Skripsi adaalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (Zainal, 2000: 3). Skripsi adalah juga suatu naskah teknis. Pada umumnya skripsi merupakan pula sebagai syarat untuk memperoleh suatu gelar (derajat akademis) doktorandus atau setinkat, dengan titik berat sebagai latihan menulis karangan bagi calon sarjana (Brotowidjoyo, 1982: 138) pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris, objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Skripsi ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dan penyusunannya dibimbing oleh seorang dosen atau oleh suatu tim yang ditunjuk suatu lembaga pendidikan tinggi.

2 comments: